“Karya Bahtera, tema, “Panen Raya” kanvas 100 x 100 cm, cat minyak dan laku 1 Juta rupiah”, pesan tertulis melalui Whatsapp oleh orang tua Bahtera yang terkirim ke saya. “Puji Tuhan, mantap hasilnya”, ungkap saya sambil membalas pesan tertulis tersebut. Bahtera merupakan salah satu siswa kelas XI Animasi yang saat ini sedang mengikuti kegiatan magang atau PKL. Di sela-sela kesibukannya mengikuti kegiatan magang, ia menyempatkan diri untuk mengembangkan skillnya di bidang painting yang menjadi minat dan passionnya. Memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan bakat dan telenta siswa sudah dilakukan sejak Bahtera di kelas X, bahkan ketika pembelajaran dasar-dasar animasi, Bahtera yang memiliki bakat di bidang menggambar dan painting saya persilahkan untuk mengerjakan pesanan. Bagi saya ini adalah cara memberikan kemerdekaan bagi murid. Murid perlu mendapatkan wadah dan kesempatan untuk mengembangkan bakat dan passionnya. Mungkin inilah yang disebut dengan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan murid. Serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Jadi pembelajaran diferensiasi bukan sekedar metode, namun sebuah tindakan pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan murid.
Di masa remaja ini, Bahtera harus memikirkan kebutuhan sehari-harinya untuk membantu kebutuhan keluarganya. Wajar ketika Bahtera harus mengatur waktunya untuk berkarya yang dapat menghasilkan finansial. Ketika guru yang tidak mengetahui kondisi ini maka akan melakukan cara-cara yang seragam. Sehingga ketika pembelajarannya dilakukan secara seragam, sehingga tidak ada kesempatan bagi Bahtera untuk mengerjakan project-project pesanan dari dalam dan luar negeri karena dianggap melenceng dari materi yang sedang disampaikan. Ketika kita sebagai guru mampu menerapkan pembelajaran diferensiasi, maka project yang dibuat Bahtera menjadi bagian dari pembelajaran yang patut diacungi Jempol karena ia sudah mampu menghasilkan finansial dari karyanya. Jika saya ditanya berapa nilai karya Bahtera? Saya tidak harus berpikir panjang dan tidak harus melihat indikator-indikator yang sifatnya administratif. Saya akan memberikan nilai di atas 90, karena karyanya sudah laku di pasaran itu sudah wow banget. Penilaian tidak hanya dinilai oleh kita sebagai guru, bahkan ia sudah dinilai oleh pihak luar. Ketika Bahtera sudah mampu menghasilkan 1 Juta rupiah, maka ia sejatinya sudah mendapatkan penilaian secara eksternal. Semoga muncul Bahtera yang lainnya untuk belajar sambil mencari cuan.