Hari ini, Selasa, 12 Desember 2023, di group whatsapp mendapatkan kiriman karya animasi dari salah satu murid perempuan yang bernama Nesya. Nesya saat ini duduk di bangku kelas XI Animasi SMK N 11 Semarang yang sedang mengikuti kegiatan magang di Keitoto Studio. Di sela-sela kesibukannya mengerjakan tugas magang, ia tetap menyempatkan mengirim karya ke group whatsapp kelas X Animasi. Kiriman ini tentu memberikan manfaat untuk memotivasi adik-adik kelasnya untuk terus berkarya. Video ini salah satu dari banyak karya Nesya yang sudah dibuat dan diunggah di http://www.instagram.com/neyyart__/
“Mantap, karyamu Nok. Berapa hari buatnya?, tanya saya penasaran dengan karya Nesya ini. “Saya fokus belajar membuat video cinematic dan untuk buatnya 3 hari Pak”, jawab Nesya. Mulailah saya melakukan percakapan coaching meskipun melalui whatsapp. “Selama magang, pencapaian apa yang sudah kamu peroleh?”, tanya saya ke Nesya. Pertanyaan yang sederhana ini jika kita perhatikan kembali termasuk pertanyaan yang powerfull. Saya tidak lagi menjust Nesya. Saya pun juga tidak memberikan persepsi sendiri atas pemikiran yang ada di benak saya. Justru dari pertanyaan tersebut, memantik Nesya untuk melakukan refleksi atas dirinya.
“Selama magang saya memperoleh banyak pencapaian, terutama pada skill saya dalam bidang animasi dan modeling 3D. Sebelumnya saya belum begitu paham bagaimana cara membuat 3D model/animasi yang bagus dan rapi, belum tahu bagaimana model 3D yang laku di marketplace. Setelah magang saya menjadi tahu bagaimana cara untuk membuat 3D model dan animasi yang bagus, tahu seperti apa style 3D yang laku di marketplace. dan tahu berbagai macam marketplace untuk 3D. Selain itu saya juga diajarkan bagaimana cara menghandle client ketika mendapat suatu project. pencapaian saya yang lain adalah saya bisa mendapat beberapa project yang diberikan client”, jawab Nesya melalui tulisan di Whatsapp. Coba kita lihat kembali, pertanyaan pemantik yang saya berikan. Cukup pendek, namun mampu membuat Nesya menjawab secara jelas, panjang dan runtut.
Tahap selanjutnya saya akan menggali potensi apa yang masih bisa ditingkatkan. Maka saya memberikan apresiasi dan memberikan pertanyaan kembali. “Mantap. Lalu hal apa yang masih dirasa kurang dari kamu?”, tanya saya ke Nesya. Jika kita hubungkan dengan alur coaching dengan teknik TIRTA (Tujuan, Identifikasi masalah, Rencana aksi dan Tanggungjawab), maka pertanyaan tersebut masuk dalam tahap identifikasi masalah. Pertanyaan ini juga termasuk powerfull, karena mampu membawa Nesya untuk berpikir kembali, melakukan refleksi diri. Beberapa saat kemudian, Nesya memberikan jawaban dalam tulisan di whatapp.
“Saya masih merasa kurang dalam skill 3D modeling dan animasi, saya merasa masih banyak yang belum saya pelajari tentang 3D. Jadi untuk memenuhi sesuatu yang saya masih merasa kurang saya akan belajar dan mencari tahu lebih banyak lagi tentang 3D. Selain ingin meningkatkan skill 3D saya juga terus belajar untuk mencoba mencari project agar selain kemampuan skill 3D saya meningkat, saya juga bisa menghasilkan uang dari skill saya”, jawab Nesya.
Dari pertanyaan tadi, ternyata membawa Nesya mengungkapkan tentang apa yang masih dirasa kurang yaitu kemampuan modeling 3D dan animasi 3D. Bahkan ia juga memberikan jawaban tentang rencana aksinya, yaitu akan belajar mencari tahu tentang 3D.
“Sebentar lagi, magang selesai dan tentu saja tidak akan menurun dalam pola kerja kamu ketika kembali di sekolah. Apa rencana kamu untuk mempertahankan pola kerja itu?”, tanya saya lebih lanjut. Pertanyaan ini memancing Nesya melakukan rencana tindakan. “Saya akan mencoba freelance pak, agar skill saya dalam bidang 3d ini tidak sia sia”, jawab Nesya singkat dan padat. “Terus bagaimana cara kamu menghalau toxic-toxic yang mengganggu pola kerjamu yang kemungkinan akan muncul di kelas?”, tanya saya lebih lanjut. Pertanyaan tersebut masih memancing Nesya untuk melakukan tanggunjawab dalam merealisasikan rencananya tentang keinginannya untuk mencoba freelance.
“Saya akan mengingat tujuan saya pak, tujuan saya ingin melakukan freelance adalah keinginan menjadikan skill saya ini sebagai penghasilan saya dan saya mempunyai cita-cita lulus SMK ini bisa sukses dan mendirikan studio sendiri. Dengan saya mengingat tujuan dan cita cita saya, saya akan mengabaikan sesuatu yang mengganggu saya”, jawab Nesya. Jawaban Nesya menggambarkan tentang tanggungjawab yang akan dilakukan untuk menjaga agar dirinya tetap berada pada jalan menuju cita-citanya.
“Siapa yang akan kamu minta untuk mengingatkan agar rencana ini terwujud?”, tanya saya ke Nesya, untuk memperkuat tanggungjawabnya. “Terutama adalah diri saya sendiri pak, yang kedua adalah orang tua saya. Karena semua niat dan tujuan dimulai dari diri sendiri pak”, jawab Nesya dengan penuh percaya diri. Hal ini menunjukkan bahwa percakapan yang dilakukan sudah membawa Nesya memiliki kesadaran diri.
“Oke. Sip. Semoga terwujud dengan segera. Apa kesimpulan dari obrolan di wa ini nok?”, tanya saya untuk menutup dialog yang bertujuan untuk memastikan bahwa percakapan melalui whatsapp tersebut bermakna. “Aamiin pak. kesimpulannya adalah, dengan pak Di menanyakan beberapa pertanyaan ini membuat saya menjadi lebih semangat lagi untuk meraih cita cita saya. Selain itu ketika kita sudah mendapatkan pencapaian kita harus memanfaatkannya dengan baik dan jangan menyia-nyiakan skill yang kita punya, manfaatkanlah agar skill yang kita punya menjadi berguna, dan teruslah belajar mencari pengalaman baru. Karena dari awal pencapaian akan mewujudkan cita cita yang tinggi”, kesimpulan Nesya ketika menutup percakapan couching melalui whatsapp.