Pagi-pagi, 23 Agustus 2023 saya mendapatkan WhatsApp dari Yehezkiel, salah satu siswa kelas XI Animasi SMK Negeri 11 Semarang. “Selamat pagi Pak Di, sampai tanggal 25 Agustus 2022, saya mohon ijin untuk mengikuti kegiatan melukis dinding di daerah Barito, karena deadlinenya tanggal 25 Agustus”. Ia juga mengirim foto progres kegiatan yang dilakukan.
Ia mengerjakan project sosial ini bersama orang tuanya. Ketika saya tanya bagaimana perasaannya, ia merasa bahagia dapat mengikuti kegiatan ini. Baginya menang kalah itu urusan belakang, yang penting menikmati prosesnya.
Yehezkiel mengikuti kegiatan melukis diding ini sejak SMP dan sering mengikuti ayahnya yang berwirausaha di bidang pembuatan gambar dan melukis dinding atau pembuatan taman. Kita sebagai guru hanya bisa memberi izin. Justru pihak sekolah merasa bangga ketika anak didiknya mampu mengaktualisasi diri atas kompetensinya sehingga bermanfaat untuk dirinya dan lingkungannya.
Melukis dinding yang dilakukan oleh Yehezkiel merupakan salah satu bagian dari kegiatan aktualisasi diri anak agar kemampuan menggambarnya bisa bermanfaat untuk lingkungan, sehingga lingkungan menjadi terlihat indah.
Yang menjadi masalah, ketika sekolah tidak mau tahu dan tidak memberi izin, karena itu kegiatan di luar sekolah. Ia akan dianggap alpha karena melakukan kegiatan di luar pada saat kegiatan jam pelajaran di sekolah. Untungnya ekosistem di SMK Negeri 11 Semarang sudah terbentuk. Yehezkiel mendapat perijinan untuk mengembangkan potensinya untuk membawa pada kebermaknaan hidup. Saya yakin ketika sekolah mendukung, justru akan membawa anak didik untuk lebih memanfaatkan segala potensinya untuk terus berkembang dan memiliki kebermaknaan hidup. Semoga para guru dapat mengkonversi kegiatan project sosial Yehezkiel ini menjadi nilai yang setara dengan kegiatan di sekolah. Itu sebagai bagian dari proses merdeka belajar.
Mantaab.. lanjutkan