“Kita buat gerakan Melepas Burung Bapak”, ungkap orang tuanya Hanna salah satu siswa kelas X Animasi, usai melihat status whatsapp yang memberikan pantikan dengan gambar anak burung yang tinggal tulang belulang yang besar kemungkinan ditingggal induknya yang tidak bisa kembali karena kecelakaan ataupun ditangkap oleh manusia. “Biarkan mereka hidup di alamnya. Ini kita sempat dapat tupai yang kesakitan hampir mati. Sempat empat hari kita pelihara. Dan ini sama Hanna di lepas akan di area SMK Negeri 11 Semarang”, ungkap orang tua Hanna.
Melihat ungkapan dari orang tua Hanna saya ikut terharu. Hal ini menunjukkan bahwa vibrasi positif dari kegiatan abhaya dana saat pembukaan MPLS dengan melepaskan 80 ekor burung oleh kepala sekolah sudah mempengaruhi kepekaan rasa pada anak didik.
Masih ingat dalam pembukaan MPLS tersebut, kepala sekolah Drs. Luluk Wibowo S.ST., M.T memberikan contoh langsung bahwa kepedulian terhadap sesama bahkan kepada semua makhluk menjadi bukti bahwa kita adalah manusia sebagai makhluk yang memiliki belas kasih dan cinta kasih yang perlu dikembangkan secara terus menerus. Abaya dana ini juga sebagai simbol untuk memberikan kemerdekaan kepada peserta didik untuk berkreasi mengembangkan potensi yang ada sehingga menjadi versi terbaiknya masing-masing.
Perilaku yang dilakukan Hanna merupakan salah satu contoh bahwa batin dan perasaannnya sudah terolah sehingga mencintai alam semesta menjadi bagian yang tak terpisahkan oleh dirinya. Semoga muncul Hanna Hanna lainnya yang memiliki kepekaan tinggi terhadap alam ini. “Memberikan suaka/ perlindungan bagi satwa dan menghargai kehidupan. Selain adalah praktik abhayadana ini juga merupakan praktik cinta universal. Semoga dunia semakin di penuhi orang orang yang baik yang sadar pentingnya hidup bersama dengan kasih (metta) meski banyak perbedaan”, ungkap Bhante Saddanyano ketika memberikan komentar tentang kegiatan yang dilakukan oleh Hanna. Semoga semua mahluk berbahagia.