Di dalam amanat upacara tersebut, Pak Luluk selain memberikan bintang kebaikan berupa penghargaan terhadap para petugas, beliau juga meminta para pengurus OSIS, Pasukan Khusus dan PMR untuk maju di tengah lapangan. Beliau memberikan penghargaan kepada para petugas yang ada di lapangan. Beliau mengharapkan kepada semua peserta upacara untuk tertib dalam menata parkir dengan rapi. “Lihatlah para petugas dari OSIS dan pasukan khusus yang penuh sukarela menyediakan waktu dan tenaganya, datang lebih awal untuk mengatur ketertiban di lapangan, sehingga kalian hendaknya mampu mengatur dirinya sendiri. Kita harus belajar menghargai orang lain”, ungkap Pak Luluk dalam amanat upacara tersebut. Menurut Pak Luluk, keberadaan PMR memiliki peran penting, yang selalu sigap untuk menolong peserta upacara yang memiliki kondisi kesehatan yang kurang sehingga tidak kuat mengikuti upacara.
Gaya kepemimpinan Pak Luluk yang memberikan penghargaan kepada siapa saja yang memberikan kontribuasi terhadap setiap kegiatan merupakan salah satu cara menerapkan Social Emotional Learning sebagai cara membangun ekosistem sekolah yang menyenangkan. Ekosistem positif yang dibangun bukan sekedar lingkungan fisik, namun justru yang paling berpengaruh adalah ekosistem psikologis yang dibangun. Ekosistem psikologis yang hangat, saling menghargai menjadi value yang terus diangkat dan digemakan untuk selalu direaliasikan di SMK Negeri 11 Semarang. Berdasarkan hasil wawancara dengan Azahra Maulida salah satu pengurus OSIS yang ikut dipanggil untuk maju ke tengah lapangan merasakan terharu. Tidak disangka bahwa dirinya yang setiap harinya ikut berkecimpung dalam kegiatan mengatur ketertiban sekolah mendapatkan penghargaan seperti itu. Ia merasa bahwa apa yang dilakukan ternyata memberikan manfaat untuk orang lain. Inilah sejatinya pendidikan, menuntun anak didik kita untuk belajar bahwa dirinya memiliki kebermaknaan hidup. Semoga SMK N11 Semarang menjadi ekosistem yang terus memanusiakan manusia.