Tipe Guru: Si Unyil, Pak Raden atau Pak Ogah?

https://seleb.tempo.co/read/1533814/serial-boneka-si-unyil-pernah-berjaya-pada-1980-an-hingga-capai-603-seri

Saya melihat ungkapan lucu dari Cak Lontong tentang tiga tipe politikus yaitu tipe Si Unyil,  Pak Raden dan Pak Ogah. Dalam hati ungkapan tersebut menohok diri saya, meskipun saya bukan seorang politikus. Tiga tipe tersebut sepertinya tidak hanya pada politikus saja, karena banyak kecocokan pada seorang guru juga.  Yuk kita kupas satu-satu ketiga tipe tersebut!

Tipe pertama, ada guru yang memiliki tipe Si Unyil. Unyil dari dulu masih di sekolah dasar terus, tidak berubah. Ada guru yang memiliki pandangan tidak mau berubah. Tipe guru ini tergolong tipe fix mindset. Perubahan zaman yang begitu cepat, kurikulum yang berganti terus golongan guru ini masih suka dengan zona nyamannya, tidak mau berubah mengikuti perkembangan zaman.

Tipe guru kedua ini adalah Tipe Pak Raden. Tipe guru ini lebih menyukai dengan  sanjungan dan pujian. Guru ini lebih suka minta dihormati dan selalu bercerita kesuksesan masa lalunya. Ketika bertemu dengan siswa-siswanya di kelas, guru tipe ini lebih banyak flash back, menceritakan masa lalunya. Di satu sisi, siswa yang dihadapinya setiap tahun berubah dengan karakteristik yang berbeda pula, ilmunya yang diperoleh ketika kuliah sudah usang dan ketinggalan zamaan, tuntutan saat ini ia harus mampu mengajar siswanya untuk membekali di masa depannya.

Tipe guru ketiga adalah tipe Pak Ogah, yang berorientasi pada uang atau cashback. Guru jenis ini bekerja ketika ada uang. Setiap pekerjaan yang ia lakukan hanya untuk mengejar profit (uang). Apa yang terjadi? Meskipun sudah mendapatkan tunjangan sertifikat pendidik, maupun tunjangan lainnya, tipe guru ini masih saja merasa kurang.

Tulisan ini sebagai bahan refleksi diri, apakah kita berada di salah satu dari tipe guru tersebut? Jangan-jangan termasuk di ketiga tipe tersebut? Semoga saja tidak pada ketiga tipe guru tersebut. Menjadi guru adalah sebuah pilihan yang brilian, karena ketika menjadi guru, maka profesi ini tidak pernah pensiun nilai keberkahannya. Nilai keberkahan seperti apa? Tentu saja bukan guru yang tidak mau mengikuti perkembangan, bukan guru yang gila penghormatan apalagi guru yang hanya mengejar uang.

Di era teknologi yang canggih ini, keberadaan guru akan tergantikan oleh robot ketika kita hanya berorientasi pada materi, karena semua pengetahuan sudah ada dan sangat terbantukan oleh mesin digital. Searching saja di Google, semua jawaban ada jika kita hanya memberikan pembelajaran pada aspek pengetahuan pada level low order thinking. Kita sebagai guru harus mau belajar sebelum mengajar, kita sebagai guru harus mau mengikuti perubahan yang ada. Saat ini, kita bukan satu-satunya sumber belajar, sehingga kita menjadi gila hormat, selalu minta dihormati oleh anak didik kita. Sistem konformitas masih saja dijalankan, semua kegiatan harus sesuai standar yang sama, satu tujuan dan dengan cara-cara yang diseragamkan. Padahal anak didik kita adalah unik dan berbeda satu sama lain, sehingga yang diharapkan adalah kita sebagai pelayan bagi anak didik yang mampu menuntun kodrat anak didik kita agar segala potensinya dapat berkembang mencapai versi terbaiknya masing-masing. Sudahkah kita memberikan pelayanan ini? sudah saatnya bukan meminta dihormati, namun dengan pelayanan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan anak, dekat dengan anak didik kita, membangun lingkungan psikologis yang menghangatkan, justru akan dihormati. Guru yang welas asih, pasti akan mendapatkan penghormatan tanpa harus diminta. Ini sudah hukum alam yang pasti berlaku.

Menjadi guru adalah pilihan yang brilian. Ketika kita mampu menjadi pelayan yang baik, menghamba pada anak didik, bukan berorientasi pada uang, maka kebahagiaan akan didapatnya. Rejeki akan datang dengan sendirinya, jika bukan rejeki finansial, maka rejeki kesehatan secara fisik dan kesehatan secara mental yang akan diperolehnya. Jadikan guru sebagai profesi yang mampu menjadi arang yang mampu menghangatkan dan mengobarkan api semangat anak didik kita, menularkan api kepada arang-arang yang lainnya. Kebalilah menjadi guru sesuai dengan fitrahnya, sebagai guru dengan penuh cinta kasih.

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *