Cerpen Karya Ihsan Aufa Bahtiar
Ratna adalah gadis yang cerdas dan sangat tertarik dengan buku. Hari demi hari dia habiskan untuk membaca buku. Namun semua itu berakhir ketika dia dinikahkan. Ratna dinikahkan saat usianya masih menginjak 16 tahun yang membuatnya tidak bisa melanjutkan sekolahnya. Walaupun dari luar, suku minang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai wanita. Namun budaya yang ada di sana malah membuat wanita itu menjadi terkekang dan tidak bisa bebas. Hari demi hari Ratna habiskan hanya untuk mengurusi rumah dan suaminya saja. Dahulu Ratna adalah gadis yang sangat suka dengan buku dan sangat mencintai kata-kata majas. Namun sejak menikah Ratna bagaikan burung yang terkurung dalam sangkar. Beberapa Minggu telah berlalu sejak pernikahannya, dia memberanikan diri untuk berbicara dengan suaminya. “Mas, adek mau lanjutin pendidikan,” ucap Ratna dengan wajah yang sedikit takut. Mendengar itu suami Ratna, Dimas, langsung naik darah dan menunjukkan ekspresi yang sangat marah.
“Ratna! Kamu tu cuma cewek. Gak usah minta macem-macem. Tugasmu Cuma ngurusi rumah sama mas doang! Titik!” gertaknya sambil pergi meninggalkan Ratna. Mendengar jawaban sang suami Ratna hanya bisa terdiam dengan wajah yang murung. Hari-hari dia habiskan dengan wajah murung tanpa senyuman. “Apanya yang matrilineal? Apanya yang wanita di berikan kekuasaan yang lebih? Itu semua cuma alasan biar kita gak keluar dari rumah. Apanya yang harta warisan di kasih ke anak cewek. Apanya yang cewek membawa peran besar dalam upacara adat. Gak ada gunanya kalo aku gak bisa ngelanjutin pendidikan. Gak ada gunanya kalau aku malah kekurung di sangkar kayak gini!” ucap Ratna dengan wajah yang sangat kesal. Beberapa hari berlalu hubungan Ratna dengan suaminya semakin merenggang sejak saat itu. Kepala Ratna di buat pusing dan hampir meledak dengan semua emosi yang dia tahan selama ini. Saat inilah dia mengingat salah satu buku yang pernah dia baca dulu. Buku itu berjudul “Door Duisternis tot Licht,” karya salah satu pahlawan nasional yang bernama RA Kartini. Sama seperti dirinya, Kartini juga memperjuangkan kesetaraan gender. Mengingat itu, malam harinya dia kembali berbicara dengan suaminya.“Mas. Maaf soal kemarin, adek udah minta yang enggak-enggak. Tapi Ratna minta satu hal aja. Ratna lumayan bosen kalo mas gak ada. Ratna mau minta di beliin buku,” ucapnya dengan wajah penuh percaya diri. Mendengar itu, tampak wajah Dimas menjadi cukup tenang. Dia sedikittersenyum tipis dan berkata.
“Oke. Kalo cuma buku, mas bisa beliin sebanyak yang adek mau,” jawabnya. Besoknya Dimas memberikan apa yang istrinya minta. Beberapa tahun berlalu, tiba-tiba nama Ratna menyebar ke seluruh Indonesia. Hal itu membuat Dimas dan orang-orang di kampung menjadi sangat kaget. Wanita yang hanya mengurusi rumah bisa terkenal di dunia luar. Namanya benar-benar tenar dan membuat banyak orang ingin datang untuk menemui Ratna. Dimas yang bingung pun bertanya pada Ratna. “Kamu sebenernya ngapain?” tanyanya dengan wajah yang sedikit marah. “Selama ini Ratna nulis novel sama buku mas. Ratna tawarin buku-buku Ratna ke percetakan dan mereka mau ngeproduksi. Akhirnya beberapa tahun ini buku Ratna laku keras dan dapet penghasilan yang banyak. Bahkan jauh lebih banyak dari yang mas dapetin,” jelasnya dengan wajah yang sedikit sombong. “Dasar istri gak tahu malu! Mas udah larang kamu Ratna!” gertak Dimas dengan suara yang sangat keras. “Cukup mas! Ratna udah capek. Selama ini Ratna diem dan nuruti yang mas mau, dan sekarang? Gini balasan mas? CUKUP!” balas Ratna sambil berlari ke dalam kamar. Beberapa jam berlalu ada seorang tamu yang datang. Dimas pun segera keluar dan mendapati seeoang bapak-bapak dengan kacamata dan topi di kepalanya. “Maaf mas, mbak Ratnanya ada?” tanya orang itu. Melihat kondisi Ratna yang sedang marah, Dimas pun berkata “Dia lagi gak ada di rumah. Memangnya ada apa?” tanya Dimas penasaran sambil menyuruh bapak-bapak itu untuk duduk.Mereka berdua pun mulai duduk dan berbincang-bincang. “Saya mau nanya, katanya seminggu lagi mbak Ratna mau nyetak buku lagi. Nah saya mau nyoba survei dulu, buku itu tentang apa untuk bikin iklannya nanti,” jelas bapak itu. “Iklan? Memangnya buku Ratna serame itu?” lanjut Dimas. “Woh. Sangat mas! Buku dari mbak Ratna ini sangat laku keras! Dalam beberapa tahun saja, buku mbak Ratna sudah terjual ratusan ribu copy. Cerita dan bahasa yang di berikan sama mbak Ratna ini sangat unik dan indah. Sangat jarang di dunia perbukuan ini kita menemukan penulis sehebat beliau. Mungkin, orang seperti mbak Ratna hanya muncul satu kali dalam 100 tahun. Beliau bisa jadi pelopor untuk seluruh penulis di dunia dan beliau bisa jadi penarik untuk para pembaca di seluruh dunia,” jelas Bapak itu dengan wajah yang tampak sangat mengagumi Ratna.
Mereka melanjutkan pembicaraan sampai pada akhirnya bapak itu pulang dari sana. Saat malam Dimas mengetuk pintu kamar dengan pelan. Wajahnya menunjukkan rasa bersalah. “Ratna. Mas mau ngomong sebentar aja,” ucap Dimas dengan suara yang sangat lembut. “Gak! Gak mau! Mas cuma mau marah lagi!” teriak Ratna dari dalam. “Maaf Ratna. Mas ngaku salah, tapi tolong sebentar aja. Mas mau ngomong sebentar aja,” lanjut Dimas dengan suara yang semakin halus. Beberapa detik berlalu tak ada jawaban dari dalam. Dimas pun menghela napas dan berbalik dari sana. Saat hendak melangkah pergi, tiba-tiba pintu terbuka, menampakkan Ratna dengan badan dan pakaian yang acak-acakan. Melihat itu Dimas langsung berbalik dan memeluk Ratna. Ratna hanya diam sambil memalingkan wajahnya. “Maaf. Sudah membuat sayapmu rusak,” ucap Dimas. Mendengar itu seketika air mata Ratna mengalir deras tak terbendung. “Mas udah denger semuanya. Maaf selama ini mas gak percaya sama Ratna. Mas gak tahu perjuangan Ratna sampai sekarang. Mas bener-bener minta maaf,” dengan air mata yang ikut mengalir. Dia pegang kedua pundak Ratna dan dia tatap matanya lekat-lekat. Tatapannya penuh penyesalan dan harapan di saat yang bersamaan. “Sudah sewajarnya burung berada di angkasa,” ucap Dimas sambil mencium kening Ratna. Sejak hari itu kehidupan Ratna benar-benar berubah drastis. Buku yang dia keluarkan beberapa hari kemudian juga menjadi buku paling populer di seluruh Indonesia. Buku yang menceritakan perjuangannya selama ini dan kehidupannya selama ini. Buku itu mampu membuka mata masyarakat yang membuat kesetaraan gender bukan lagi hanya menjadi mimpi baginya. Berbeda dari sebelumnya, saat Ratna merasa kesulitan dia tidak sendirian lagi. Dimas selalu ada di sampingnya dan mendukung semua yang ingin Ratna lakukan. Ratna berhasil melewati tantangan terbesarnya, bahkan tantangan terbesarnya itu bisa menjadi pendukung terbesarnya. Berawal dari kisah pahlawan masa lalu membawa cerita yang mampu menginspirasi pahlawan-pahlawan masa depan yang siap untuk menggantikan mereka. Jangan menyerah untuk menginspirasi orang lain. Mungkin untuk sekarang tidak ada seorang pun yang akan melihatmu. Tapi bisa saja suatu hari nanti akan ada manusia yang mampu mengubah hidupnya dengan cerita yang kalian miliki.