Terus Berkarya Meski Sudah Menerima Rapport

Sore kemarin, 15 Desember 2023, saya melihat kiriman karya dari beberapa murid di group whatsapp. Salah satunya adalah Ridhofat, murid kelas X Animasi SMK N 11 Semarang. Ada perasaan bahagia, karena meskipun sudah menerima rapport dan mereka sudah mendapatkan nilai, namun mereka tetap saja berkarya dan mengirim ke group whatsapp.

Karya Ridhofat
Karya Ridhofat
Karya Ridhofat

Rasa penasaran semakin tinggi untuk ingin tahu apa dibalik itu semua. Motivasi apa yang muncul dari Ridhofat yang akhir-akhir ini masih konsisten berkarya. “Mas. Motivasi apa yg membuat mas Ridhofat tetap mengirim karya, padahal penilaian sudah dilakukan dan sudah jadi nilai di rapport?”, tanya saya ke Rodhofat melalui jaringan pribadi. Beberapa saat kemudian Ridhofat memberikan penjelasan tentang alasannya mengapa masih saja berkarya.

“Motivasi yang saya gunakan saat mengirim karya adalah terus berkarya karena karya seni itu tidak ada batasnya meski berangkat atau libur, seni masih tetap ada dan perlu dilanjutkan. Motivasi tersebut saya angkat dari motivasi ayah yang berkata teruslah berkarya dan kembangkan kreatifitasmu”, penjelasan Ridhofat melalui whatsapp.

Saya masih keppo dengan potensi akan terus dikembangkan oleh Ridhofat. Sehingga naluri coaching saya muncul seketika. Pertanyaan pemantik yang powerfull terus saja mengalir untuk mengoptimalkan potensi dan kesadaran diri Ridhofat.

“Hal baik apa yang sudah Mas Ridhofat capai selama satu semester ini?”, tanya saya lebih lanjut. Saya tidak bertanya tentang kekurangan lebih dahulu, justru saya bertanya tentang kelebihannya. Inilah cara saya mengulik potensi yang dimiliki Ridho agar bisa terus dikembangkan. “Hal baik yang saya dapatkan selama semester ini, saya dapat mengembangkan artsyle yang tadinya anime 2D, kini memiliki under water artsytle, semi realis, dan cherry artstyle. Dan saya dapat membuat background dengan unsur prespektif dengan baik karena pelajaran kemarin”, jawab Ridhofat. 

Setelah saya mengetahui hal baik yang sudah dicapai, barulah saya mempertanyakan tentang hal-hal yang masih dianggap kurang. Dalam tahapan coaching masuk dalam tahap identifikasi masalah. Saya juga menggunakan teknik humberger. Ketika ingin melihat dari sisi kekurangan yang perlu diperbaiki, maka hal yang pertama yang perlu ditanyakan adalah aspek kelebihan terlebih dahulu. Seperti humberger, pada tumpukan pertama maka kita perlu memberikan penghargaan terlebih dahulu, bagian tengah adalah saran dan tumpukan terakhir juga perlu diberikan penghargaan kembali. Ketika dikaitkan dengan teknik coaching, maka ketika melakukan identifikasi masalah, maka orang akan lebih nyaman ketika ditanyakan hal-hal positif atau hal-hal yang sudah dicapai terlebih dahulu, baru masuk ke hal-hal yang dipandang masih kurang.  “Hal yang saya masih kurang adalah coloring kelopak mata dan membuat bentuk shading lightning yang kurang memuaskan. Dan juga mengerjakan tantangan dari pak Diyarko yang menggambar tokoh nusantara karena saya masih bingung dengan posenya”, ungkap Ridhofat atas pertanyaan saya.

Seseorang manusia memiliki neocortex yang merupakan bagian otak yang berfungsi untuk pengambilan keputusan, berpikir logis, kritis dan kreatif. Kadang karena tidak ada stimulus yang diberikan, seseorang menjadi enggan untuk berpikir atau menggunakan neocortex ini. Orang cenderung menggunakan otak reptil dan limbik sistem, yang lebih mengandalkan perasaan dan berpikir autonom. Dampaknya ketika ada suatu masalah, maka reaksi yang ditimbulkan adalah kemarahan, ketakutan dan kecemasan. Melalui budaya dialektika seperti halnya coaching, seseorang dituntut untuk berpikir menggunakan neo cortexnya. Untuk itu diperlukan pertanyaan pemantik yang memberdayakan. Usai saya mengetahui hal-hal yang masih kurang dari Ridhofat, maka saya memberikan pertanyaan memberdayakan yang mengarah pada rencana yang perlu dilakukan oleh Ridhofat, dan bukan saran atau nasihat  dari saya. “Rencana apa yang akan dilakukan mas Ridhofat untuk meningkatkan kualitas yang masih kurang?”, tanya saya lebih lanjut. Pertanyaan yang sederhana ini memerlukan suatu pemikiran yang mendalam dari Ridhofat. Beberapa saat kemudian, Ridhofat memberikan jawaban. “Rencana yang akan saya lakukan adalah untuk terus berlatih membuat coloring kelopak mata dan saya akan memperbanyak referensi agar tidak kekurangan ide, maupun pose, bentuk mata, dan background”, jawab Rodhofat. “Mantap, mulai kapan?”, tanya saya secara singkat dan padat, namun tetap memberikan penghargaan terhadap jawaban Ridhofat. “Mulai hari ini pak”, jawab Ridhofat.

Saya tidak berhenti sampai di situ. Dalam tahapan coaching, maka coach harus mampu memastikan bahwa rencana tersebut akan terlaksana dengan baik. Sehingga saya perlu bertanya tentang apa yang akan dilakukan Ridhofat agar rencananya dipastikan terlaksana dengan baik. “Apa yang akan kamu lakukan untuk memastikan bahwa rencanamu akan terlaksana?”, tanya saya. “Supaya terlaksana saya akan meningkatkan mood dan saya akan memperbanyak motivasi supaya rencana saya dapat saya laksanakan”, jawab Ridhofat.

Sebagai penutup obrolan secara tertulis melalui whatsapp, saya memastikan kembali bahwa dialog ini bermakna bagi Ridhofat. “Dari obrolan ini, apa yang dapat mas ridhofat simpulkan?”, tanya saya. “Hal yang saya simpulkan tentang obrolan ini adalah tentang hal baik yang dicapai semester ini dan hal yang belum dicapai dan bagaimana cara penyelesaiannya, dan bagaimana agar semua rencana saya dapat terlaksana dengan baik”, jawab Ridhfat. “Oke. Selamat berlibur dan berkarya. Ditunggu kiriman di group”, respon saya untuk menutup dialog. “Baik siap pak”, jawab Ridhofat.

Dari hasil kiriman karya dan obrolan melalui whatsapp tersebut menggambarkan bahwa murid yang memiliki motivasi internal yang baik akan terus berkarya. Ia tidak memandang bahwa masuk sekolah, libur sekolah sebagai acuan kapan ia berkarya dan kapan ia tidak berkarya. Murid seperti Ridhofat ini sudah tidak memikirkan nilai-nilai dalam angka yang tertuang di rapport. Murid tersebut memiliki growth mindset dan berpandangan bahwa belajar itu sebagai sebuah kebutuhan. Berkarya menjadi kebutuhan untuk terus dilakukan guna meningkatkan skillnya. Tentu hal ini tidak lepas dari proses pembelajaran dan peran orang tua yang selalu mengingatkan pentingya berkarya. Selamat menikmati liburan akhir semester. Ditunggu karya-karyanya untuk mempertahankan dan meningkatkan skill untuk menambah portofolio.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *