Syawalan Penuh Makna Bersama GSM

Berbahagia mendapatkan undangan Syawalan Gerakan Sekolah Menyenangkan bersama Foundernya, Pak Muhammad Nur Rizal di MAG MAG Kitchen & Groceries Sleman Yogyakarta. Acara yang dihadiri oleh banyak para guru penyimpang positif dari komunitas SMK dan komunitas SD. Begitu hangat dan penuh kekeluargaan yang terjalin di komunitas para penyimpang ini. Dalam kegiatan Syawalan GSM ini Founder GSM menyampaikan tentang makna Syawalan tentang pentingnya kembali ke suci.  Untuk mejadi suci, menurut Muhammad Nur Rizal, kita perlu menjaga Hablum Minallah yaitu yakni menjaga hubungan makhluk dengan Allah STW, kedua Hablum Minannas yaitu tentang hubungan baik antar manusia satu dengan manusia lainnya. Ketika berpuasa selama sebulan penuh, pada prinsipnya mengelola, mengatur mengendalikan dirinya sendiri dari emosinya atau social emotional learning.  Ketika Idul Fitri kita diminta untuk saling memafkan, mengingat sejarahnya secara sosiologis historisnya untuk mendapatkan kebijaksanaannya.

Fitri itu juga kembali ke kodrati manusia yaitu spritualitasnya.  Sebenarnya agama-agama besar yang ada di dunia, pada dasarnya adalah mencari kebenaran ilahi melalui kebenaran agama yang hakiki. Point pentingnya adalah kembali ke kodrati mencari Tuhan. Secara sosiologis adalah membumikan agama di dalam peradaban manusia, membangun kesejahteraan dunia. Agama harus dimaknai sebagai tata nilai (spiritualitas, moralitas dan karakter). Ketika agama dimaknai sebagai hafal kitab suci, tetapi spritualitasnya, moralitas dan karakternya belum merepresentasikan nilai-nilai yang ada di dalam kitab suci, maka orang itu belum disebut memiliki spiritualitas. Dia hanya sebagai penghafal kitab suci saja, sepertinya menghafal mata pelajaran di dunia persekolahan. Membumikan agama dalam kehidupan adalah membangun tata nilai, tata kelola kehidupan. Agama bisa dibumikan ketika ada kesejahteraan yang adil dan merata.

Spiritualitas berasal dari bahasa latin, yaitu spirtus artinya jalan cahaya penerangan. Kalau manusia tidak mampu menerangi manusia lain, menerangi alam semesta dengan kebijaksanaannya, maka orang tersebut belum bisa dikatakan memiliki spiritualis.  Jadi ketia seseorang pandai dalam bidang agama, memahami syariat-syariat agama, namun tidak terjun secara langsung di masyarakat, maka belum dianggap sebagai spritualis.  Mutu peradaban menjadi prasyarat terbentuknya spiritualitas. Mutu peradaban lahir dari orang-orang yang memiliki literasi. Hanya orang yang memiliki literasi tinggi akan dapat membangun peradaban.  Menurut Pak Rizal, jangan heran, ketika di negara kita banyak yang mampu naik haji, namun kualitas peradabannya rendah. Kalau mendapatkan kekuasaan, menjadi lupa daratan, kebijaksanaanya tidak digunakan untuk membantu orang-orang yang disekitarnya. Kepintarannya untuk dirinya sendiri dan tidak pernah dibagikan kepada orang lain. Ciri orang yang memiliki spiritualitas yaitu baik, benar dan indah. Orang yang melakukan tindakan secara benar, berarti orang tersebut menggunakan akal pikirnya, menggunakan pengetahuannya  agar tindakanya cermat, benar dan teliti.

Makna pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah Menguatkan Akal Budi Pekerti. Akal adalah pikiran, menajamkan pikiran. Budi adalah karakter, perilaku dan tekad.  Ada perasaan, pengalaman dan mampu merefleksikan dan merenungi pengalaman kehidupan kita, harapannya memiliki kita memiliki kebijaksaan dan memiliki tekad atau kemauan untuk menjadi orang yang optimis. Pekerti adalah daya usaha, maka pendidikan adalah membangun olah pikir, olah rasa (menghaluskan perasaan), olah karsa (menguatkan tekad) dan olahraga. Dunia pendidikan seharusnya membangun empat hal tersebut secara seimbang. Selama ini, dunia persekolahan lebih banyak membangun olah pikir, pikirpun hanya menghafalkan pengetahuan, bukan membangun daya kritis. Peradaban itu ukurannya adalah kemampuan literasi yaitu mampu memahami apa yang dibacanya, mampu melibatkan dan menerapkan serta mengkaitkan pengetahuan lainnya dan mentransformasi pengetahuannya sehingga menjadi nilai tambah bagi peradaban. Makna pendidikan dalam Pancasila ada dua, yaitu membangun hikmah kebijaksanaan. Hikmah adalah pengetahuan dan keterapilan yang dimiliki digunakan untuk melakukan kebaikan, menghindarkan keburukan.  Caranya kita harus berpengetahuan, namun pengetahuan yang dimilikinya untuk membangun kebijaksanaan, yaitu kebaikan yang bersifat kolektif.

Karena masih dalam suasana Hari Waisak, Pak Rizal menutup syawalan ini dengan kata Buddha Gautama yang mengajak kita bersama untuk menjadi ikan yang berenang di lautan. Meskipun kamu berenang di air yang asin beratus-ratus tahun, namun dagingmu tidak akan pernah menjadi asin. Jadilah bunga teratai, meskipun hidup di lumpur yang kotor namun bungamu ke atas menjulang putih semerbak mewangi. Jadilah sosok yang kuat, jadilah pribadi yang kuat, jadilah penerang spiritualitas agar dapat memberikan manfaat untuk orang lain.

 

 

1 thought on “Syawalan Penuh Makna Bersama GSM”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *