Sore hari saya mendapatkan telepon dari admin Brown Bag Film di Bali. Ada rasa haru yang menyeruak di hati begitu mendengar kabar gembira waktu itu. “Selamat sore Pak Diyarko, saya Desy dari Brown Bag Film Bali memberikan kabar bahwa anak bapak yang bernama Riquel dan Alvito setelah kegiatan diklat selama 1 bulan dan melewati tes dinyatakan diterima menjadi tenaga kontrak sebagai animator di Brown Bag Film”, suara Desy melalui telepon. Hanya rasa syukur yang bisa saya ungkapkan setelah mendengar kabar itu. Dua anak ini yang masih duduk di bangku kelas XI Animasi SMK Negeri 11 Semarang akhirnya diterima menjadi karyawan animotor di perusahaan animasi internasional yang terkenal itu. Perjuangan panjang mereka lalui, sejak tanggal 7 Februari 2022 mereka dinyatakan lolos mengikuti diklat selama 1 bulan. Namun demikian ada sesuatu yang harus saya pikirkan kembali, karena ada pertanyaan dari pihak Brown Bag Film, yakni bagaimana dengan kegiatan sekolah dari kedua anak ini, sedangkan mereka harus mengikuti aktivitas kerja sebagai karyawan.
Untuk menjawab pertanyaan ini memang dibutuhkan fleksibilitas yang tinggi dari sekolah dalam menghadapi permasalahan seperti ini. Sekolah saat ini bukan lagi sebagai sebuah gedung yang berdiri kokoh dan kaku dengan sebuah aturan. Di zaman ini dibutuhkan sekolah yang seperti tenda, ketika ada badai segera digulung dan pindah ke tempat yang aman, ketika ada tsunami segera dilipat dan dipindah ke yang lebih tinggi. Untungnya jurusan Animasi SMK N 11 Semarang memiliki fleksibilitas yang tinggi dalam menerjemahkan kurikulum. Ketika ada dua anak seperti Riquel dan Alvito yang masih duduk di bangku kelas XI dan mereka diterima menjadi karyawan sebagai animator, ya lanjutkan saja. Justru kedua anak tersebut menjadi inspirasi bagi yang lainnya bahwa mereka mampu menaklukkan tantangan yang lebih berat. Terkait pembelajaran, kedua anak tersebut dapat mengikuti pembelajaran untuk mata pelajaran umum dengan cara daring di waktu malam hari. Justru di sinilah kedua anak tersebut mendapatkan tantangan baru agar berkomunikasi dan meloby guru-gurunya untuk menyelesaikan tugas-tugas mata pelajaran umum di luar jam kerjanya. Terkait dengan pelajaran produktif animasi, pihak jurusan sudah menyerahkan sepenuhnya dengan pihak industri. Ketika mereka diterima di industri itu menunjukkan bahwa kemampuan mereka sudah tidak diragukan lagi.
Apa yang terjadi ketika sekolah tidak fleksibel? Akan sulit ditemukan anak-anak yang sebenarnya sudah mampu melesat, karena mereka terhalang oleh aturan yang kaku. Kadang kala masih ada anggapan dari guru yang menyatakan bahwa belum saatnya anak mempelajari materi tertentu karena materi tersebut seharusnya diajarkan di kelas atasnya. Anggapan ini yang membuat siswa terhalang potensinya untuk berkembang secara cepat. Hal ini terjadi karena orientasi pembelajaran yang masih bersifat seragam dan kurang memperhatikan keberagaman dan keunikan peserta didik. Bisakah dalam waktu yang sama, dalam kelas yang sama materi pembelajarannya berbeda-beda? Ketika tidak luwes menerjemahkan kurikulum, maka guru akan kesulitan karena cara ini tidak lazim dan membuat repot guru. Bagaimana dengan rencana pembelajarannya? Bagaimana dengan administrasinya? Terbelenggunya guru dengan beban adminsitrasi inilah yang menyebabkan guru sulit memberikan kemerdekaan dalam pembelajaran bagi anak-anak yang beraneka ragam potensi dan keunikannya. Untuk itu dibutuhkan keberanian guru untuk keluar dari rutinitas pembelajaran yang seragam ini untuk memberikan kemerdekaan dalam belajar anaknya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah program one day one project, dimana setiap siswa mengerjakan challenge sesuai dengan passionnya masing-masing. Dari kegiatan inilah justru dapat diketahui potensi masing-masing anak yang terus ditajamkan kompetensinya setiap hari, Seperti halnya kompetensi animate 3D yang dimiliki Riquel dan Alvito sudah terbentuk sejak kelas X. Jika dilihat dari kurikulumnya, kompetensi ini ada di kelas XI. Karena adanya kemerdekaan dalam belajar, maka Riquel dan Alvito diberikan kemerdekaan untuk belajar lebih mendalam tentang animate 3D di kelas X, bahkan mereka menjadi mentor bagi siswa-siswa lainnya. Diterimanya sebagai karyawan animator di Brown Bag Film tidak lepas dari proses perjuangannya dengan cara menyelesaikan challenge animate 3D sejak kelas X dan berbagi pengetahuan dan keterampilan terhadap orang lain melalui kegiatan mentoring.