Sederhana Namun Kompleks

“Sederhana namun kompleks”, istilah ini saya rasakan dalam pembelajaran bersama murid kelas X Animasi 2. Mengapa dikatakan sederhana? Pagi ini, 23 Januari 2024, saya lebih menekankan kepada murid bagaimana bertanggungjawab terhadap dirinya. Memang pagi ini, saya masih menemui banyak murid yang belum mengirim karya tantangan ke-3 yaitu membuat gerakan karakter meloncat-loncat. Akhirnya saya memberikan waktu dari pukul 07.00 sampai dengan 10.00 WIB untuk bertanggungjawab menyelesaikan tantangan ke-3 terlebih dahulu. Ketika tantangan ke-3 ini sudah diselesaikan, maka murid dapat membuat tantangan ke-4 di hari ini.  Dari proses menyelesaikan tantangan ke-3 inilah, murid membuat karakter yang sederhana dan membuat gerakan meloncat-loncat. Sepertinya tantangan ini sederhana, namun ketika dilakukan dengan cermat memerlukan unsur-unsur yang kompleks. Untuk membuat karakter meloncat-loncat ada tiga unsur utama yang harus dipenuhi yaitu squash and stretch, anticipation dan arch.

Prinsip squash and stretch merupakan penambahan efek lentur (plastis) pada karakter atau objeknya, sehingga akan terlihat seolah-olah memuai atau menyusut. Karakter akan memiliki efek gerak yang lebih hidup. Prinsip ini dapat diterapkan pada karakter yang berupa makhluk hidup, mulai dari manusia hingga binatang. Nantinya, akan diberikan ‘enhancement’ sekaligus efek dinamis terhadap gerakan tertentu.

Prinsip kedua yaitu anticipation. Sebuah karakter yang ingin melakukan gerakan melompat, harus didahului adanya gerakan membungkuk kemudian baru benar-benar melompat. Contoh lainnya, ketika sebuah karakter akan melakukan gerakan memukul, maka tangannya harus ke arah mundur kemudian maju.

four different types of cartoon characters, one with an angry expression and the other saying action

Prinsip ketiga adalah arch. Gerakan melompat maupun gerakan memukul dan sebagainya, pastinya mengikuti gerakan membentuk lengkungan. Dari tiga unsur inilah, murid-murid harus mampu menyajikan gerakan karakter melompat-lompat ataupun gerakan lainnya yang memenuhi tiga prinsip ini.

Dari proses inilah, akhirnya murid-murid berjuang untuk menyajikan karyanya yang memenuhi setidaknya tiga prinsip animasi tersebut. Pada pukul 10.00 WIB, murid-murid yang mulai mengirim karyanya.

Ainia Vepti, mengirim karya yang sederhana namun sudah memenuhi ketiga prinsip tersebut. Karakter nampak lentur karena menggunakan prinsip Squash and Streatch, saat akan melompat, ia membuat karakter menekan ke bawah sebagai antisipasi dan saat melompat, lintasannya membentuk lengkungan. Ada satu unsur lagi yang diterapkan oleh Ainia yaitu prinsip follow through seperti ketika bagian tubuh tentu tetap bergerak meskipun karakter tersebut telah berhenti bergerak. Dari hasil karya Ainia ini justru menjadi bahan pemantik untuk saya tanyakan di kelas. “Karya Ainia selain memenuhi tiga prinsip animasi yaitu squash and stretch, anticipation dan arch, ia juga menerapkan prinsip follow through. Coba apa yang dimaksud follow through?”, tanya saya kepada murid-murid di kelas. Dari pertanyaan ini, akhirnya murid-murid melakukan searching di internet. Kynan salah satu murid memberikan penjelasan dari hasil pencarian di google. Lalu saya pantik lagi, “Bagian gerakan apa dari karya Ainia yang termasuk follow through?”, tanya saya lebih lanjut. Dari hasil karya Ainia ini justru murid-murid semakin berpikir dengan mengamati. Kynan akhirnya memberikan penjelasan bahwa ketika karakter tersebut berhenti, telinganya masih bergerak. Penjelasan yang tepat menggambarkan sebuah follow through. Akhirnya saya pun mengirim karya Abel untuk memperkuat pemahaman tersebut.

Karya Abel

Karya Abel ini lebih kompleks meskipun hanya durasi satu detik. Prinsip anticipation, arch dan follow through sudah dipenuhi.

Karena guru adalah pembuat kurikulum itu sendiri, maka saya mencoba membuat proses pembelajaran berdasarkan fakta-fakta yang ditemui langsung oleh murid sebagai bahan diskusi untuk dianalisis. Belajar seni pun harus mengedepankan pada berpikir tingkat tinggi. Contoh pertanyaan pemantik di atas merupakan cara mengajak murid untuk berpikir tingkat tinggi supaya belajar lebih kompleks. Dari hal yang sederhana namun hasilnya kompleks.

 

2 thoughts on “Sederhana Namun Kompleks”

  1. Pingback: Homepage

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *