Refleksi Murid tentang Moderasi Beragama

Semarang, 6 Desember 2023 di Bumi Grafika dilaksanakan kegiatan seminar Moderasi Beragama dengan mengusung tema “Kerukunan Antar Umat Beragama”. Sebuah kegiatan yang pertama kali di lakukan di SMK Negeri 11 Semarang yang dilakukan oleh Sekbid 1 Pengurus OSIS Prayatna Maitri. Sebagai Narasumber kegiatan Moderasi Beragama kali ini adalah Nur Fahmi Arifin, S.Pd.I (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti), Dra. Neti Herawati (Guru Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti), Diana Rini, A.Md (Guru Pendidikan Agama Katholik dan Budi Pekerti) dan Daryono, S.Ag., M.Si (Guru Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti).

Kegiatan yang diawali dengan berdoa yang dipimpin oleh empat murid perwakilan dari berbagai agama, menyanyikan lagu Indonesia Raya. Dilanjutkan dengan kegiatan inti berupa diskusi tentang tentang toleransi dan landasannya dari sudut pandang masing-masing agama. Nur Fahmi Arifin, S.Pd.I memberikan ungkapan yang paling sederhana sebagai landasan toleransi, yaitu: “Ngrasa lan Ngrumangsani”. Dra. Neti Herawari dan Diana Rini, A.Md mengungkapkan tentang “Kasih” sebagai landasannya, sedangkan Daryono, S.Ag., M.Si mengungkapkan tentang Sabbe Satta Bavantu Sukkhitata yang artinya Semoga Semua Mahkluk Hidup Berbahagia sebagai landasan bertoleransi. Dalam diskusi interaktif tersebut para narasumber saling melengkapi satu sama lain dalam memberikan penjelasan tentang toleransi. Dari semua penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa landasan dari toleransi adalah cinta kasih (metta).

Seperti biasa setiap selesai kegiatan dilakukan refleksi. “Setelah mengikuti seminar moderasi beragama. Nilai apa yang kalian peroleh? Apa yang kalian rasakan? Apa yang akan kalian lakukan selanjutnya?”, tanya saya melalui link padlet. Refleksi merupakan sebuah cara yang kami lakukan untuk mengetahui respon, umpan balik dengan harapan kegiatan yang dilakukan tidak hanya berhenti pada kegiatan tersebut, namun ada proses kesadaran diri. Melalui refleksi, murid akan melakukan olah pikir, olah rasa dan olah laku.

“Setelah mengikuti seminar moderasi beragama kemarin tentunya nilai yang saya dapatkan adalah nilai keharmonisan antar beragama, toleransi. Setiap agama yang ada memang memiliki caranya masing-masing untuk beribadah. Namun dalam setiap agama yang dianut pasti mengajarkan betapa pentingnya toleransi antar sesama umat beragama. Saya merasa kagum menyaksikan seminar berjalan dengan mulus tanpa adanya perdebatan. Bila seorang narasumber mengungkapkan pendapatnya, maka narasumber lain akan menambahkan opininya bila dirasa ada yang kurang. Saya berharap ke depannya kegiatan kegiatan seperti ini dapat diadakan lagi dengan membahas topik yang berbeda. Saya juga menjadi membayangkan betapa indahnya dunia bila seperti Indonesia yang harmonis walaupun dengan adanya perbedaan”, ungkap Nayla.

“Setelah mengikuti kegiatan tersebut saya mendapatkan banyak pandangan yang berbeda dari setiap agama. Sehingga paling tidak saya tahu semua agama itu baik tidak ada yang buruk. Dan saya belajar untuk terbuka untuk bersosialisasi dengan teman agama lain dan dapat menjalin tali silaturahmi baru. Dan kegiatan ini sejalan dengan pandangan saya tentang mengenal agama lain, karena dengan mengenal mereka kita bisa merasakan apa yg mereka rasakan dan dapat memperlakukan mereka dengan lebih baik, sehingga deskriminasi dapat dihilangkan ke depannya”, ungkap Iqbal.

“Menurut saya setelah melakukan kegiatan moderasi beragama saya lebih mengetahui bahwa toleransi merupakan hal yang sangat penting dalam bermasyarakat terutama perbedaan antara agama yang lain, agar terciptanya kerukunan dan persatuan dalam bermasyarakat. Saya juga mengetahui bahwa semua agama mengajarkan untuk bertoleransi dan juga mengajarkan untuk menjadi lebih baik. Dan menurut saya karena adanya kegiatan moderasi beragama ini sangat penting terutama dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dan ini juga harus diajarkan sejak dini agar terciptanya kedamaian dan persatuan tanpa memandang perbedaan di Indonesia di masa yang mendatang. Saya sangat setuju dan mendukung kegiatan moderasi beragama di semua sekolah terutama karena toleransi perlu diajarkan kepada anak anak muda yg sekarang, apalagi anak muda sekarang banyak yg tidak tahu bahwa pentingnya hal tersebut dalam bermasyarakat, dan masa depan Indonesia nantinya”, ungkap Faren.

“Yang saya dapatkan dari seminar moderasi beragama yang telah saya ikuti adalah bahwa toleransi ada di dalam ajaran semua agama dan tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan. Saya percaya semua agama berlandaskan dengan cinta kasih terhadap sesama. Saya berharap kerukunan dan keharmonisan dalam keberagaman di Indonesia tetap terjaga”, ungkap Putri.

“Jujur saja, acara ini benar-benar sangat luar biasa. Banyak sekali manfaat dari cara ini. Acara ini membuat pandangan saya menjadi jauh-jauh lebih luas. Semboyan Bhineka Tunggal Ika ternyata bukan sekedar omong kosong belaka. Cara penyampaian narasumber juga sangat membuat saya tertarik. Di acara tersebut juga diperlihatkan cara berdoa masing-masing agama. Dengan itu, saya bisa melihat, bahwa keunikan itu benar-benar ada. Mereka berdoa dengan cara mereka sendiri, namun inti dari doa yang di maksud adalah sama. Saya juga merasa sangat puas dengan cara OSIS Prayatna Maitri membawakan acara tersebut. Mereka membuat beberapa pertanyaan yang akan dijawab masing-masing narasumber dengan sudut pandang dan ilmu yang sudah di ajarkan di agama mereka. Namun walaupun berbeda, tapi inti dari jawaban mereka adalah sama. Acara ini benar-benar sangat menakjubkan, saya merasa bahwa pandangan saya seperti hancur dan di bentuk kembali menjadi jauh-jauh lebih luas. Saya berharap acara di SMKN 11 Semarang ini bisa menjadi pelopor yang baik bagi sekolah-sekolah lainnya”, ungkap Ihsan Aufa.

Dari pendapat beberapa murid yang mengikuti kegiatan moderasi beragama tersebut  menunjukkan bahwa kegiatan moderasi beragama ini perlu dilanjutkan dengan skala yang lebih besar. Semoga di tahun berikutnya dapat mengundang tokoh-tokoh agama dari MUI, Keuskupan, Walubi dan lainnya. Semoga murid-murid SMK N 11 Semarang memiliki kesadaran yang tinggi untuk terus memupuk toleransi.

 

 

 

Leave a Comment Cancel Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version