Bertepatan tanggal 1 Juni 20222, bangsa Indonesia merayakan kelahiran Pancasila sebagai pengikat persatuan dari kebinekaan yang ada, saya bersyukur dapat mengikuti ngaji pendidikan dengan narasumber Pak Muhammad Nur Rizal, founder Gerakan Sekolah Menyenangkan. Terasa terlahir kembali pikiran ini, mendapat pencerahan berkaitan dengan dunia pendidikan yang saya tekuni. Dunia persekolahan yang sudah lama menghidupi saya dan keluarga, terasa bersalah ternyata belum seberapa apa yang saya lakukan untuk anak didik, padahal sudah 21 tahun saya berkecimpung di pekerjaan ini. Terasa tercabik-cabik perasaan ini, karena apa yang saya lakukan selama ini hanya sekedar mengisi materi, dan belum tentu materi itu berguna untuk mereka.
Menurut Pak Rizal, pendidikan atau educate itu memiliki makna mengeluarkan dan menuntun. Artinya seorang pendidik hendaknya mampu mendorong agar anak didik mampu mengeluarkan segala potensinya, selanjutnya dituntun agar mencapai versi terbaiknya. Selama berpuluh puluh tahun, cara yang saya lakukan tidak seperti itu. Meskipun berbagai metode yang saya gunakan, namun orientasinya adalah mengisi materi dengan cara-cara yang seragam. Secara langsung saya sudah menciptakan kastanisasi di dalam kelas yang saya ajar. Ada perengkingan, sehingga terbentuk kasta siswa yang di atas KKM dan yang di bawah KKM. Kodrat anak yang beragam sudah saya matikan dengan cara-cara yang seragam. Potensi anak yang beraneka ragam tidak terwadahi, dituntun dan tidak mencapai versi terbaiknya masing-masing anak didik.
Kesimpulannya selama ini saya telah memenjarakan anak didik dengan sistem yang saya bentuk, bukan memberikan kemerdekaan. Menurut Pak Rizal, merdeka itu berasal dari kata mahardika, yang artinya kelas pertama. Nyatanya siswa terbentuk ada yang kelas pertama dan ada siswa yang kelas kedua. Lagi-lagi hati saya menjerit, ternyata saya telah membuat kastanisasi di kelas saya. Mengapa tidak diberikan kemerdekaan agar anak mencapai kelas pertama sesuai versinya masing-masing.
Dari ngaji pendidikan ini, saya terasa tercabik-cabik dan sadar bahwa apa yang saya lakukan salah. Saya menjadi sadar bahwa saya harus memberikan kemerdekaan untuk anak didik saya. Terima kasih Pak Rizal.
Saya merasa hal yang sama dengan apa yg pak diyarko rasakan. Ketika baca tulisan bapak saya juga merasa kelsalahan itu sdh puluhan tahun dikerjakan tanpa sadar.
Ada rekamannya kah pak?
Rekaman sudah saya posting di tulisan