Gambar di atas merupakan hasil sketsa yang dilanjutkan dengan painting secara digital oleh Nafisa dan kawan-kawan yang tergabung dalam kelompok painting SMK Negeri 11 Semarang di bawah asuhan Pak Sindu. Karya painting secara digital ini merupakan rancangan yang mereka buat setelah tim painting mendapat pesanan dari Pak Iwan untuk membuat lukisan dinding di SD Negeri Tri Mulyo 02 Semarang.
Setelah beberapa waktu sebelumnya, saya dan Pak Sindu sempat melakukan survei langsung di sekolah dasar tersebut dan melakukan pengukuran dinding yang akan dilukis. Hasil pengukuran saya serahkan ke tim dan dihitung oleh mereka berapa luas dan biaya yang dibutuhkan. Setelah ada kesepakatan bersama antara tim painting dengan Pak Iwan, akhirnya kami harus menyerahkan rancangan gambar yang akan dibuat untuk lukisan dinding di lokasi nantinya.
Ada ciri khas tentang SD Negeri Tri Mulyo 02 Semarang yaitu dekat pantai karena lokasinya di daerah Genuk Semarang, sehingga kami mengajukan rancangan berupa pemandangan laut. Tim akhirnya menggunakan software clip studio paint menyelesaikan rancangan awalnya berupa landscape laut dengan pendaran cahaya matahari yang akan terbenam dan terlihat perahu-perahu beserta nelayan. Usai kami kirimkan rancangan tersebut ke Pak Iwan, tak disangka-sangka mendapat acungan jempol sebagai tanda setuju, demikian juga ketika saya kirimkan ke Bu Endang, kepala SD N Tri Mulyo 02 Semarang mendapat respon positif dan sangat setuju dengan rancangan tersebut.
“Keren pak….perlu dikasih kalimat pendek motivatif gak pak?”, respon Pak Iwan. “Siap Pak”, jawab saya. Sambil berpikir otak, kalimat motivasi apa ya yang cocok dengan gambar tersebut. Akhirnya kami mengusulkan tulisan motivasinya yaitu: “Belajar Tak Mengenal Senja”, sebagai motivasi bahwa kita belajar tidak boleh surut seperti matahari di waktu senja.
“Bagus Pak sesuai dengan lingkungan alam laut Wilayah SD Negeri Tri Mulyo 02 Semarang”, ungkap Bu Endang. Respon yang positif dari Pak Iwan dan Bu Endang benar-benar menguatkan hati tim painting yang tidak kenal lelah. Setiap saat di group diinformasikan ada briefing, mereka segera berkumpul. Sudah menjadi kebiasaan, tempat kumpulnya pun tidak harus di ruangan yang ber ac atau di ruang meeting, namun justru berkumpul di dapur sekolah. Dengan harapan mereka lebih santai, tidak formal.
Candaan yang dilontarkan Pak Sindu membuat gelak tawa tim painting, bahkan yang saya heran adalah perubahan komunikasi Nafisa yang luar biasa. Selama 1,5 tahun saya belum pernah lihat Nafisa tertawa, namun di ruangan yang sederhana ini saya benar-benar merasakan kebahagiaan setelah melihat Nafisa tertawa lepas. Suasana non formal memang dibutuhkan tim painting agar mampu mengeluarkan ide-ide yang cemerlang. Suasana enjoy dan menyenangkan merupakan kunci terbentuknya kreativitas. Suasana enjoy dan menyenangkan membangkitkan hormon kebahagiaan pada limbik sistem dan akhirnya berlanjut pada berkembangnya neocortex sebagai pusat logika dan imajinasi.
Dari obrolan santai di ruang dapur sekolah, hingga sampai malam akhirnya menghasilkan desain untuk dinding yang kedua.
Rancangan ini karena keinginan Pak Iwan tentang gambar futuristik. Sehingga ada keseimbangan antara gambar natural berupa suasana laut dan dinding kedua cenderung gambaran masa depan.
Suasana inilah yang kami ciptakan, karena mereka adalah calon kreator bukan didik untuk menjadi karyawan. Mereka kami pacu untuk belajar dari proses perencanaan termasuk membuat desain awal, merancang biaya, kebutuhan alat dan bahan. Bahkan oleh Pak Sindu mereka juga dilatih untuk menganalisis toko-toko yang menjual alat dan bahan yang murah namun berkualitas, dan akhirnya pada saat mengeksekusi pekerjaan, mereka dilatih untuk bekerja secara efektif waktu, efektif bahan. Sampai pada proses makan pun mereka dilatih untuk menjaga kebersamaan. “Mendesain itu jangan asal mendesain, namun desain itu justru mempermudah kita nantinya saat melakukan proses painting”, ungkap Mas Sindu ketika di sela-sela gurauan pasti menyisipkan pesan dan nasehat yang masuk akal, sambil memberi contoh dari kegiatan sebelumnya di SD Negeri Karangroto 04 Semarang.
Berbeda ketika orientasinya untuk mendidik anak menjadi karyawan, mereka cukup diperintah sesuai keinginan kita. Asalkan mereka patuh dan mampu mengerjakan sesuai harapan kita, maka sudah lulus mereka. Ketika menjadi kreator, maka mereka harus berlatih dari perencanaan, pelaksanaan bahkan sampai pemasaran. Sederhana yang kami lakukan, dan semoga bermakna bagi mereka.
Semangat terus dalam berkarya buat mb Nafisa💪💪💪😁🤭
Kebahagiaan luar biasa buat SMKN 11 menghasilkan siswa siswinya yg hebat.👍👍👍Saluuut banget🙏