“Malem pak Di. Maaf pak mengganggu, mau tanya Pak, apa bisa minta tolong salah satu siswa yg bisa menggambar tembok Pak Di, untuk di toko saya Pak?” tanya salah satu orang tua Laura yang kebetulan sudah pindah sekolah. “Bisa Pak, kemarin juga ada yang mewakili lomba mural”, jawab saya dan dilanjutkan dengan memberikan nomor telepon anak didik saya kepada orang tua Laura. Novelia dan Andrew merupakan siswa yang memiliki kemampuan menggambar di dinding, karena dari pengalaman sebelumnya kedua anak ini sudah pernah mengerjakan tantangan melukis di kanvas dan mengikuti lomba mural. Kedua anak tersebut yang saya rekomendasikan dan nomor teleponnya saya kirim kepada orang tua Laura.
Ilustrasi tersebut memberikan gambaran bahwa pembelajaran bukan sebatas di ruang kelas. Dunia persekolahan harus mampu menghadirkan permasalahan-permasalahan nyata yang dibutuhkan anak didik sesuai passionnya. Novelia dan Andrew memiliki passion di bidang gambar, maka perlu dihadirkan dengan permasalahan pekerjaan yang riil. Selama ini project based learning yang dilakukan adalah lebih banyak pada simulasi yang dilakukan di sekolah. Proses itu bagus, karena sebagai proses pembelajaran. Namun akan lebih menjadi tantangan bagi anak didik ketika dihadirkan sebuah pekerjaan nyata yang berkaitan dengan orang lain.
Dari proses ini, anak didik akan langsung belajar bagaimana berkomunikasi dengan klien, bagaimana menawarkan harga atas jasa yang akan diberikan, bagaimana menjaga kualitas karya sehingga klien merasa puas. Project nyata inilah yang seharusnya dihadirkan di dunia persekolahan, sehingga anak didik menjadi terlatih menjadi problem solver yang riil.
Andrew dan Novelia merasa seamg dengan project nyata ini, karena mereka dapat masuk dunia kerja langsung. “Lebih excited”, ungkap Andrew. Semangat untuk berkarya dan menjalani pekerjaan dan mampu mengatasi tantangan nyata inilah yang disebut dengan passion. Passion bukan sekedar hoby, namun mampu menyalurkan hobynya untuk menghasilkan kepuasan batin dan menjadi pekerjaan. Meskipun mereka mematok Rp 300.000,00 dalam proses pembuatan lukisan dinding tersebut, namun mereka puas mampu menyelesaikan dengan baik. Pengalaman pertama inilah yang menjadi pemicu bagi mereka untuk melakukan rencana berikutnya. “Untuk berikutnya sih, saya ada rencana akan bikin bisnis kecil-kecilan dulu gitu pak sama ivan zola dan temen. Saya seperti digital art, editing, mural, logo design, videografi dan lain lain. Nantinya akan dijadikan satu di bisnis itu. Langkah pertama mungkin yang bisa saya lakukan untuk memperluas jangkauan ke khalayak ramai, kami mau bikin brosur/poster atau semacam nya gitu Pak”, ungkap Andrew. Dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak untuk melaksanakan pembelajaran seperti ini. “Saya sangat senang Pak, Jadi anak-anak bisa praktek langsung di lapangan. Anaknya juga senang menjalaninya”, ungkap Orang tua Andrew melalui wathsApp. Dukungan orang tua sangat diperlukan sehingga siswa lebih nyaman ketika kegiatan di luar kelas dan langsung berhubungan dengan masyarakat pengguna.
Peran guru bukan sekedar penyampai materi, namun harus mampu menjadi penghubung antara anak didik dengan dunia luar seperti klien-klien yang akan menggunakan jasa keahlian yang dimiliki anak didiknya. Untuk challenge selanjutnya, mereka diberikan kesempatan secara mandiri membuat rencana aksi dalam membuat bisnis baik individu maupun secara berkelompok. Proses pembelajaran inilah yang diperlukan untuk sekolah masa depan, dimana adanya ruang-ruang keterhubungan dengan pihak luar sehingga anak didik mampu memecahkan permasalahan di masyarakat secara langsung, mampu membuat perencanaan dan mengeksekusi rencana yang telah dibuatnya. Sederhana apa yang dilakukan, namun memberikan kebermaknaan hidup bagi anak didiknya. Semoga menginspirasi.