Pengembangan Berbasis Aset Murid dengan Teknik Coaching

Premium Vector | Life coach for consultation education and self coaching in template hand drawn cartoon illustration
https://www.freepik.com/premium-vector/life-coach-consultation-education-self-coaching-template-hand-drawn-cartoon-illustration_33142140.htm

Pagi ini, 21 Februari 2024 saya masuk di kelas X Animasi 3. Di kelas ini saya mendapatkan  vibrasi positif, karena mereka sudah menunjukkan karakter yang konsisten dan berkolaborasi dengan baik. Setiap tantangan yang diberikan mayoritas sudah menunjukkan ketepatan waktu penyelesaiannya dan sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan.  Kerapian dari hal yang paling kecil saja sudah diterapkan, seperti menata sepatu secara rapi. Ketika di akhir pembelajaran, pembiasaan untuk bersih-bersih ruang laboratorium manual tetap dilaksanakan dan melaporkan foto-foto ruang yang sudah bersih dan rapi. Vibrasi positif inilah yang membuat saya juga semakin bersemangat untuk masuk di kelas tersebut.

Hari ini, mereka mendapatkan tantangan untuk membuat karakter berlari dan melompat. Murid diberi kesempatan untuk membuat animasi karakter berlari saja, melompat saja atau kedua-duanya. Ketika murid mampu membuat gerakan berlari dan sekaligus melompat dalam satu file, mereka mendapatkan tiket presensi sebanyak 2 kali presensi meskipun karyanya hanya satu. Yang sudah menjadi kebiasaan adalah, murid dianggap masuk dan presensi ketika sudah mengirim karya dan sudah mendapatkan persetujuan dari saya.

Sistem pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran berbasis project, dimana mereka mengerjakan tantangan yang sudah diberikan dan mengirim karyanya ke group whatsapp. Tujuannya adalah karya tersebut selain akan mendapatkan respon dari saya, baik respon komentar ataupun tanda jempol sebagai tanda persetujuan (acc), di group inilah mereka sebenarnya sedang saling belajar. Karya-karya yang dibuat dapat menginspirasi murid-murid lainnya meskipun berbeda kelas. Ketika karya yang dibuat dikirim ke group juga sebagai bentuk kontrol terhadap kejujuran murid. Karya plagiasi akan terungkap, meskipun pelapor tidak boleh menyampaikan di group. Siapa saja boleh melapor namun dilakukan secara japri, sehingga muridyang melakukan tindak plagiasi segera saya hubungi secara pribadi pula. Hal ini dilakukan untuk menjaga perasaan, dengan harapan akan menjadi sadar untuk tidak melakukan tanpa dipermalukan.

Karya” Airera

Hari ini saya mendapatkan kiriman karya dari Airera  yang sangat berbeda dengan karya-karya sebelumnya. Sebelumnya ia membuat karya berjalan secara sederhana, namun kali ini ia membuat animasi gerakan melompat secara lebih komplek yaitu menggabungkan gerakan lari, melompat dan menggunakan asesoris lainnya yaitu tongkat. Jiwa coching saya seketika muncul untuk mengidentifikasi aset yang dimiliki Airera untuk dikembangkan.

Diyarko: “Mbak. Hasilmu bagus. Sudah mampu mengimprovisasi dg tongkat. Apa yang membuat kamu membuat seperti itu?”
Aiera: “Karena menurut saya dengan menggabungkan melari dengan melompat itu lebih efisien, kemudian saya beri tongkat agar tidak terlalu hampa, jadi saya buat karakter tersebut memukulkan tongkatnya ke tanah”.
Diyarko: “Wow mantap. Referensi apa yang kamu gunakan mbak?”
Aiera: “Saya terinspirasi dari beberapa animasi yang pernah saya lihat pak, animasi aksi”.
Diyarko: “Dari apa yang sudah kamu buat. Potensi apa dari kamu yang bisa dikembangkan untuk berikutnya?”.
Aiera: “Mungkin akan saya kembangkan dengan detail lain, seperti karakter menggunakan jubah, atau sedikit efek pada tongkat, efek air, efek api atau mungkin yang lainnya”.
Diyarko: “Mantap. boleh usul?”
Aiera: “sul seperti apa ya pak?”
Diyarko: kamu buat ada perkelahian dengan karakter lain, misalnya dengan stikman. terus kalah dan akhirnya berjalan dengan kesedihan. Berarti untuk tantangan berikutnya. Selanjutnya ia mengumpulkan tenaga dan mencari senjata lain dan bertanding lagi sampai menang. dan berjalan dengan gembira untuk tntangan selanjutnya”.
Aiera: “Baik pak akan saya coba”

Dialog melalui whatsapp ini menggunakan paradigma coaching untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki Airera. Dari pemberian respon dan pertanyaan pemantik tersebut, Airera merasa bahwa karyanya dihargai dan memiliki rencana membuat karya yang lebih baik lagi. Tidak perlu membanding-bandingkan dengan karya yang lain, karena sejatinya murid dikatakan berhasil dalam pembelajaran ketika hari ini lebih baik dari hari sebelumnya.

Karya Diah Astuti

Selain mendapatkan kiriman karya yang lainnya di group whatsapp, hari ini saya juga mendapatkan kiriman dari Diah Astuti. Tadi pagi ketika saya panggil satu demi satu, nama murid ini tidak ada di kelas. Menurut keterangan temannya, ia sedang sakit. Seketika saya melakukan proses dialog secara pribadi.

Diyarko: “Meskipun kamu sakit. Apa yg membuat kamu tetap mengerjakan nok?”
Diah Astuti: Saya tidak ingin ketinggalan pelajaran pak dan saya juga ingin menjalankan sekolah seperti teman-teman pak”.
Diyarko: “Saat ini kamu sakit apa nok?”
Diah Astuti: “Kanker tulang pak kemarin saya habis operasi pak”.
Diyarko: Ya. Allah. Semoga cepet sembuh ya nok. Tetap bahagia ya nok”
Diah Astuti: Iya pak aamiin. Terimakasih pak”

Merinding ketika saya membaca pesan dialog dari Diah Astuti. Campur-campur perasaan saya. Di satu sisi saya merasakan bahagia karena meskipun sakit di rumah, murid tersebut memiliki semangat tinggi untuk mengerjakan karya. Di sisi lain, saya ikut merasakan kesedihan atas penyakit yang diderita.

Karya Teges

Hari ini saya juga mendapatrkan kiriman karya yang unik dari Teges. Ia mampu menggabungkan gerakan lari dan loncat. Ia membuat improvisasi berupa loncatan salto. Saya pun melakukan dialog secara pribadi untuk melakukan coaching secara tertulis.

Diyarko: “Karyamu bagus. Apa yang membuat kamu punya ide seperti itu?”
Teges: “Terimakasih pak”
Teges: “Saya melihat referensi dari beberapa siswa lain pak”
Diyarko: Mantap”
Diyarko: “Terus potensi apa yang kamu miliki untuk dikembangkan?”
Teges: “Ingin mengembangkan skill mengerakkan postur tubuh dalam membuat animasi”
Diyarko: “Dalam waktu dekat, kamu mau buat gerakan apa dari karakter tersebut?”
Teges: “Membuat karakter saya menjadi karakter superhero”
Diyarko: “Kapan akan dilakukan rencana itu?”
Teges: “Sebetulnya saya belum menentukan kapan akan dilakukan namun saya yakin dalam tantangan selanjutnya saya sudah membuat karakter saya berubah”
Diyarko: “Membuat rencana dengan menuliskan waktunya akan menjadi penyemangat diri. Nantinya akan menjadi pengingat, bahwa hal itu harus dilakukan.
Teges: “Baik pak terimakasih. Maaf pak saya ijin bertanya terlebih dahulu untuk tantangan selanjutnya saya membuat apa ya pak?”
Diyarko: “Sebuah karakter berjalan sedih, berjalan gembira dan mendorong benda. Boleh diimprovisasi seperti yang kamu lakukan”.
Teges: “Baik pak siap terimakasih. Saya mulai dari karakter jalan sedih. Lalu dilanjutkan tantangan lainya. Mungkin saya cicil mulai hari ini pak. Terimakasih pak saran dan motivasinya”.
Diyarko: “Mantap. semangat”

Fitriatus Zahra Salima juga mampu membuat gerakan animasi yang mantap meskipun masih dalam bentuk sketsa kasar.

Karya Fitriatuz Zahra Salima.

Saya pun akhirnya melakukan komunikasi secara pribadi untuk memantik potensi yang dimiliki.

Diyarko: Nok karyamu meskipun masih sketsa namun gerakannya halus dan terasa ada tekanan. Apa yg membuat karyamu seperti itu
Zahra salima: Saya terinspirasi dari sketsa para animator profesional, contohnya di disney pak. Saya melihat mereka membuat sketsa animasi yang guratan garisnya tidak perlu rapi, mereka terlihat lebih menekankan keluwesan pada gerakan objeknya
Diyarko: Mantap. Lalu potensi apa yang kamu miliki untuk dikembangkan?
Zahra salima: Setelah mencoba membuat animasi lari, mungkin saya bisa membuat yang lebih baik untuk tantangan animasi lompat selanjutnya
Diyarko: Apalagi?
Zahra salima: Mungkin saya bisa mengembangkan untuk bagaimana detail gerakan lainnya dibuat
Diyarko: Mantap. Pak Di senang melihat tekadmu. Saya tunggu karya berikutnya
Zahra salima: Siap pak terimakasih

Proses pembelajaran bukan sekedar memberikan materi, justru lebih dari itu bagaimana peran guru memberdayakan potensi yang dimiliki murid agar berkembang dan mencapai versi terbaiknya. Tidak harus membandingkan satu murid dengan murid lainnya, namun justru yang perlu dipantau adalah perkembangan setiap individu. Budaya dialektika menjadi komponen penting yang harus dijalankan oleh seorang guru.Dialog-dialog kecil yang dilakukan secara individu perlu dilakukan agar kedekatan guru dengan murid tetap terjaga. Ending yang diharapkan adalah terbentuknya kesadaran diri murid untuk belajar secara mandiri dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

 

 

Leave a Comment Cancel Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version