Penerapan Diferensiasi dalam Pembelajaran Perspektif

Gambar Perspektif Satu titik Lenyap Sudut Pandang Mata Burung Karya Mutiara
Gambar Perspektif Satu Titik Lenyap Sudut Pandang Mata Normal secara Manual Karya Mutiara
Gambar Perspektif Satu Titik Lenyap Sudut Pandang Mata Cacing Karya Mutiara secara Manual
Gambar Perspektif Satu Titik Lenyap Sudut Pandang Mata Burung Karya Akmal Menggunakan Blender 3D

Gambar-gambar di atas merupakan beberapa hasil karya murid kelas X yang mengikuti pembelajaran tentang perspektif. Pembelajaran yang saya dilakukan menganut prinsip diferensiasi. Sebelum pembelajaran, guru menyampaikan materi dalam bentuk tertulis dan video untuk dipelajari terlebih dahulu. Siswa saya minta untuk mempelajari materi perspektif satu titik lenyap dengan sudut pandang mata burung, mata normal dan mata cacing melalui link :

https://drive.google.com/drive/folders/1z3R9ocp_dKdrlNiNdEn9rEsVFJxsgB-o?usp=sharing

Dalam pembelajaran ini kebutuhan murid perlu difasilitasi. Melalui modul yang disediakan memfasilitasi murid untuk siap terlebih dahulu untuk membaca, melihat contoh-contoh gambar perspektif, bagaimana prosedur pembuatan gambar perspektif. Dalam folder tersebut, disediakan contoh-contoh video pembuatan gambar perspektif untuk memfasilitasi murid yang cenderung belajar secara visual dan audiotory. Kegiatan ini merupakan pra pembelajaran yang bertujuan untuk menyiapkan murid untuk belajar terlebih dahulu.

Pada saat pembelajaran di kelas, budaya-budaya positif yang ada di kelas terus dikuatkan. Saya selalu mengecek kesiapan siswa dan kebersihan kelas. Hal paling kecil perlu diperhatian, seperti penataan sepatu. Ketika saya datang ke kelas, saya merasakan bahagia karena budaya positif sudah terbentuk, tinggal diberikan penguatan-penguatan. Sepatu sudah tertata rapi dan segera saya apresiasi.   

Kerapihan Menata Sepatu

“Anak-anakku, terima kasih atas kerapihan dalam menata sepatu. Hal paling kecil sudah kalian lakukan. Dari hal yang paling kecil inilah, menjadi modal yang besar untuk menyelesaikan hal-hal yang lebih kompleks. Seketika foto-foto tersebut saya kirim ke group guru. Inilah cara saya memberikan apresiasi terhadap budaya positif yang sudah dilakukan di kelas X animasi.

Usai memberikan apresiasi, saya mengajak murid untuk melakukan hening sejenak. Mindfullness perlu dibangun untuk membawa pada kesadaran batin. Ketika mereka sudah terbiasa untuk sadar setiap saat, maka segala bentuk yang masuk tidak serta merta langsung direspon, namun terbiasa untuk mencermati terlebih dahulu, sehingga harapannya akan mengambil keputusan secara bijak. Saya mengajak murid untuk melakukan kegiatan hening. “Anak-anakku silahkan duduk yang paling nyaman, badan tegap. Silahkan melihat ujung hidungnya masing-masing. Mari kita lakukan hening sejenak. Tarik napas dalam-dalam, simpan sejenak, keluarkan secara pelan-pelan. Cobalah pikiran  kita ikuti keluar masuknya napas. Ketika pikiran mengembara, tarik kembali dan pikiran mengikuti keluar masuknya napas melalui hidung. Tetap melihat ujung hidung”, ungkap saya ketika memimpin hening sejenak sebelum pembelajaran masuk ke tahap inti.

Di tengah-tengah keheningan, saya memimpin doa. “Ya. Tuhan. Maha Welas Asih. Pancarkanlah welas asihMu kepada kami, agar kami dapat memancarkan welas asihMu kepada kedua orang tua kami yang tak mengenal lelah merawat kami hingga saat ini. Akan kupancarkan welas asihMu kepada keluarga kami, guru-guru kami, teman-teman kami, bahkan pada semua makhluk. Yang ada di penjuru barat, penjuru timur, penjuru utara, selatan, yang besar, yang kecil, yang jauh, yang dekat, yang nampak, maupun yang tidak nampak. Hari ini, kami akan mengikuti pembelajaran dasar-dasar animasi. Semoga kami dapat melaksanakan pembelajaran ini dengan penuh tanggungjawab, menyelesaikan tantangan dengan sepenuh hati, sehingga dapat meningkatkan kompetensi kami. Semoga semua makhluk hidup berbahagia”, ucap saya masih dalam kondisi hening. 

Untuk menutup kegiatan hening, setelah beberapa saat kondisi masih hening saya menyampaikan. ” Tarik napas dalam-dalam, tahan, keluarkan pelan-pelan. Silahkan mata kita buka pelan-pelan dan lihatlah apa yang ada di sekeliling kita. Kegiatan hening selesai”, ungkap saya kepada murid-murid. “Silahkan kalian menyampaikan, apa yang dirasakan setelah mengitkuti kegiatan hening ini?”, tanya saya ke murid-murid. Dari pertanyaan ini, ada beberapa murid yang menyampaikan bahwa mereka menjadi tenang dan damai. Ya inilah yang saya terapkan untuk meningkatkan mindfullness, salah satu cara penerapan Social Emotional Learning. 

Memasuki pada kegiatan pembelajaran, saya  memantik pertanyaan “Mengapa rel kereta api semakin jauh kelihatan semakin menyempit?”. Dari pertanyaan tersebut beberapa murid menyampaikan bahwa sebenarnya tidak menyempit, hanya karena jarak pandang kita yang tidak sampai. Kita memiliki keterbatan dalam memandang. Itu jawaban murid atas pertanyaan apersepsi. “Betul anak-anakku. Keterbatasan jarak pandang kita, menyebabkan rel kereta api nampak menyempit dan semakin jauh nampak menjadi satu menuju pada satu titik tertentu. Fenomena ini ada kaitannya dengan  apa yang akan kita pelajari tentang gambar perspektif. Saat kita di animasi, akan membuat gambar background, kemampuan membuat gambar perspektif sangat dibutuhkan, sehingga background yang dihasilkan nampak seperti riil”, ungkap saya lebih lanjut.  Selanjutnya saya menyampaikan tujuan pembelajaran bahwa setelah belajar ini, siswa akan dapat membuat gambar background animasi menggunakan prinsip perspektif satu titik lenyap dengan sudut pandang mata burung, mata normal dan mata cacing. Pada pertemuan ini anak lebih fokus pada sudut pandang mata burung. 

Untuk melihat kesiapan murid, guru memantik dengan pertanyaan. “Pada hari-hari sebelumnya, kalian sudah membaca materi yang sudah dishare di group. Apa yang menjadi ciri khas gambar yang menggunakan prinsip perspektif satu titik lenyap?”, tanya saya. Memang saya merasakan agak sulit mendapatkan murid yang langsung memberikan jawaban. Ada kemungkinan belum terbiasa menyampaikan pendapatnya di depan banyak orang. Inilah tantangan yang selama ini saya hadapi. Karena belum ada satupun yang menjawab. Akhirnya saya lakukan dialog tanya jawab. “Ketika akan membuat gambar background dengan menggunakan prinsip perspektif satu titik lenyap dengan sudut pandang mata burung. Di mana letak garis horizontal?”, tanya saya lebih lanjut. Dari pertanyaan ini ada beberapa murid menjawab bahwa horizon di atas. “Di mana letak titik lenyapnya?”, tanya saya lebih lanjut. Dari pertanyaan ini beberapa murid menjawab letak titik lenyapnya ada di garis horizon. Jawaban murid sudah benar. Akhirnya untuk menyamakan persepsi, saya minta murid untuk membuat garis tepi dengan ukuran 1 cm dari tepi kertas. Selanjunya saya minta untuk membuat garis horizon di bagian atas. Saya minta membuat titik lenyap dan murid saya bebaskan menentukan letak titik lenyap yang masih berada pada garis horizontal. Mereka boleh menentukan titik lenyap berada di sebelah kiri, tengah atau sebelah kanan, yang terpenting berada pada garis horizon. Selanjutnya saya minat membuat  persegi panjang dengan lebar minimal 5 cm dan tinggi minimal 10 cm. Dari titik-titik sudutnya, saya minta membuat garis lurus yang terhubung ke titik lenyap.  Inilah tantangan pertama yang langsung saya cek satu demi satu. Murid yang sudah selesai segera saya minta untuk dibawa ke saya. Apabila sudah benar, maka saya bubuhkan tulisan acc. 

Meskipun pembelajaran secara klasikal, namun saya harus memastikan bahwa murid telah memiliki kemampuan secara teknik menggambar perspektif satu titik lenyap dengan sudut pandang mata burung dengan benar. Dan ini hanya dapat dilakukan secara individu. Saat pembelajaran ini sangat dibutuhkan effort yang besar. Setiap murid adalah unik, ada yang berjalan dengan cepat, ada yang lambat. Sehingga saya benar-benar harus sabar menghadapi murid-murid dengan keunikannya masing-masing. Dari tulisan acc ini ternyata memicu semangat murid untuk mendapatkan kepastian kebenaran dari gambar yang telah dibuat. Dari proses ini, meskipun nampak seragam, namun sebenarnya sangat beragam. Pada saat membuat garis horizon saja, murid sudah beragam. Ada yang menggunakan garis tepi sebagai horizon, ada yang membuat garis baru di bawah garis tepi sebagai horizonnya. Saat membuat titik lenyap murid juga beragam, ada yang memilih di sebelah kiri, tengah ataupun sebelah kanan. Bahkan ketika membuat persegi panjang, sangat beragam karena kata kuncinya adalah lebar minimal 5 cm dan tinggi minimal 10 cm. Diferensiasi ini selalu saya perhatikan agar keberagaman merupakan sifat alamiah yang selalu dihargai.   

Ketika murid sudah mendapatkan respon acc dari saya, maka saya berikan tantangan yang lebih kompleks. Ibarat bermain game, mereka sudah masuk ke level berikutnya. Saya minta murid untuk mengamati contoh penerapan gambar perspektif satu titik lenyap dengan sudut pandang mata burung pada materi yang sudah dishare. Contoh tersebut sebagai bahan referensi, selanjutnya saya minta untuk menyelesaikan tantangan berikutnya yaitu praktik membuat gambar background dengan prinsip perspektif satu titik lenyap dengan sudut pandang mata burung. Murid mendapatkan tantangan untuk menerapkan perspektif satu titik lenyap dengan sudut pandang mata burung. Murid diberbolehkan memilih gambar interior seperti ruang tamu, kamar dapur, kamar tidur ataupun kamar-kamar lainnya ataupun gambar eksterior sesuai keinginan dan kenyamanan murid. Murid juga diperbolehkan memilih letak titik lenyap di sebelah kiri, tengah ataupun di sebelah kanan. Murid juga boleh menggunakan media sesuai kenyamanan, boleh menggunakan media kertas dengan pensil, media kertas dengan cat air, media digital dengan software yang kalian miliki seperti canva, ibis paint dan blender ataupun media lainnya. Hasil karya murid selanjutnya saya minta untuk megupload di IG dan linknya dikirim ke group whatsapp. Dari group whatsapp tersebut saya berlanjut memberikan respon secara individu meskipun dalam group klasikal. Hal ini bertujuan agar murid dapat saling belajar. Karya-karya yang dikirim oleh murid, akan dilihat oleh murid lainnya sehingga menjadi bahan referensi. Karya yang saya komentari, hal-hal yang perlu diperbaiki ataupun ditambahkan menjadi pelajaran bagi murid-murid lainnya yang ada di group tersebut.

Inilah pembelajaran diferensiasi yang saya lakukan dengan mengintegrasikan sebagian kecil dari Social Emotional Learning yaitu menumbuhkan kemampuan kesadaran diri melalui mindfullness. Semoga menginspirasi.

Leave a Comment Cancel Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version