Di bulan puasa ini, marak dilakukan kegiatan untuk memperdalam nilai-nilai keagamaan Islam seperti pesantren kilat, pembacaan ayat-ayat suci Alquran dan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan keimanan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Tidak mau ketinggalan, perkumpulan pelajar buddhis SMA/SMK di Kota Semarang di bawah asuhan Pak Daryono, S.Ag, M.Si menyelenggarakan kegiatan yang serupa yaitu pedalaman dhamma. Hari ini, 3 April 2024, pelajar yang beragama Buddha dari SMK Negeri 11 Semarang yaitu Pradipta dan Raditya mengikuti kegiatan pendalaman Dhamma di Vihara Buddha Dipa Pakintelan. Menurut Pak Daryono, S.Ag, M.Si, selaku guru Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti di Kota Semarang kegiatan tersebut dilaksanakan untuk memperdalam nilai-nilai keyakinan (sadda) kepada Tri Ratna (Buddha, Damma dan Sangha) sehingga diharapkan akan berdampak pada perilaku dan tindakan sehari-hari sesuai dengan ajaran Buddha.
Kegiatan tersebut dilakukan dengan diawali puja bhakti, meditasi, pendalaman dan sharing Dhamma, pelimpahan jasa dan mengunjungi Wihara Sima Internasional Bukit Kasap. Puja bhakti merupakan kegiatan yang rutin dilakukan oleh murid-murid yang beragama buddha ketika hari Jumat di sekolah, dimana mereka membaca parita dan sutta yang bertujuan menambah keyakinan dirinya terhadap Tri Ratna. Dalam puja bhakti tersebut mereka melaksanakan namaskara gatta dan vandana sebagai bentuk penghormatan kepada Tri Ratna (Buddha, Damma, Sangha), dilanjutkan dengan pembacaan tri sarana sebagai bentuk ungkapan berlindung kepada Buddha, Damma dan Sangha. Selanjutnya mereka membacakan parita Pancasila Buddhis sebagai bentuk ikar diri untuk menghindari pembunuhan, pencurian, perbuatan asusila, ucapan tidak benar dan minuman keras.
Usai pembacaan parita-parita tersebut, Pradipta yang bertindak sebagai pemimpin puja bhakti mengajak peserta untuk melaksnakana meditasi metta bavana. Meditasi ini merupakan salah satu cara mengembangkan cinta kasih melalui konsentrasi dengan objek napas (anapanasati). Di setiap hembusan napasnya, di dalam pikiran mereka hanya berucap semoga semua makhluk berbahagia. Kesadaran diri menjadi landasan utama untuk bertindak, sehingga ketika kesadaran dirinya terlatih, maka akan berdampak pada kesadaran dalam melakukan tindakan. Apapun stimulus dari luar yang masuk ke dalam pikiran akan terbiasa disaring terlebih dahulu, sehingga seseorang akan mudah mengendalikan dirinya. Usai meditasi, mereka melakukan pelimpahan jasa dengan membaca parita etavata.
Usai puja bhakti, mereka melaksanakan sharring damma yang dipimpin oleh Pak Daryono. Dialog dalam sharring dhamma ini lebih diutamakan. Inilah metode yang selalu digunakan oleh Pak Daryono, karena beliau menyadari tentang pentingnya budaya dialektika di ruang ketiga.
Dari proses dialog inilah, suara murid-murid lebih didengar, sehingga apa yang akan dilakukan selanjutnya atas dasar kesadaran dirinya. Jarang sekali Pak Daryono memberikan damma dengan ceramah, namun lebih banyak menggali data, fakta dari murid-muridnya dan dikaitkan dengan Dhamma.
Kegiatan selanjutnya mereka diajak oleh Pak Daryono mengunjungi petilasan tokoh Bhante terkenal yang membumikan Damma di nusantara setelah keruntuhan Majapahit yaitu Bhante Ashin Jinarakita. Mereka diajak ke Bukit Kasapa sebagai tempat sebuah vihara hutan yang disebut vihara Sima Buddha Jayanti 2500. Vihara tersebut merupakan vihara yang nilai spiritualnya setara dengan Candi Borobudur, karena sebagai tempat pentabisan Bhiksu yang pertama di Indonesia dan di vihara yang saat ini tinggal puing-puing karena roboh terkena longsoran bukit juga terdapat relik Buddha yang dibawa oleh Bhante Narada Maha Thera di kala itu sekitar tahun 1958 an.
Tujuan berkunjung ke vihara Budhha Jayanti ini untuk menanamkan kepada generasi muda Budhhis agar tidak melupakan jasa para pendahulunya.