Bahagia sore ini, 5 Januari 2024 saya diundang oleh siswa-siswa yang tergabung di kerohanian Kristen SMK Negeri 11 Semarang dalam rangka retreat perayaan natal. Sudah jauh-jauh hari, ketua panitia mengundang saya untuk bisa hadir dalam acara tersebut. Saya diminta untuk memberikan motivasi dalam kegiatan tersebut yang diselenggarakan di Lembah Kemenangan yang berada di Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. Hawa sejuk terasa sekali, karena tempat tersebut berada di bawah lereng gunung Ungaran yang lumayan jauh dari pusat kota Ungaran. Dalam perjalanan saya sempat bertanya pada diri saya sendiri. “Saya harus ngomong apa ya di hadapan anak-anak kerohanian Kristen ini?”. Dalam perjalanan tersebut saya membaca undangan dan melihat kata-kata lembah kemenangan. Lalu kemenangan seperti apa ya? Inilah yang menjadi tema dadakan ketika saya harus menyampaikan motivasi tersebut.
Sampai di lokasi, saya langsung disambut penuh hangat oleh siswa-siswa yang mengikuti kegiatan retreat. Memang inilah yang bisa saya rasakan. Kehangatan yang dilandasi kasih sebagai pondasi seorang yang mengaku dirinya sebagai Kristen. Dari cara penyambutan inilah, semakin memperkuat tema yang akan saya angkat dalam pemberian motivasi yang singkat dan padat.
“Selamat sore. Salom, salam sejahtera untuk kita semua”, salam pembuka untuk mengawali motivasi di sore ini. “Saya sore hari ini merasa bahagia, karena diundang untuk memberikan motivasi dan ikut merayakan natal dengan penuh kegembiraan. Pas cocok dengan suasana yang nyaman di lembah kemenangan”, ungkap saya selanjutnya. “Berbicara tentang kemenangan, siapa yang disebut sebagai pemenang sejati?”, semua terdiam. Akhirnya saya menyampaikan sebuah syair kuno
Menaklukkan ribuan orang Tak dapat disebut pemenang
Tapi menaklukkan diri sendiri Dialah penakluk gemilang
Syair ini saya ambil dari penggalan sebuah lagu, ciptaan Antono H.T yang dinyayikan oleh Olivia Yunita. Syair lagu tersebut sebenarnya berasal dari Dhammapada, Sahassa Vagga 103: “Walaupun seseorang dapat menaklukkan ribuan musuh dalam ribuan kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri”.
Seketika tepuk tangan dari para peserta retreat setelah mendengarkan syair yang saya ucapkan. Setelah hening saya lanjutkan dengan penggalan syair dalam lagu tersebut.
Baik patut dibalas baik
Jahat jangan dibalas jahat
Kembali disambut dengan tepuk tangan. Hal ini menggambarkan bahwa syair-syair tersebut sangat beririsan dengan yang sering diajarkan di agama Kristiani. “Anak-anakku, syair tersebut sudah ada 2500 tahun yang lalu, dan ada pada ajaran Buddha. Tentu hal ini tidak bertentangan dengan ajaran yang ada di Kristiani. Landasan dari hal ini adalah cinta kasih. Cinta kasih dalam bahasa pali disebut dengan metta. Cinta kasih secara universal tanpa memandang suku, agama, budaya. Cinta kasih universal ini seperti pengorbanan seorang ibu untuk anak-anaknya tercinta.
Kembali kepada siapa pemenang sejati. Pemenang sejati adalah yang mampu menaklukkan dirinya sendiri, bukan yang mampu menaklukkan ribuan orang. Menaklukkan diri sendiri adalah menaklukkan ego kita dan kesombongan diri. Hari ini saya ikut bahagia dan suka cita dengan anak-anakku yang merayakan natal. “Natal adalah sebuah moment yang bersejarah, dimana untuk merayakan lahirnya Sang Pencerah. Yesus lahir sebagai juru selamat bagi umatnya. Seorang yang terpilih dan mencapai pencerahan diawali dari sebuah perjuangan yang luar biasa yang mampu menurunkan egonya, bahkan rela mengorbankan dirinya. Beliaulah sebagai pemenang yang mampu menaklukkan dirinya dan membebaskan dari kekotoran batin. Untuk mencapai kemenangan ini tentu dilandasi dengan kasih yang tanpa batas.
Dalam motivasi ini saya memberikan pesan agar pemuda-pemudi Kristiani SMK N 11 Semarang agar meneladani apa yang sudah dilakukan Tuhan Yesus yang tindakannya berlandaskan pada kasih. SMK N 11 Semarang memiliki OSIS dengan nama Prayatna Maitri, menjadi pendorong untuk selalu semangat menebar cinta kasih. Pemuda-pemudi Kristiani SMK N 11 Semarang adalah salah satu bagian dari penerus bangsa dan agen perubahan yang tindakannya dilandasi kasih yang telah dicontohkan Tuhan Yesus. “Mari anak-anakku, kita terus kobarkan jiwa toleransi dalam tindakan. Moderasi beragama yang sudah dilaksanakan di SMK N 11 Semarang dilaksanakan oleh kalian sebagai garda terdepan dalam menjaga toleransi ini”, ungkap saya sebelum mengakhiri motivasi. “Selamat Natal, Damai untuk kita semua. Selamat Tahun Baru 2024, semoga di tahun ini menjadi lebih baik dari tahun sebelumnya. Sukses untuk kalian semua. Selamat sore, salom dan salam sejahtera untuk kita semua”.
Dari motivasi yang saya berikan pada perayaan natal yang diselenggarakan oleh kerohanian Kristen SMK Negeri 11 Semarang ini dapat diambil kesimpulan bahwa kemenangan sejati adalah siapa saja yang mampu menaklukkan dirinya sendiri. Seperti tercantum pada sebuah lagu berikut.
Menaklukkan ribuan orang
Tak dapat disebut pemenang
Tapi menaklukkan diri sendiri
Dialah penakluk gemilang
Lahir, tua, sakit dan mati
Menderita hidup di dunia
Perbuatan s’lalu yang tercela
Pasti kau akan menderita
Baik patut dibalas baik
Jahat jangan dibalas jahat
Pengendalian diri itu
Pasti membuat bahagia
Hukum karma pasti berlaku
Hukumnya alam semesta
T’lah diterangkan oleh Sang Buddha
Sang Guru yang kita puja