Yang selalu saya ingat dari berbagai webinar dari Gerakan Sekolah Menyenangkan adalah kata-kata menuntun kodrat dan membangun budaya dialektika. Keduanya merupakan point penting dari pendidikan yang selalu digaung-gaungkan secara berulang-ulang oleh GSM. Realitanya kedua point ini membutuhkan energi dan meluangkan waktu bagi seorang guru ketika akan menerapkan kedua point penting tersebut. Membangun budaya dialektika menjadi kunci agar terbuka komunikasi yang lebih terbuka antara guru dan siswa. Saat ini sekat antara guru dan siswa itu nampak tebal, karena keinginan mayoritas guru di Indonesia untuk minta dihormati muridnya masih tinggi, sedangkan kemampuan mendengarkan murid masih rendah. Penginnya guru itu didengarkan apa yang dikatakan, pengin diperhatikan materi pelajaran yang disampaikan, tanpa memperdulikan apakah materi itu menjadi kebutuhan siswa atau tidak.
Malam minggu ini, 6 Mei 2023, saya mencoba terus membangun budaya dialektika dengan murid. Meskipun kami berjauhan, namun masih ada satu media yang bisa mempersatukan yakni group Whatsapp. Hal-hal yang ringan menjadi pantikan dan stimulus untuk kami diskusikan. Saya kirimkan sebuah gambar ilustrasi penumpang kereta api jaman dulu dan sekarang yang terjadi di Indonesia.
“Anak-anakku. Ini adalah perbedaan orang naik kereta api dulu dan sekarang. Dari gambar itu, apa yang bisa kalian simpulkan? Bagaimana keyakinan kalian, apakah Indonesia akan mampu mengejar ketertinggalan dari negara yang lebih maju? Berikan alasan-alasan yang logis”, tanya saya di group. Seringkah cara-cara ini dilakukan di group whatsapp. Jangan-jangan group whatsapp sepi, atau hanya berisi perintah-perintah atau tugas-tugas sekolah saja. Mudah-mudahan tidak ya.
Pertanyaan yang ringan, namun secara langsung memantik berpikir, berpendapat meskipun melalui bahasa tulisan. Memantik berpikir kritis, tidak harus dengan pertanyaan yang sulit, justru dari fenomena sehari-hari dapat menjadi pemantik yang menarik untuk didiskusikan. Beberapa menit kemudian, bermunculan pendapat murid.
“Dari gambar tersebut saya menyimpulkan, bahwa orang Indonesia semakin maju dari waktu ke waktu, namun untuk mengejar ketinggalan dari negara-negara lain akan masih lama, berkaca dari banyaknya anggaran yang terbuang dan anggaran yang masuk ke kantong koruptor”, ungkap Yasin. Yasin mampu menganalisis tentang perubahan yang positif pada masyarakat Indonesia. Sebenarnya dengan sistem dibangun, masyarakat Indonesia itu bisa menaati aturan yang dibuat, dan ketika kebermanfaatannya lebih nyaman dirasakan, maka akan cenderung taat pada aturan yang dibuat. “Apa yang lebih dominan yang diperlukan untuk mengejar ketertinggalan tersebut?”, tanya saya lebih lanjut. “Kesadaran diri terhadap tanggung jawab sebagai warga negara”, jawab Yasin. Ungkapan Yasin ini membuktikan bahwa dirinya memiliki sudut pandang untuk mencari sesuatu dari dalam diri. Ketika permasalahan yang terjadi di lingkungan, ia kembalikan pada dirinya sebagai bahan untuk instrospeksi. Pemikiran yang luar biasa seorang murid dengan sudut pandang yang berbeda.
“Perbedaan Indonesia yang dulu dan sekarang sangat cepat terjadi. menurut saya sekarang indonesia mulai tertata tapi belum rapih. dikarenakan infrastruktur yang belum merata. Sebenarnya Indonesia bisa saja maju jika indonesia lebih memanfaatkan sumber dayanya dengan meningkatkan kualitas SDM nya karena di Indonesia masih banyak SDM yg kurang berkualitas”, ungkap Iqbal. Ketika ditanya SDM seperti apa yang dapat mengejar ketertinggalan, Iqbal memberikan penjelasan terkait dengan budaya menghargai waktu.
“Menurut saya yang pertama lebih menghargai waktu,dikarenakan kebiasaan warga yg santai sehingga sering molor, yang kedua meningkatkan etika,dan juga meningkatkan tanggung jawab”, ungkap Iqbal.
“Yang dapat saya simpulkan dari gambar tersebut adalah, semakin berkembangnya zaman akan semakin banyak perubahan dan kemajuan. menurut saya indonesia dapat mengejar ketertinggalan dari negara yang lebih maju alasannya adalah karena negara indonesia memiliki SDA yang melimpah,kemudian yang kedua indonesia memiliki SDM yang banyak. bisa mengejar ketertinggalan dengan negara lain dengan cara memberikan lapangan pekerjaan yg luas kemudian penguasaan iptek,
mengurangi dan memberantas korupsi, dan meningkatkan kualitas ekonomi”, ungkap Nesya.
“Mungkin Indonesia bisa mengejar negara negara lainnya, tapi belum pasti juga bisa menyaingi atau lebih maju dari negara negara lainnya karena penduduk Indonesia termasuk bagian negara paling malas”, ungkap Yosepta. Kemalasan menjadi sumber masalahnya dan menurut Yosepta kita perlu mengontrol diri. “Mengontrol rasa malas hanya bisa dari kita sendiri jadi kalau saya malas untuk berbuat sesuatu saya memikirkan apa tujuan hidupku”, ungkap Yosepta lebih lanjut.
“Kesimpulan saya adalah, penggunaan Kereta Api di masa sekarang menjadi lebih tertib dan rapi dibandingkan penggunaan Kereta Api di masa lampau yang mungkin menurut saya karena peraturan-peraturan di masa sekarang lebih ketat dan penjagaan dari petugas Stasiun ataupun petugas Kereta Api lebih baik. Untuk menjadi negara maju Indonesia harus memiliki SDM yang baik, jadi jika SDM negara Indonesia belum baik, maka akan sulit untuk Indonesia menjadi negara maju. Jadi menurut saya akan sulit untuk Indonesia maju jika Indonesia tidak bisa meningkatkan kualitas SDM-nya. Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, tapi sumber daya alamnya malah diambil keuntungannya oleh negara lain, jadi SDM yang saya maksud agar Masyarakat Indonesia bisa mengolah dan mengambil keuntungan dari sumber daya alamnya sendiri”, ungkap Moreno.
Inilah yang saya lakukan untuk membangun budaya dialektika. Bukan sekedar membangun kedekatan dengan murid, namun memantik siswa berpikir kritis, yang menjadi salah satu kompetensi yang diperlukan di abad 21 ini. Remeh temeh masalah yang menjadi topik pembicaraannya, namun saya yakin mereka akan memiliki kesadaran diri untuk berubah.