Pagi ini, 30 Desember 2023, saya benar-benar menikmati kebersamaan bersama istri. Sudah dari 3 hari yang lalu, saya bisa mengantar ibu negara (istri) untuk mengurus syarat-syarat pemberkasan pengajuan Nomor Induk PPPK. Sangat bersyukur akhirnya istri di usia 45 tahun diterima menjadi pegawai negeri melalui jalur PPPK. Bersyukur lagi karena diterima di Dinas Pendidikan Kota Semarang, sehingga tidak merasa khawatir seperti tahun sebelumnya ketika masih mengikuti data di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah yang besar kemungkinan akan ditempatkan di seluruh wilayah Jawa Tengah. Jika terjadi kemungkinan bisa ada dua dapur. Hari ini, hari ke empat mengantar ibu negara lagi namun bukan untuk pengurusan pemberkasan, namun untuk memperpanjang masa berlakunya SIM. Karena tempatnya tidak jauh dari kantor Palang Merah Indonesia di Jalan Mgr. Soegijopranata, akhirnya saya pun berniat untuk donor darah. Memang sudah waktunya donor, bahkan sudah terbilang lewat waktunya.
Rasa bahagia menyelimuti hati dan pikiran saya, karena pagi-pagi sudah saya siapkan betul dengan sarapan, bahkan 3 hari sebelumnya juga tidak minum obat dengan harapan dapat mendonorkan darah ke PMI. Daripada menunggu lama ketika istri mengurus perpanjangan SIM, saya pun berjalan kaki menuju kantor PMI yang hanya beberapa meter saja dari lokasi tersebut. Kutempelkan barcode yang ada di kartu PMI dan mulai kuisi data-data kondisi riil yang isinya menyatakan bahwa saya bersedia mendonorkan darah karena sudah memenuhi syarat menurut penilaian saya. Data dicetak dan harus menunggu dipanggil untuk pengecekan kesehatan terlebih dahulu.
“Pak Diyarko”, suara terdengar dari petugas PMI yang akan mengecek kesehatan. Datanglah saya mendekati dan duduk di kursi yang sudah disediakan. Kusodorkan jari saya untuk diambil darahnya agar bisa dicek hemoglobinnya. Dalam hati saya berharap, HBnya memenuhi kriteria untuk donor darah. “Mohon maaf Pak, HBnya belum memenuhi. Baru 12,30, masih kurang 0,2. Datang ke sini 3 hari lagi ya Pak”, ungkap petugas kesehatan tersebut. “Ya, bu, siap”, jawab saya, sambil berpamitan.
Dari kondisi yang saya alami hari ini saya mendapatkan hikmah dan pelajaran bahwa untuk berbuat baik, niat saja ternyata belum cukup. Ada kondisi-kondisi yang di luar kehendak saya yang ikut menentukan niat tersebut akan teralisasi menjadi tindakan. Hemoglobin yang masih kurang ini merupakan kondisi di luar kendali saya sehingga hari ini saya belum mendapatkan kesempatan untuk donor darah. Meskipun ladang sudah tersedia di depan mata, namun biji yang akan ditanam dalam kondisi yang tidak baik, maka berpengaruh terhadap hasilnya ketika dipaksakan ditanam. Bersyukurlah para pembaca yang hari ini memiliki niat yang baik, dalam kondisi yang baik sehingga niat tersebut terealisasi menjadi tindakan.
Kejadian hari ini apabila saya bawa ke dalam dunia persekolahan dapat disimpulkan bahwa untuk mengajar, membimbing murid-murid niat baik saja saja tidaklah cukup, perubahan mindset saja juga tidak cukup, diperlukan kondisi-kondisi yang mendukungnya. Dalam konteks Gerakan Sekolah Menyenangkan, kondisi-kondisi tersebut disebut dengan empat area perubahan. Untuk mendidik sesuai filosofi Ki Hajar Dewantara yakni menuntun segala kodrat yang dimiliki murid untuk mencapai kebahagiaan setinggi-tingginya diperlukan empat area perubahan yakni ekosistem belajar yang menyenangkan, keterhubungan sekolah dengan orang tua dan masyarakat, pengembangan sosial emosional dan pembelajaran penalaran. Salam GSM, berubah, berbagi, berkolaborasi.