“Tantangan ke depan semakin tidak terduga. Kita bukan hanya menghadapi ancaman fisik, tetapi juga ancaman yang tak kasat mata. Pandemi, konflik global, revolusi teknologi, hingga krisis iklim telah membawa dampak dan risiko ketahanan negara. Kita harus memiliki jiwa Bela Negara sebagai pilar utama yang menjadikan kita tangguh dan cerdas dalam menghadapi situasi yang tidak menentu. Semangat Bela Negara bukan hanya tanggung jawab aparat pertahanan, tetapi juga membutuhkan partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat. Ini adalah tugas kita bersama dalam menjaga kesatuan dan persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bela Negara di Indonesia bukan hanya terkait pada aspek militer tetapi harus lebih luas lagi, merangkul semua lapisan masyarakat dalam kehidupan seharihari. Setiap tindakan, sekecil apapun, yang dilandasi cinta kepada bangsa dan negara, cinta kepada Pancasila dan NKRI adalah wujud konkrit Bela Negara”, sebuah tulisan pidato Presiden Republik Indonesia dalam rangka memperingati hari Bela Negara yang ke 75 pada tanggal 19 Desember 2023. Melihat isi pidato tersebut menjadikan bahan refleksi bagi guru di Indonesia, sudahkah memfasilitasi kegiatan-kegiatan bagi muridnya untuk terus memupuk rasa nasionalisme dalam membela NKRI?
Keutuhan NKRI dapat terwujud ketika masyarakatnya memiliki kesadaran tentang Bhineka Tunggal Ika. Kesadaran bahwa perbedaan suku, ras, agama dan bahasa yang dimiliki oleh bangsa ini merupakan sesuatu kekayaan yang berharga untuk terus dirawat. Upacara Hari Bela Negara ini sebagai momentum bagi kita bersama untuk melakukan refleksi diri tentang peran guru dalam memupuk kesadaran bela negara. Bersyukur saya mendapatkan kesempatan untuk membuat program-program di bidang kesiswaan guna memupuk kesadaran bela negara. Di awal memasuki kegiatan pembelajaran pada tahun 2023 ini, kami dapat menyelenggarakan kegaitan memupuk kedisiplinan para murid melalui program bela negara yang dilaksanakan pada tanggal 31 Juli 2023 sampai dengan 2 Agustus 2023. Adapun peserta dalam kegiatan tersebut adalah seluruh siswa kelas XI yang dilatih langsung oleh personil kepolisian dari Polsek Banyumanik. Melalui kegiatan baris berbaris yang dilatih oleh kepolisian diharapkan akan tumbuh dari dalam diri untuk berperilaku disiplin, endingnya akan bermanfaat bagi siswa itu sendiri ketika menghadapi kehidupan di dunia industri dan dunia usaha. Disiplin merupakan komponen penting, apalagi siswa yang sehari-harinya berkecimpung di dunia seni kreatif pasti syarat dengan pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan disiplin kuat terutama berkaitan dengan deadline waktu. Ketika siswa tidak mampu menaati disiplin waktu penyelesaian tugas di industri, maka tidak hanya dirinya yang rugi, namun justru yang paling dirugikan adalah pihak indusrti dan dunia usaha. Melatih kedisiplinan diri menjadi hal yang wajib dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyiapkan itu semua.
Kecintaan terhadap NKRI diwujudkan pula dari rasa cinta dan kasih sayang terhadap sesama. Hal inilah yang perlu dipupuk oleh setiap insan di SMK Negeri 11 Semarang. Oleh karena itu program-program di kesiswaan harus mampu memfasilitasi murid-murid untuk mengasah kepekaan rasa dan empati. Pogram bela negara diakhiri dengan bakti sosial yakni belajar melepas dengan menyisihkan hartanya untuk orang-orang yang membutuhkan seperti panti asuhan.
Merawat kebhinekaan menjadi point penting untuk memperkokoh persatuan. Di SMK Negeri 11 Semarang, mulai tahun 2023 ini mengawali dengan kegiatan moderasi beragama. Awalnya mengundang guru agama Islam, Katholik, Kristen dan Buddha untuk berdiskusi bersama dengan perwakilan murid dari berbagai agama. Dalam diskusi tersebut diperoleh titik temu tentang toleransi yang hakiki. Dalam kegiatan seminar moderasi beragama ini ada hal unik yang ditampilkan. Setiap perwakilan agama yang ada di SMK Negeri 11 Semarang memimpin doa dengan versinya masing-masing. Perbedaan ini memang sengaja ditampilkan agar para peserta mengerti dan mengetahui itulah perbedaan. Empat peserta dari Islam, Katholik, Buddha dan Kristen memimpin doa secara khusuk dan hikmat. Dilanjutkan dengan menanamkan nasionalisme dengan menyayikan lagu Indonesia Raya.
Memasuki kegiatan inti, kegiatan seminar moderasi beragama dilakukan dengan cara-cara yang tidak terlalu formal. Siska selaku moderator membuka acara dengan menanyakan hal-hal yang sederhana tentang pandangan toleransi dari setiap agama. Dari perbincangan semua narasumber yaitu Bu Netty (Kristen), Bu Diana Rini (Katholik), Pak Fahmi (Islam) dan Pak Daryono (Buddha) memberikan penjelasan bahwa cinta kasih menjadi landasan dari toleransi. Perbincangan semakin hangat karena setiap narasumber memberikan makna toleransi dari sudut pandang masing-masing agama secara lebih mendalam yang akan menambah pengetahuan dan wawasan yang berbeda-beda. Keindahan pelangi karena banyaknya warna-warna yang tertata secara harmonis. “Mengasihilah orang lain layaknya mengasihi diri sendiri”, ungkap Bu Diana Rini ketika mengungkapkan landasan perlunya toleransi dan Pak Daryono menekankan tentang doa yang selalu diucapkan oleh umat Buddha adalah Sabbe satta bavantu Sukhitata yang memiliki arti semoga semua makhluk hidup berbahagia sebagai landasan tentang toleransi.
Semoga hari bela negara yang ke 75 pada tanggal 19 Desember 2023 bukan sekedar menjadi upacara yang wajib diiikuti, namun menjadi momentum dan refleksi diri tentang pentingnya memumpuk rasa cinta tanah air Indonesia dengan bentuk tindakan-tindakan nyata. Meskipun tindakan tersebut kecil, namun memiliki arti. Meskipun tindakan itu sederhana, namun bermakna.