Tidak dapat dipungkiri bahwa kecepatan di industri kreatif jauh melesat dibandingkan dengan dunia persekolahan. SMK yang digadang-gadang sebagai tempat menempa murid untuk siap bekerja hanya akan menjadi impian saja ketika tidak adanya penyelarasan dengan dunia usaha dan industri. Untuk mengikuti kecepatan dunia usaha dan industri dibutuhkan sumber daya manusia (guru) dan sumber daya pendukung lainnya (peralatan) yang disesuaikan dengan industri. Sayangnya, hal itu tidak diimbangi dengan kondisi finansial sekolah sehingga mampu mengupagrade peralatan maupun mengupskill para gurunya. Ketika mendapatkan kesempatan untuk upskilling, guru masih mendapat beban administrasi yang menggunung. Kondisi inilah yang membuat semakin jauh jarak perbedaan antara dunia usaha dan industri dengan SMK.
Dengan kurikulum merdeka yang saat ini dilaksanakan, ada bagian yang sangat baik sehingga proses link and macth antara sekolah dan dunia usaha serta industri dapat terwujud dengan baik. Saat ini PKL atau magang sudah menjadi mata pelajaran tersendiri, sayangnya pelaksanaannya di kelas XII. Dari sisi waktu, PKL atau magang yang dilaksanakan di kelas XII akan terwujud dengan baik, manakala di kelas X dan XI, pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai standar industri dengan peralatan yang sesuai dengan industri. Namun hanya akan menambah masalah saja, ketika dua persyaratan itu tidak terpenuhi. Karena selama dua tahun tersebut murid tidak mengenal kondisi riil di industri. Melihat kondisi tersebut, maka SMK N 11 Semarang terutama di juruan Animasi melakukan terobosan baru yaitu memberangkatkan magang/ PKL di saat kelas XI. Ada harapan bahwa murid akan mengenal lebih awal tentang kondisi industri beserta budaya kerjanya.
Sejak bulan Juni 2023, dua rombongan belajar kelas XI Animasi sudah diberangkatkan mengikuti kegiatan magang dengan syarat mereka mengirim portofolio sesuai kebutuhan industri kreatif tempat magang. Pada bulan Desember ini tepatnya tanggal 22, secara resmi murid yang mengikuti magang tersebut ditarik untuk belajar kembali di sekolah. Seperti biasa, sebelum saya tarik, saya perlu tahu bagaimana pencapaian dari murid-murid yang magang tersebut. Pada hari ini, 16 Desember 2023, meskipun melalui Whatsapp, saya berhasil mengulik tentang hal-hal yang sudah diperoleh dari kegiatan magang. Saya melalukan wawancara dengan Kanza yang saat ini mengikuti magang di Animars Yogyakarta.
“Mbak. Coba ceritakan. Tentang hal baik apa yang sudah kamu peroleh dari kegiatan magang di Animars?”, tanya saya ke Kanza.
“Waduh Astaga maaf pak Di. Chatnya pak Di ketimpa sama pesan lainnya. Yang saya peroleh dari kegiatan di animars ya pak. Hmm. Apa saja ya hehe. Tentunya saya merasakan peningkatan yang makin baik pak, banyak yang saya pelajari, baik dalam tugas-tugas baru yang saya pelajari di tempat magang maupun dari saya pribadi dalam mengolah Softskill dan Mengolah rasa. Apalagi saya senang bisa diberi kesempatan sebagai team lead, pastinya bukan hal yang mudah dan semua orang bisa (mau) dalam posisi tersebut, baik buruk yang saya terima saya pelajari dan kembangkan menjadi lebih baik lagi. Bukan hanya itu, saya yang awalnya belum bisa berbagai software sekarang sudah lebih mempelajarinya, bahkan sebelum saya magang saya belum bisa menggunakan laptop, sekarang makin mahir saja. Terjadi ini itu dan banyak hal yang saya pelajari dari magang ini. Saya merasa cukup senang bisa belajar hal baru apalagi di industri. Saya sangat berterimakasih terutama pada pak Di yang sudah membimping dan membawa saya ke industri, dari awal pak Di yang terus mengarahkan untuk mengolah rasa sebelum mata pelajaran kejuruan. Dan juga tentunya dari pihak industri animars sebagai tempat saya belajar. Mungkin itu yang bisa saya sampaikan dulu pak untuk sekarang, intinya saya senang dan enjoy saja, asal kita enjoy tugas dan lainnya akan jadi suatu yang dipelajari bukan dibebani pada diri sendiri pak”, penjelasan Kanza
Dari penjelasan Kanza menunjukkan bahwa bukan masalah waktu yang terlalu dini untuk magang, justru sejak dini murid mengenal industri, murid akan belajar banyak dari aspek hard skill maupun soft skill. Bahkan seperti penjelasan Kanza yang mendapatkan kesempatan menjadi leader. Dari penuturan saat saya monitoring, Kanza pernah bercerita bahwa dirinya menjadi leader tidak hanya yang magang dari SMK, namun juga dari mahasiswa. Ini adalah pengalaman yang berharga. Untuk menjadi leader bukan perkara gampang, dibutuhkan kemampuan komunikasi yang baik. Dia juga harus berani menanggung resiko ketika tidak disukai oleh yang dipimpinnya ketika cara pandangnya yang berbeda.
“Penjelasan yang sangat lengkap. Apa rencana mbak Kanza usai magang. Karena dapat dipastikan toxic-toxic akan muncul?”, tanya saya lebih lanjut. “Mungkin saya mau cari job Freelance pak, jadi di sela-sela waktu bisa saya kerjakan dan menghasilkan. Dan agar saya tenang juga pak kalau mau atau butuh pegangan sudah ada hasil dari Freelance yang saya kerjakan”, ungkap Kanza memberikan penjelasan tentang rencana selanjutnya setelah magang. “Apa tidak ada rencana untuk memperpanjang magang? Atau mencari magang yang baru?”, tanya saya memberikan alternatif lain. Meskipun saya memberikan saran, namun sepenuhnya jawaban dan pilihan ada di Kanza. Pertanyaan itu hanya sebagai referensi saja.
“Untuk Toxic, pasti ada sih pak apalagi saya juga masih SMK pasti ada macam macam toxic, tapi ya kembali lagi ke saya pribadi pak. Kalau ada kesempatan saya juga mau magang lagi pak mungkin yang di Semarang juga, tapi untuk sekarang saya mau bantu orang tua dulu di rumah pak”, ungkap Kanza.
“Lalu. Apa rencana untuk terus mengasah skill leadershipmu di sekolah nantinya?”, tanya saya memastikan bahwa kemampuan sebagai leader tidak akan berhenti di industri saja. “Mungkin saya salurkan lewat kegiatan sekolah atau kegiatan ekstra”, jawab Kanza. “Apa ada rencana membuat kelompok project frelancer?”, tanya saya yang memberikan alternatif lagi. “Belum sejauh itu sih pak, tapi saya sudah ada kelompok dari industri pak hehe”, jawab Kanza yang memberikan penjelasan bahwa dirinya memiliki kelompok dari industri Animars yang bisa diberdayakan. “Berarti mau dilanjutkan?”, tanya saya lagi. “Lanjut freelancenya saja pak”, jawab Kanza yang membuktikan bahwa Kanza memiliki rencana kuat dan matang untuk mengembangkan dirinya sebagai frelancer. Lagi-lagi naluri Coaching saya muncul secara alamiah, akhirnya saya bertanya untuk memastikan rencana itu akan terlaksana dengan baik. “Akan dimulai kapan?”, tanya saya secara singkat. “Sekiranya setelah magang”, jawab Kanza. “Sip. terima kasih informasinya. Apa yang dapat disimpulkan dari obrolan di watshapp ini?”, tanya saya untuk menutup diskusi. “Selama kita mau paham dan mengolah softskill dengan baik maka hardskill dan kesempatan lainnya akan datang membawa kebaikan yang sama pula pak, dan juga tidak ada ruginya mau paham dan belajar hal baru apalagi magang di industri pak”, jawab Kanza memberikan kesimpulan. “Sukses. Semoga segera terlaksana rencanamu”, respon saya. “Amin pak, terimakasih pak Di”, jawab Kanza mengakhiri dialog melalui whatsapp.
Dari dialog yang saya bangun dengan murid yang sedang mengikuti magang dan sebentar lagi akan kembali ke sekolah, dapat diambil kesimpulan bahwa melalui terobosan baru berupa magang di kelas XI, memberikan dampak yang positif terhadap percepatan kompetensi yang diperoleh murid. Tidak hanya hard skill, namun softskill yang terbentuk melalui budaya kerja yang dibangun di dunia usaha dan industri. Tinggal tugas kita sebagai guru, bagaimana merawat budaya kerja tersebut terjadi di sekolah. Jangan sampai murid kembali ke sekolah, justru terbawa toxic-toxic yang bermunculan. Rebahan, kecanduan bermain game akan muncul kembali. Semoga tidak. Namun jika ada pilihan, maka saya berharap mereka dapat mengikuti magang selama 1 tahun dan kembali di kelas XII untuk melaksanakan proses project riil dari industri yang dibawa ke sekolah. Semoga ada jalan menuju ke sana.