Latih Komunikasi Siswa Animasi Melalui Challenge Kerja

Akhir-akhir ini saya merasa prihatin ketika melihat beberapa siswa kelas XI Animasi yang dikembalikan ke sekolah oleh industri tempat magang. Ada beberapa alasan mengapa mereka dikembalikan ke sekolah karena dipandang tidak bisa beradaptasi dengan tempat industri. Rata-rata kemampuan berkomunikasi yang menjadi keluhan dari industri tempat magang. Pada tahun yang lalu yang menjadi tolok ukur kesiapan magang adalah portofolionya. Ketika portofolionya diterima oleh industri, maka mereka siap untuk berangkat magang. Pada periode kedua maganf di kelas XI ini, seleksi portofolio kurang begitu ketata, akibatnya rasa tanggungjawab mereka terhadap pekerjaan menjadi berkurang, apalagi siswa yang dipandang tidak membuat portofolio sehingga ditempatkan pada industri yang belum tentu sesuai. Dari data pihak Humas, dari siswa yang berangkat magang pada periode kedua ini, ada 5 siswa yang dikembalikan ke sekolah sebelum masa berakhirnya magang. Data inilah yang menjadi keprihatinan saya sehingga kami di jurusan Animasi sepakat memberikan challenge bekerja bagi siswa kelas X untuk bekerja pada hari Sabtu atau Minggu di tempat usaha. Dengan proses melamar kerja, diharapkan siswa akan berani berkomunikasi dengan orang lain. Ketika diterima bekerja, mereka akan belajar menjadi karyawan dengan menaati aturan yang berlaku di tempat usaha, berkomunikasi dengan baik di tempat kerja dan menjaga kesopanan.

Tantangan ini saya berikan sebagai tantangan wajib bagi siswa kelas X, dengan harapan kemampuan komunikasi bertambah, lebih belajar beradaptasi dengan tempat yang baru sehingga ketika magang di kelas XI nantinya lebih siap.

“Foto tersebut diambil oleh teman saya ketika saya tengah bekerja, mengantarkan makanan pelanggan untuk di sajikan di meja. Saat ini saya tengah bekerja part-time di Gubug Makan Mang Engking, saya bisa bekerja part-time sebagai casual di Mang karena ajakan dari teman saya Daniel dan Marcell”, ungkap Rafael Devin mengawali laporannya ketika melaksanakan tantangan ini.

Muncul keraguan, grogi, tidak percaya diri ketika melamar pasti dialami oleh siswa. Namun kondisi tersebut harus dilalui dan diatasi. Mengatasi keraguan dan ketidakpercayaan diri merupakan langkah awal yang baik untuk melakukan perubahan yang lainnya dan untuk melangkah ke tahap yang lebih besar lagi.

“Awalnya saya ragu dan takut karena bekerja sebagai waiters adalah pengalam baru bagi saya. Saya mulai bekerja pada Oktober lalu, saat pertama kali saya masih malu dengan teman-teman kerja saya tetapi mereka tetap ramah dan terus membantu saya hingga bisa. Bahkan teman-teman sekelas saya juga tertarik dan bekerja part-time bersama di Mang Engking”, ungkap Rafael.

Ada yang menarik mengapa Rafael melakukan challenge ini hingga sampai saat ini. Ia melakukan kerja paruh waktu ini untuk menambah penghasilan. “Yang membuat saya melakukan kerja part-time yaitu karena saya ingin mendapatkan penghasilan saya sendiri dan saya berusaha agar tidak merepotkan orang tua apalagi kebutuhan saya sekarang sudah bertambah banyak, sehingga saya harus mencari cara agar bisa mencukupi kebutuhan saya sendiri. Selain itu saya juga tertarik untuk mencoba hal baru yang belum pernah saya coba”, ungkap Rafael. 

Dampak positif yang paling dirasakan siswa dari kegiatan bekerja paruh waktu ini adalah adanya peningkatan kemampuan komunikasi. Kemampuan ini yang paling dominan dikeluhkan oleh pihak industri terhadap lulusan SMK. Proses inilah yang kami yakini untuk melatih siswa berkomunikasi dengan harapan keluhan tersebut semakin berkurang.

Perubahan yang terlihat jelas yaitu cara saya berkomunikasi dengan orang-orang sekitar atau orang-orang yang belum saya kenal. Setelah saya bekerja part-time ini komunikasi saya antar orang lain menjadi lebih baik. Hal tersebut bisa terjadi karena saya sudah terbiasa untuk berani bertanya dan menerima order dari pelanggan”, ungkap Rafael. Hikmah yang dapat diambil menurut Rafael yaitu: “Kita tidak perlu takut akan hal baru yang sama sekali belum pernah kita coba, mencobalah untuk berani dan hilangkan rasa takut itu. Karena rasa takut hanya datang di awal, bahkan setelah kita mencobanya rasa takut itu akan hilang sendiri. Dan jangan takut jika kita gagal, karena kegagalan adalah awal dari keberhasilan yang terbentuk dari instrospeksi diri kita sendiri”, ungkap Rafael.

Tidak hanya komunikasi yang dapat meningkat melalui tantangan bekerja ini, ada nilai-nilai kesopanan dan tanggungjawab yang diperoleh. “Hal yang dapat dipelajari yaitu sopan santun dan etika terhadap orang lain, tanggung jawab serta teliti atas pekerjaan yang dilakukan”, ungkap Rafael. 

Berdasarkan uraian pengalaman Rafael inilah saya punya keyakinan bahwa tantangan bekerja ini dapat efektif dan berdampak positif terhadap kesiapan siswa kelas X dalam mengikuti magang di kelas XI. Dengan harapan jumlah siswa yang dikembalikan ke sekolah sebelum masa selesai magang semakin sedikit dan syukur pada angka zero kasus.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *