Kunjungan Pameran Buku: Tantangan bagi Pengurus OSIS

Berliterasi merupakan kunci dari pengetahuan dan olah pikir. “Buku merupakan jendela dunia”, merupakan istilah yang masih relevan di era saat ini.  Di tengah laju perubahan digital, sejumlah negara maju di Eropa justru memutuskan untuk kemabli ke buku  dan teks cetak, serta membiasakan murid untuk menulis tangan. Metode yang oleh sebagian masyarakat global dianggap jadul inilah yang mampu membekali manusia modern kemampuan literasi yang kuat. Kementrian Pendidikan Swedia mengumumkan untuk menghentikan pemakaian gawai elektronik di dalam pembelajaran untuk siswa berusaia enam tahun ke bawah mulai tahun ajaran 2023-2024. Mereka mengeluarkan peraturan agar anak-anak di pendidikan usia dini diajak sering memanfaatkan perpustakaan, bertanya langsung kepada para guru, serta belajar menulis dengan memperbanyak latihan motorik halus dan kasar secara menyenangkan. Bagaimana dengan di Indonesia, sepertinya kita  terbuai dan latah dengan konsep pengenalan digitalisasi secara dini. “Sekarang, sudah jelas dari kajian selama ini bahwa pengenalan digitalisasi kepada anak-anak harus dilakukan secara terukur”, ungkap Mentgeri Pendidikan Swedia Lotta Edholm.

Di Perpustakaan Derah Provinsi Jawa Tengah beberapa minggu ini sedang menyelenggarakan pameran buku. Kami dari kesiswaan menugaskan pengurus OSIS angkatan 33 dan calon pengurus OSIS angkatan 34 untuk mengunjungi pameran buku tersebut, dengan harapan akan menambah wawasan dan memiliki keinginan untuk berliterasi. Sebagai umpan balik terhadap kegiatan kunjungan tersebut, siswa mendapatkan kesempatan untuk memberikan refleksi. Dalam refleksi tersebut siswa mendapatkan pertanyaan: 1) Apa yang kalian temui di sana, deskripsikan? 2) Apa yang kalian rasakan ketika mengunjungi pameran? 3) Pembelajaran atau manfaat apa yang kalian peroleh dari kunjungan pameran? 4) Apa yang akan kalian lakukan ke depannya. Upload juga foto saat kalian mengunjungi pameran tersebut.

Refleksi ini penting bagi siswa agar muncul kesadaran diri dan ini adalah bagian dari pembiasaan budaya dialektika sebagai bentuk laporan kegiatan. Berikut ini hasil refleksi yang dikirim melalui padlet.com.

“Dari kunjungan ini saya menemukan adanya banyak buku, dari anak anak sampai ke dewasa,saya juga menemukan mini teater dan banyak tempat tempat lainnya. Saya merasa amat senang ketika mengunjungi tempat tersebut karena bisa banyak belajar tentang sejarah dan berbagai jenis buku yang kurang saya ketahui. Saya mendapatkan banyak pelajaran dari kunjungan kali ini, saya  banyak membaca buku yang kurang saya ketahui. dan mempelajari banyak sekali sejarah. Saya akan lebih sering untuk mengunjungi perpustakaan tersebut dan lebih banyak membaca buku yang akan saya baca dan saya akan lebih memanfaatkan perpustakaan”, ungkap Tifani.

“Dari kunjungan ini saya menemukan banyak sekali ruangan-ruangan dalam perpustakaan yang sudah dikategorikan, mulai dari buku remaja dan dewasa, hingga majalah dan koran yang memiliki nilai sejarah. Saya merasa perpustakaan ini seharusnya memiliki jauh lebih banyak pengunjung, karena seiring berjalannya waktu teknologi membuat perpustakaan kini hampir menjadi sebuah museum. Tetapi tak jarang juga kalangan remaja dan mahasiswa yang datang ke perpustakaan ini untuk belajar dan menjauh dari keramaian. Selain sejarah berdirinya perpustakaan ini, dengan kunjungan ini saya bisa mengenal lebih dalam perpustakaan ini yang memiliki ruangan jauh lebih banyak dari yang saya kira. Setelah kunjungan ini saya berpikiran untuk mengunjungi kembali perpustakaan ini, karena saya tidak menyangka begitu serunya mengunjungi dan membaca buku di perpustakaan ini, dari situ juga saya termotivasi untuk memulai kebiasaan membaca,  yang sudah lama tidak saya lanjutkan”, ungkap Marshall.

“Dari awal saya datang di perpustakaan provinsi jateng saya melihat banyak sekali pameran buku dan panggung untuk anak anak sekolah dasar lomba, pameran buku tersebut tidak hanya memamerkan buku komik dan novel namun juga buku buku pelajaran, sejarah, geografi, filosofi dan lain-lain. Saya merasa amat senang, saya pribadi sangat suka membaca buku, dan suatu kebahagiaan tersendiri untuk saya mengunjungi perpustakaan daerah, saya banyak menjumpai buku buku menarik, saya yakin saya akan mengunjungi perpustakaan daerah lagi di kesempatan yang akan datang. Saya mendapatkan banyak pelajaran, saya juga membaca beberapa buku disana yang menarik perhatian saya, saya juga mendapatkan banyak informasi tentang perpustakaan daerah, bagaimana cara memiliki kartu pinjam buku, jam jam pengunjungan dan lain-lain. Saya sangat tertarik untuk datang kembali ke perpustakaan daerah, saya pribadi sangat suka membaca buku, suatu kesenangan untuk saya mengunjungi perpustakaan daerah”, ungkap Nuriyah.

“Saya menemukan banyak hal di sana, seperti beragam jenis buku, mulai dari novel, komik, buku sejarah, dll. Saya dan teman-teman juga sempat mengelilingi perpustakaan tersebut, melihat apa saja ruangan dan kegunaan ruang tersebut. Saya merasa bahwa perpustakaan dan pameran buku harusnya bisa mendapat lebih banyak perhatian dari masyarakat sehingga masyarakat bisa mengunjungi perpustakaan/pameran buku bisa lebih diminati masyarakat. Saya juga merasa senang bisa mengikuti acara tersebut karena saya jarang sekali mengikuti kegiatan seperti itu. Jadi, acara tadi merupakan suatu hal baru bagi saya. Banyak sekali manfaat dan pembelajaran yang bisa saya dapatkan dari kegiatan tadi seperti sejarah dari Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah, sistem layanannya, juga kegunaan dari beberapa ruangan yang ada di sana. Untuk kedepannya, saya akan mendatangi pameran buku lagi, tidak hanya di perpustakaan, tetapi di tempat lainnya seperti toko buku”, ungkap Yuga.
Masih banyak refleksi yang dituliskan oleh siswa sebagai bentuk pelaporan kegiatan. Dari refleksi tersebut memberikan gambaran bahwa dengan mengunjungi perpustakaan daerah provinsi Jawa Tengah, siswa merasa senang. Ada banyak buku-buku yang benar-benar bermanfaat untuk siswa. Ketika dibandingkan dengan buku-buku yang ada di perpustakaan sekolah, jumlahnya jauh lebih banyak dan lebih bervariasi. Ada sebuah kesadaran dari siswa untuk mendatangi perpustakaan sebagai sumber belajar.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *