Krida Sastra: Gagasan Budaya Literasi

Berliterasi hendaknya menjadi budaya di sekolah. Inilah tema yang diangkat dalam forum diskusi dengan teman-teman calon guru penggerak kelompok 2 yang terdiri dari mbak Tatit, Mbak Istiari, Mbak Iin, Mas Safrudin dan saya ketika diberikan kesempatan untuk praktik budaya dialektika untuk membuat sebuah program yang berpihak pada peserta didik dalam rangka mengembangkan kepemimpinan murid, kemarin, 5 Maret 2024 via daring. Dalam forum dialog tersebut kami benar-benar mempraktikkan budaya dialektika dengan memperhatikan tiga aspek yaitu mempromosikan suara kami, memunculkan banyak pilihan dan akhirnya muncul kesadaran diri untuk bertanggungjawab bahwa program yang diusulkan akan menjadi milik bersama yang perlu direalisasikan di tempat sekolah masing-masing.

Di dalam forum diskusi tersebut, kami diberikan kesempatan untuk menyampaikan gagasan apa yang ada di sekolah masing-masing. Saya menyampaikan tentang program Graval 002 Abimantrana sebagai sebuah acara untuk memperingati dies natalis SMK N 11 Semarang yang akan menampilan pentas seni dengan tema budaya nusantara dari masing-masing kelas. Mbak Tatit dari SMA N  2 Semarang menyampaikan program budaya penelitiannya, Mas Safrudin yang menyampaikan program kerohanian, mbak Istiari menyampaikan program penampilan karya seni dan Mbak Iin menyampaikan program out bond. Semua program memiliki keunggulan masing-masing dan sampai mendekati batas waktu diskusi yang hampir selesai, kami belum menemukan titik temu, program apa yang bisa disetujui bersama. Usulan muncul dari Mas Safrudin bagaimana dengan program literasi. Ternyata inilah yang disetujui oleh kelompok kami. Semakin mengerucut masing-masing peserta diskusi memberikan masukan bagimana mengemas program tersebut.

Dari hasil diskusi diperoleh gambaran bahwa program tersebut diberi nama “Krida Sastra”. Istilah tersebut diambil dari bahasa sanskerta yang berarti berlatih sastra yang memiliki makna lebih luas adalah berlatih literasi. Literasi bukan hanya sekedar membaca, namun sebuah proses belajar yang diawali dengan membaca, memahami bacaan, merangkum bacaan, menyampaikan hasil bacaan secara lisan dan outputnya adalah membuat sebuah karya dari hasil literasi yang dilakukan dalam kurun waktu yang lama.

Krida Sastra merupakan kegiatan kokurikler yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan literasi murid. Program ini diusung karena keinginan murid yang ingin meningkatkan kemampuan literasinya dengan gaya murid yang tidak ingin dibatasi dengan ruang perpustakaan. Dapat dibayangkan, ketika sekolah hanya mengandalkan perpustakaan untuk tempat membaca, dengan jumlah murid yang besar, tentu tidak cukup ketika semua murid melaksanakan aktivitas yang sama. Menjadi solusi bersama, bahwa budaya berliterasi bisa dilakukan dimana saja. Namun untuk mencapai hal itu bukan perkara yang mudah, karena membudayakan berliterasi saja masih sulit dilakukan oleh murid.

Langkah pertama untuk membudayakan itu adalah setiap 15 menit di awal jam pertama. Ini tentu butuh kesepakatan bersama di masing-masing sekolah. Selanjutnya satu minggu sekali, murid secara bergantian mempresentasikan atau menyampaikan hasil literasinya. Pada kegiatan ini jelas sekali diferensiasi terjadi, karena setiap murid diberikan kesempatan memilih media apapun yang digunakan untuk penyampaian hasil literasinya. Di akhir bulan murid dapat menampilkan produk karya individu berdasarkan hasil literasi tersebut. Lagi-lagi diferensiasi produk juga diupayakan dalam kegiatan ini, karena setiap murid dapat memilih produk yang akan dibuat berdasarkan hasil literasinya sesuai dengan passionnya masing-masing seperti puisi, cepen, artikel, karya tulis, komiuik, video dan lain-lain.

Program Krida Sastra ini mengoptimalkan karakteristik lingkungan yang ingin dibangun. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan yang menempatkan murid sedermikian ruap sehingga terlibat secara aktif dalam proses belajarnya sendiri. Program ini ketika sudah menjadi budaya yang dilakukan oleh murid akan menjadikan dirinya bermakna, menarik, menantang. Karena murid akan mendapatkan pengetahuan-pengetahuan baru dari proses literasi tersebut dan akhirnya mampu mengaktualisasikan berupa produk dari hasil literasi tersebut.

Ada tujuh karakteristik lingkungan yang berkaitan dengan program Krida Sastra. Pertama adalah pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif. Melalui pembiasaan membaca pada pagi hari sebelum dimulai pembelajaran akan menimbulkan pola pikir dan emosi yang positif.

 

 

 

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *