Menghaluskan dan mempertajam kepekaan rasa sudah menjadi tugas seorang guru, karena olah rasa merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses mendidik, di samping olah pikir dan olah laku. Kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) ditutup dengan kegiatan bakti Sadhana yang menghadirkan orang tua ke sekolah dan siswa baru tersebut melakukan proses sujud di hadapan orang tua dan dilanjutkan dengan proses membasuh kaki orang tua. Kegiatan tersebut mampu mendekatkan anak didik dengan orang tuanya, namun jika tidak dilakukan dengan kegiatan-kegiatan yang lainnya yang muaranya adalah mengasah perasaan, maka perasaan siswa pun lama kelamaan akan kembali tumpul. Untuk terus mengasah ketajaman dan kepekaan rasa tersebut, maka dalam proses pembelajaran di jurusan Animasi diberikan sebuah tantangan membuat karya bebas dengan teman Bakti Sadhana. Mengapa berupa karya bebas? Membuat karya bebas merupakan salah satu cara kami melaksanakan pembelajaran diferensiasi dan sekaligus di awal ini untuk melihat pemetaan awal bagaimana potensi dan bakat siswa di bidang animasi.
Donatus Nugra siswa kelas X Animasi untuk pertama kali membuat karya bebas, ia lebih memilih membuat karya manual menggunakan pensil dengan tema bakti Sadhana. Ia membuat gambar anak kecil yang membasuh kaki ibunya dalam bentuk gambar kartun. Selanjutnya Radyaka menggabungkan gambar tersebut dengan lagu sujudku untuk mendukung suasana dari gambar tersebut.
Hal serupa dilakukan Gwen Jocelyne Wijayanto juga membuat karya yang serup. Ia berkarya secara digital dengan hasil sebagai berikut.
Radyaka Nico Wijanarko yang membuat karya gambar kartun dan digabungkan dengan lagu sujudku dengan hasil sebagai berikut.
Inilah yang kami lakukan secara sederhana untuk menghaluskan rasa. Olah rasa melalui karya yang menyentuh jiwa. Di satu sisi untuk meningkatkan kompetensi dalam bidang menggambar, di sisi lain bertujuan untuk olahrasa sehingga jiwa empati akan terus tumbuh. Rasa terima kasih dan bakti kepada orang tua akan terus dipantik.