Menurut Novelia, bahwa semuanya butuh proses , meski ada hal yang harus dikorbankan. Ia percaya bahwa pada akhirnya semuanya memiliki nilai dan makna sendiri. Tidak ada yang percuma di dalam kehidupan ini. Sekelumit kesan Novelia yang memiliki makna mendalam. Ia melakukan kegiatan yang ditugaskan untuk membuat gambar di tembok di Kampung Pancasila dengan senang hati. Yang mereka lakukan merupakan kegiatan yang memberikan kesan dan memberikan makna bagi kehidupannya.
Bukan sekedar finansial yang dikejar, namun mereka melakukan untuk meningkatkan kebermaknaan hidupnya. Hidup yang memberikan kebermanfaatan untuk orang lain, jauh lebih bermakna. Kehidupan mereka berada pada zaman yang serba cepat, yang berada pada zaman revolusi industri 4.0. Transformasi teknologi tersebut membuat peran pendidikan bergeser demi menyiapkan peserta didik yang memiliki kesiapan dalam hidup berdampingan dengan teknologi. Peserta didik dituntut untuk menyiapkan diri agar dapat bersaing di dunia kerja yang bersinggungan erat dengan teknologi. Namun, apakah yakin itu yang dibutuhkan pendidikan di negara kita? Bukankah sekolah seharusnya berjuang untuk membangun peradaban yang menjunjung tinggi hakikat dasar manusia? Di sinilah peran penting dunia persekolahan memberikan penugasan-penugasan kepada anak didik bukan sekedar untuk memenuhi administrasi, mengejar ketertinggalan teknologi semata, namun harus mampu mengajak anak didiknya mampu bertransformasi pada perannya sebagai manusia yang beradab. Tugas yang diberikan hendaknya mampu membawa anak didik kita memiliki kebermaknaan hidup. Belajar bukan sekedar belajar atas pengetahuan dan keterampilan, namun belajar hendaknya mampu dimaknai oleh anak didik kita sebagai perjalanan spiritualitasnya. Ketika apapun yang dilakukannya memiliki kebermanfaatan untuk dirinya dan untuk lingkungan sekitarnya dan mereka sadar hal itu, maka perjalanan spiritualitasnya sedang ia jalani untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki.
Tugas yang diberikan kepada Novelia dan Nafisa Aliya menggambar dinding di lingkungan Kampung Pancasila bukan sekedar tugas untuk mengasah kompetensi di bidang seni gambarnya, namun lebih dari itu mengajak mereka menemukan makna hidupnya, bahwa apa yang mereka miliki dapat memberikan kebermanfaatan. Saya sependapat dengan apa yang disampaikan Pak Rizal (Founder GSM), pendidikan hendaknya memulai dengan mengajak peserta didik kembali ke 0 (zero) di tengah terpaan era revolusi digital 4.o ini. Pendidikan sudah sepatutnya menuntun peserta didik dalam mengetahui potensi dirinya, tujuan moralnya, dan beradaptasi segala tantangan di ruang publik.
Challenge to zero, hendaknya selalu diberikan kepada anak didik kita yang membawa mereka untuk kembali ke angka nol. Angka nol memainkan peranan penting dalam matematika sebagai identitas tambahan bagi bilangan bulat, bilangan real, dan struktur aljabar lainnya. Sebagai angka, nol digunakan sebagai tempat dalam sistem nilai tempat. Begitulah seharusnya mendidik itu membawa anak didik kita memiliki peran penting bagi dirinya dan lingkungannya, seperti halnya angka nol tersebut.