Ketika pertemuan saya bertanya kepada siswa-siswa di kelas, “Apakah kalian pengin buku sakunya kosong tanpa tulisan?”. Tidak ada satupun yang menjawab. Namun ketika saya tanya, “Apakah kalian pengin buku sakunya berisi tulisan catatan-catatan kebaikan?”. Semua siswa mengangkat tangan. Dari situlah saya berkeyakinan bahwa ada kesadaran diri pada siswa untuk berlomba-lomba berbuat kebaikan. Buku saku tersebut sebagai buku catatan dan diparaf oleh guru yang melihat langsung atau mendapatkan laporan tentang kebaikan yang dilakukan siswa. Cara ini merupakan proses untuk menumbuhkan perilaku baik menuju pada proses well being dan menuntun anak untuk mencapai kebermaknaan hidup. Sekecil apapun, ketika itu adalah perbuatan baik akan dicatat di buku saku dan akan kami berikan tanda tangan oleh para guru. Buku saku kebaikan ini sebagai media dan sarana menghargai siswa yang telah melakukan perbuatan baik. Hal ini sesuai dengan nilai atau value yang disepakati di jurusan Animasi SMK N 11 Semarang yaitu “Menghargai”.
Ketika di dalam pembelajaran, saya memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapat, dan ada satu siswa yang berani menyampaikan pendapat tanpa harus ditunjuk, itu termasuk perbuatan baik yang menginspirasi bagi teman-temannya. Seketika saya meminta buku saku dan membubuhkan catatan bahwa anak tersebut memiliki inisiatif tinggi dan berani untuk menyampaikan pendapat dan ditandatangani. Proses ini langsung diketahui oleh banyak siswa dan hal itu memang saya sengaja agar siswa mengerti bahwa perbuatan baik itu harus dilakukan. Coba kita bandingkan dengan cara-cara lama yang masih memberikan point-point pelanggaran, dampak apa yang dirasakan siswa. Saya yakin, dengan point pelanggaran justru akan timbul tekanan dan yang diingat oleh siswa adalah pelanggarannya. Berbeda dengan buku saku kebaikan, justru yang diingat siswa adalah bagaimana siswa akan terus berbuat baik. Semoga menginspirasi.
Sangat menginspirasi pak Di….
Alangkah lebih baik kalau tidak hanya untuk kelas X Animasi, tetapi dapat diimplementasikan pada 48 kelas yang ada di SMKN 11 Semarang,
Bagaimana bapak/ibu guru dan siswa-siswi hebat SMKN 11 Semarang?
Apakah setuju?