Pada pertemuan sebelumnya saya mencoba menerapkan presensi murid berdasarkan karya yang dibuat. Cara ini efektif untuk memacu murid mengerjakan tantangan. Namun dari beberapa pertemuan ini masih ada yang terlambat mengirim karya. Mereka tetap mengerjakan karya, hanya belum dapat memenuhi target deadline. Kemampuan menyelesaikan tantangan sesuai dengan deadline yang sudah ditentukan sangat dibutuhkan ketika mereka benar-benar terjun di dunia usaha dan industri. Apalagi ketika mereka mengikuti magang atau project industri, deadline menjadi tekanan yang berat bagi murid yang tidak terbiasa menyelesaikan sesuai dengan target yang telah ditentukan. Melihat kondisi tersebut, hari ini, 16 Januari 2024, murid-murid kelas X Animasi 2 yang seharusnya berada di ruang gambar sengaja saya minta berkumpul di lapangan Wirya Khsetra SMK Negeri 11 Semarang. Sesuai dengan nama Wirya Khsetra yang berarti lapangan semangat, lapangan ini digunakan untuk memberikan semangat kepada murid-murid yang perlu mendapat motivasi. Mereka saya minta untuk berdiri dengan rapi, menghadap ke tiang bendera merah putih dan pada saat lagu Indonesia Raya berkumandang, “Kepada Sang Merah Putih, Hormat Grak”, suara keras dan tegas sengaja saya teriakkan. Rasa nasionalisme harus terus dipupuk.Usai penghormatan, mereka saya minta untuk beristirahat sambil saya cek satu demi satu. Untuk memberikan semangat saya mengucapkan selamat pagi dengan suara lantang. Mereka dengan lantang menjawab, “Pagi pagi pagi, luar biasa tetap semangat”. Inilah cara kami membangun semangat mereka.
Pagi ini saya memberikan penjelasan tentang tantangan ketiga yaitu membuat gerakan animasi karakter yang sederhana melompat-lompat. Ada tiga prinsip yang perlu dipenuhi dalam tantangan ini yaitu squash streetch (kelenturan), anticipation (antisipasi) sebelum melompat dan arch yaitu membentuk lintasan yang melengkung atau busur. Saya juga menekankan kembali tentang deadline yang harus dipenuhi. “Dari mencoba menyelesaikan tantangan sesuai deadline inilah, kalian akan belajar bertanggungjawab”, ungkap saya saat memberikan penjelasan di hadapan mereka. Bagi mereka yang sudah menyelesaikan tantangan 1 dan 2, maka mendapatkan kunci untuk masuk ke kelas. Bagi yang belum selesai menyelesaikan, maka diwajibkan menyelesaikan terlebih dahulu dan saya temani di lapangan wirya khsetra. Awalnya hampir separo yang belum menyelesaikan tantangan 2 dan sebagian kecil belum menyelesaikan tantangan 1 dan 2. Akhirnya mereka saya minta untuk menyelesaikan terlebih dahulu untuk mendapatkan kunci masuk ke kelas.
Foto di atas, nampak murid sedang bermain game, namun mereka tidak melakukan hal itu. Mereka sedang menyelesaikan tantangan 1 dan 2 yang seharusnya sudah diselesaikan. Ini bukan hukuman, ini bukan punishment. Mereka sedang belajar bertanggungjawab. Belajar bertanggungjawab hendaknya dilakukan secara kontinyu sehingga menjadi terbiasa yang membentuk karakter.
Mereka dengan semangat menyelesaikan tantangan 1 dan 2 yaitu animasi gerakan bola besi jatuh dan gerakan bola sepak jatuh. Satu demi satu, murid yang ada di lapangan wirya khsetra ini semakin sedikit karena sudah bisa mengambil kunci untuk masuk ke kelas. Bahkan salah satu murid yang bernama Lingga mampu membuat tantangan 1 secara kreatif. Meskipun terlambat mengirim karya, namun hasil karyanya menarik untuk dilihat.
Karya Lingga pada Tantangan 1. Bola Besi Jatuh
Ketika teman-temannya menyelesaikan tantangan pertama berupa gerakan bola besi jatuh yang mayoritas jatuh dari atas, Lingga membuat gerakan tersebut dengan konsep cerita seorang yang melemparkan api ke meriam dan akhirnya meriam mendorong bola besi terlempar dan jatuh mengenai orang. Di situlah Lingga berkreasi dengan menambahkan efect suara. Ia meminta saya untuk merekam suara teriakan. Inilah kreativitas yang dilakukan Lingga, sehingga dengan cukup membuat animasi ini, Lingga sudah mendapat kunci untuk masuk ke ruang kelas. Sederhana apa yang kami lakukan. Mudah-mudahan menginspirasi.