Pagi-pagi saya mengirimkan sebuah foto yang menarik sebagai media untuk olah pikir, olah rasa dan olah laku terkait pentingnya kepekaan terhadap lingkungan. Sebuah foto tentang jalan yang dibuat tanpa harus banyak menebang pohon. “Tidak harus memotong banyak pohon. Dari gambar ilustrasi ini, Apa yang kalian pikirkan? Apa yang kalian rasakan? Rencana apa yang akan dilakukan ketika menjadi bagian dari pemimpin di negeri ini?”, tanya saya di group whatsapp para calon pengurus OSIS sebagai pemimpin bangsa di masa mendatang. Inilah cara-cara yang saya lakukan untuk terus memantik kepekaan rasa, kepekaan berpikir dan kepekaan dalam membuat perencanaan untuk bertindak. Sebenarnya saya tidak hanya kepekaan lingkungan saja, namun memantik pemikiran baru pada siswa tentang perlunya strategi apapun dalam bertindak untuk meminimalisasi kerugian dari aspek lainnya.
Moza salah satu calon pengurus OSIS SMK Negeri 11 Semarang langsung secara cepat memberikan respon terhadap pertanyaan dan kiriman foto tersebut. Pada saat ini, calon pengurus OSIS sedang melaksanakan empat tantangan yaitu melakukan wawancara dengan pejabat, project sosial, berwirausaha dan kerja part time dengan batas waktu sampai dilantiknya calon pengurus tersebut pada bulan Agustus mendatang. Pada kurun waktu inilah, keempat tantangan tersebut sebagai bentuk latihan dasar kepempimpinan. Direncanakan pula pada tanggal 13 April 2023 nanti, akan dilakukan pertemuan secara virtual dengan mahasiswa psikologi UGM yang tergabung di GSM untuk membahas tentang GRIT. Di sela-sela inilah, kami dari tim kesiswaan terus memberikan stimulus-stimulus untuk memantik kepekaan mereka terhadap apapun di sekitar termasuk lingkungan sekitar.
“Yang saya pikirkan adalah bagaimana agar tetap bisa menjaga lingkungan seperti ilustrasi tersebut. Mengapa demikian? Karena layaknya manusia pasti ada saja yang ingin merusak alam tanpa berpikir panjang. Yang saya rasakan tentunya senang melihat lingkungan yang bersih karena bisa membuat kita hidup aman dari segala penyakit, nyaman dalam melakukan aktivitas sehari hari. Rencana yang saya lakukan adalah tetap menjaga keindahan alam, kebersihan alam yang ada dengan berbagai cara misalnya yaitu tidak menebang pohon sembarangan, selalu membiasakan membuang sampah pada tempatnya untuk menjadikan lingkungan yang tetap bersih, asri, dan nyaman”, ungkap Moza. Dari respon tersebut, selanjutnya saya tanyakan lebih lanjut tentang hal kecil apa yang dapat Mas Moza lakukan setelah melihat foto tersebut. Pertanyaan lanjutan yang mengarahkan pada olah laku yang akan dilakukan oleh Moza sebagai calon pengurus OSIS.
“Hal kecil yang dapat saya lakukan di lingkungan sekolah yaitu menjaga lingkungan sekolah agar tetap asri, nyaman, bersih. Tentunya banyak cara yang bisa dilakukan untuk menjaga lingkungan sekolah salah satunya yaitu mengadakan kerja bakti/gotong royong membersihkan lingkungan sekolah. Dengan adanya gotong royong maka akan tercipta lingkungan yang bersih dan nyaman. Kenyamanan lingkungan di sekolah tentunya mempengaruhi siswa dalam belajar, maka dari itu sebagai siswa tentunya juga harus menjaga lingkungan sekolah”, jawab Moza. Sebuah rencana yang bagus dan rencana tersebut berasal dari kesadaran diri bukan karena diminta, atau diperintah oleh saya.
Tidak ketinggalan Savira yang juga sebagai calon pengurus OSIS yang masih duduk di kelas X memberikan jawaban atas pertanyaan yang saya ajukan melalui group. “Kata kunci ketika saya melihat ilustrasi di atas adalah tidak harus memotong banyak pohon. Yang Saya pikiran melihat pertama kali gambar tersebut yaitu suatu jalan yang berada di antara pepohonan, membuat saya berpikir bahwa sesuatu hal itu bisa di cari jalan keluarnya tanpa harus ada yang di rugikan”, ungkap Savira. Savira ternyata memiliki pemikiran yang lebih luas. Ia tidak hanya berpikir dari apa yang dilihat saja, namun dari apa yang dilihat tersebut ia mampu menganalogikan pada permasalahan yang lebih luas.
“Yang saya rasakan yaitu merasa takjub melihat ilustrasi tersebut, bahwa untuk membuat/ melakukan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan itu bisa di lakukan tanpa harus ada pihak yang di rugikan, sebagaimana di jelaskan di gambar tersebut yang bisa membuat jalan tanpa harus memotong pohon di sekitarnya yang notabenya tanpa harus merugikan”, ungkap Savira. Terlihat apa yang dirasakan Savira menunjukkan kepekaan yang lebih tajam, sehingga ia mampu mengaitkan apa yang dipikirkan dan dirasakan tersebut ke dalam perencanaan dirinya terkait dengan kepengurusan OSIS. “Mungkin dari melihat ilustrasi di atas beberapa plan/rencana yang mungkin saya lakukan ialah membuat sistem kerja kepengurusan yang mana sistem kerja tersebut ketika membuat/ingin melakukan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan di harapkan tidak merugikan banyak pihak dengan beberapa pertimbangkan sebelum membuat suatu hal”, ungkap Savira. Perencanaan yang matang sebagai buah dari olah pikir dan olah rasa. Perencanaan yang penuh hati-hati dengan harapan tanpa merugikan pihak manapun. Ketika banyak pemimpin dengan pemikiran, perasaan dan perencanaan seperti yang diungkapkan oleh Savira, maka saya punya keyakinan bahwa Indonesia akan cepat mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju lainnya.
Ketika saya tanyakan lebih mendalam tentang hal kecil apa yang bisa dilakukan oleh Savira, ia memberikan gagasan bahwa dirinya dapat menjadi agen perubahan yang bisa menjadi contoh bagi yang lainnya. “Hal terkecil yang bisa saya lakukan ialah contoh untuk masalah kebersihan yaitu mencontohkan/memberi contoh kepada warga sekolah tentang kebersihan lingkungan, caranya yaitu dengan memberi contoh sederhana dengan membuang sampah di tempatnya. Selanjutnya mengingatkan dengan sopan ketika siapapun tidak bersikap ramah terhadap lingkungan tanpa harus ada pihak yang merasa di rugikan. Hal yang saya contohkan ini meskipun dengan kesadaran sedikit-demi sedikit tapi akan mencapai suatu tujuan tanpa harus ada pihak yang dirugikan dalam masalah tersebut. Mungkin ini adalah pandangan saya terhadap ilustrasi yang Pak Diyarko berikan”, ungkap Savira.
Rani kelas X Animasi juga memberikan respon terhadap pertanyaan yang saya berikan. “Yang saya pikirkan adalah, kita ternyata tidak harus memotong banyak pohon untuk membuat sebuah jalan tol. Saya merasa terkesan dengan ide ini, karena di dunia ini masih banyak juga orang-orang yang menebang banyak pohon, padahal yang digunakan untuk pembuatan jalan hanya beberapa bagian saja. Apabila saya menjadi pemimpin di negeri ini, saya akan meminimalisir penebangan pohon, dan mengadakan reboisasi. Walaupun sebenarnya sudah diadakan tebang pilih, namun tetap saja, masih ada manusia yang tidak bertanggung jawab yang asal menebang”, ungkap Rani. Ketika saya tanya hal kecil apa yang akan dilakukan Rani, ia memberikan gagasan tentang reboisasi dan pengelolaan sampah. “Melakukan reboisasi, dan pintar-pintar dalam melakukan pembuangan sampah, Pak. Karena memang ada beberapa sampah yang sebenarnya adalah pupuk untuk tanaman itu sendiri. Semisal dedaunan kering, itu juga termasuk pupuk bagi pohon”, ungkap Rani.
Sederhana yang kami lakukan. Olahrasa, olah pikir dan olah laku ini saya berikan secara terus menerus. Ketika jarang dilakukan ini, maka perasaan anak akan tumpul. Saya mengambil prinsip tetesan air. Air yang menetes terus menerus pada sebuah batu, maka batu tersebut akan cekung dan akhirnya berlubang. Apalagi manusia yang memiliki pikiran dan perasaan, pasti akan berubah ketika selalu diberikan pantikan olah pikir, olah rasa dan olah laku. Tulisan ini juga sekaligus mau menyangkal, istilah watuk bisa diobati, namun watak sulit diubah. Sesuai dengan prinsip tetesan air ini, maka watak pun juga akan berubah beiringnya waktu ketika diberikan secara kontinyu olah pikir, olah rasa dan olah laku.