Awal pembelajaran di tahun 2022, saya awali dengan sebuah refleksi. “Anak-anakku, sebenarnya kita merayakan tahun baru itu seharunya setiap hari. Artinya, setiap hari adalah tahun baru”, ungkap saya di hadapan siswa kelas X Animasi 1. Ada yang ingin berkomentar? Iqbal berkomentar, “Ya, seharusnya memang setiap hari itu tahun baru, artinya kita harus selalu meningkat setiap hari”. “Wow, pemikiran yang luar biasa”, komentar saya dan diikuti dengan tepuk tangan meriah dari seluruh siswa. “Ada hal lain yang ingin berkomentar?”, tanya saya selanjutnya. Aditya Jaya mengangkat tangan dan berkomentar, “Setiap tahun baru, kita sering kali berinteropeksi pada diri sendiri, melihat apa yang masih kurang, apa yang sudah baik dilakukan. Jika hal ini dilakukan setiap hari, maka kita akan selalu meningkatkan kompetensi kita setiap hari”. “Luar biasa pemikiran Aditya, tepuk tangan!”, ungkap saya dan diikuti dengan tepuk tangan yang meriah. Akhirnya saya memberikan sebuah penjelasan tentang “demi waktu”, mengutip dari apa yang sudah sering diungkapkan oleh pemuka agama. “Ketika hari ini lebih jelek dari hari kemarin, maka kita celaka. Ketika hari ini sama dengan hari kemarin, maka kita rugi. Ketika hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka kita beruntung”, penjelasan lebih lanjut untuk mendukung apa yang disampaikan oleh anak-anak tentang makna tahun baru. Bahkan, alangkah indahnya ketika setiap hari mampu melakukan hal yang baru dengan membuat sebuah refleksi pada diri sendiri tentang perubahan apa yang akan dilakukan untuk melakukan perbaikan sehingga mengalami peningkatan baik secara kuantitas maupun secara kualitas dalam kehidupan kita.
Dari proses refleksi ini, kehangatan dengan anak didik sudah mulai terasa. Selanjutnya saya justru bertanya, “Ketika Pak Di pada hari ini tidak memberikan petunjuk apa-apa tentang pembelajaran pada hari ini, apa yang akan kalian lakukan?”, tanya saya. Ada salah satu siswa yang menyampaikan bahwa di group sudah ada penjelasan tentang membuat challenge 9, sebagian lagi akan membuat karya bebas. Inilah kemerdekaan yang dibentuk dari sebuah kesadaran diri. Akhirnya saya hanya menambahkan informasi tentang hal yang baru pada tahun 2023, bahwa kehadiran siswa bukan dilihat dari hadir saja di kelas, namun justru hadirnya karya yang dibuat. Setiap karya yang dibuat dapat diposting di instagram, dikirim ke group, jika sudah disetujui dan mendapatkan komentar “gkl” atau “vgkl”, yang berarti good kirim link atau very good kirim link, maka siswa diminta untuk presensi. Inilah sejatinya dari presensi kehadiran, bukan presensi secara fisiknya, namun presensi karyanya dan karya ditunggu sampai pukul 23.59 WIB. Alhamdulilah, sampai pukul 23.59 dari 35 siswa, sudah ada 30 siswa yang mengirim karya dengan baik. Kesadaran diri akibat dari refleksi berdampak pada peningkatan kedisiplinan dalam mengirim karya.