Apa Tanggapan Siswa tentang Strawbery Generation?

Strawbery Generation, Karya Nafisa

Strawberry dari luar memang nampak ranum, segar, mempesona, tapi sebenarnya dalamnya mudah busuk dan lembek. Inilah kondisi mental anak-anak zaman sekarang ini. Secara fisik nampak baik, kuat namun sebenarnya dalamnya rapuh, maka anak generasi ini sebagai generasi strawbery. Hal ini terjadi karena cara orang tua mendidik yang terlalu memanjakan anaknya, dengan fasilitas yang serba ada, sehingga jika bertandingnya lemah, seperti pada ulasan pada video berikut.

Malam ini, usai magrib, saya sengaja mengirim video tersebut ke group siswa kelas X Animasi. “Setelah melihat dan mencermati video tersebut, apa tanggapan kalian?”, tanya saya lebih lanjut.

Banyak tanggapan siswa, secara umum tidak menolak tanggapan tersebut. Kanza, menyampaikan bahwa dari video di atas adalah dengan adanya fasilitas-fasilitas yang lebih bagi anak anak sekarang, berarti anak tersebut seharusnya  mampu untuk membuat sesuatu yang lebih. Dan bukan berarti anak yang kurang. Kita harus mampu fasilitas yang ada, barang yang ada, dan di sekitar. Mampu menjaga komunikasi dengan baik agar terciptanya hubungan dengan orang lain dan mampu menemukan fasilitas-fasilitas yang baru dengan berbagai cara positif yang dapat dilakukan seperti menjalin kerjasama, serta meningkatkan kualitas agar menjadi lebih baik”.

Iqbal Ramadhan berpendapat “Memang sangat benar jika anak zaman sekarang memiliki mental yang lemah. Dan zaman sekarang juga banyak cacian dan makian dalam bentuk apapun,dan bagaimana cara mencari solusi itulah yang harus dilakukan para pemuda sekarang. Percuma jika cemoohan itu hanya dijadikan acuan. Dan untuk bagaimana anak zaman sekarang menjadi leader-leader yang berkualitas dan handal di era sekarang itu adalah pilihan anak itu sendiri. Mau terlalu bergantung pada orang lain atau berusaha untuk menjadi sosok yang lebih baik dan fasilitas sekarang seharusnya menjadi acuan yang lebih dan mengembangkannya”.
“Menurut saya, memang benar bahwa anak anak jaman sekarang memiliki jiwa fight / bertarung yang kurang atau bisa di bilang juga “mental” yang lemah. Hal ini dikarenakan kasing sayang yang berlebih dari orang tua mereka. Zaman sekarang cacian, cemoohan ada dalam bentuk apapun, dan kebanyakan anak anak jaman sekarang langsung down ketika mendapat cacian dari orang lain. Seharus nya mereka dapat menjadikan itu sebuah motivasi bahwa mereka lebih baik dari apa yang dibicarakan orang orang. Dengan adanya fasilitas yang sekomplit sekarang, seharusnya anak anak zaman sekarang dapat memanfaatkan fasilitas sebagai dan acuan dan lebih mengembangkan nya menjadi lebih maju”, ungkap Devan Kalif.
Novita juga berpendapat, “Tanggapan saya, benar jika orang tua memberi kasih sayang yang lebih/di manja akan berdampak ke anak, jadi anak itu mental nya akan kurang dan tidak punya keberanian yang benar-benar berani. Karena dari kecil ia selalu dibantu orang tua nya. Di dunia ini pasti ada orang yang tidak suka dengan kita, dan dengan ketidak sukaan itu bisa jadi orang itu membully kita. Dengan keadaan begitu kita harusnya bangkit, dan membuktikaan kepada semua orang. Anak jaman sekarang apa-apa langsung berpikir jauh atau berlebihan, misal baru di ejek yang sederhana dengan temanya dan bilang kepada orang tuanya, tapi orang tua nya tidak membela dia, karena ya memang hanya mengejek untuk bercanda. Tetapi anak itu berpikiran jika ia tidak lagi di sayangi oleh orang tua nya. Itulah dampak kasih sayang yang berlebihan kepada anak”.

“Betul anak jaman sekarang memiliki mental yang lemah, dan juga ada perundungan juga. Ketika mereka di hujani kata kata yang negatif / dicemooh mereka akan langsung down. Itu disebabkan oleh orang tua yang terlalu memanjakan anaknya dan juga fasilitas fasilitas sekarang lebih maju, anak anak sekarang kecanduan bermain gadget, kecanduan internet, tidak suka suatu hal yang tidak instan, kurang disiplin dalam hal-hal kecil itu juga bisa mempengaruhinya . Kalau dari pemikiran saya, saya tidak mempeduliakan ejekan ejekan yang dilemparkan kepada saya, karena apa?, Karena itu tidak penting. Saat saya selesai mengerjakan gambar terkadang saya mengingat, lakukan sebisa mu, jangan memikirkan apa yang akan orang lain katakan (yang bersifat negatif ), dan fokus terhadap tujuan mu”, ungkap Yosepta.

Kadangkala lupa bahwa di kelas itu isinya mengejar materi sehingga kegiatan olah rasa dan olah pikir demikian sering terlupakan. Dengan olah rasa dan olah pikir, kesadaran diri akan semakin dikembangkan.

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *