Analisis Penerapan Pembelajaran Diferensiasi

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

Artikel kali ini, saya akan mengajak kepada pembaca untuk menganalisis bagaimana penerapan pembelajaran diferensiasi untuk memenuhi kebutuhan murid. Pembelajaran diferensiasi merupakan proses pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan murid-muridnya, sehingga dalam pembelajarannya tidak bersifat seragam. Coba kita simak video pembelajaran diferensiasi berikut.

Bu Derana adalah seorang guru Biologi SMA. Ia mengajar murid-murid Kelas 10. Adapun tujuan pembelajarannya adalah: ‘Murid dapat menganalisis berbagai tingkat keanekaragaman hayati di Indonesia beserta ancaman dan pelestariannya’. Karena situasi sedang pandemi, bu Derana kemudian menggunakan metode flip learning. Dimana sebelum pertemuan daring dengan guru, Ia meminta murid-muridnya untuk mempelajari dulu materinya. Bu Derana telah menyiapkan paparan tentang materi keanekaragaman hayati yang dapat diakses secara mandiri oleh murid-muridnya. Di dalam paparan ini, bu Derana menjelaskan tentang konsep kunci dari keanekaragaman hayati dan tingkatannya (keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman spesies, keanekaragaman genetik). Ibu Derana juga menyediakan beberapa sumber belajar yang berkaitan dengan wilayah kritis keanekaragaman hayati di Indonesia. Sumber yang ia sediakan misalnya artikel dari koran, video-video dari Kehati, WWF, Greenpeace yang ia ambil dari internet.

Untuk membantu murid-muridnya belajar mandiri, bu Derana menyiapkan beberapa pertanyaan pemandu. Setelah tahapan belajar mandiri, murid-murid kemudian diminta mengikuti kuis tertulis dengan pertanyaan terbuka dimana setiap murid akan diminta untuk memberikan umpan balik terhadap jawaban dua temannya. Ibu Derana memastikan setiap anak mendapatkan umpan balik dari temannya. Ibu Derana lalu meminta murid membuat jurnal refleksi yang harus dilengkapi sebelum mereka masuk ke tahapan pembelajaran sinkron melalui pertemuan Google meet.

Selama proses diskusi daring, Ibu Derana mengamati jawaban-jawaban murid, untuk mengetahui apakah ada miskonsepsi yang dimiliki murid atau apakah ada murid-murid yang tampak belum paham.

Di akhir diskusi, Bu Derana memberikan murid tantangan untuk membuat paket info digital yang mengidentifikasi ancaman pada satu lokasi di wilayah Indonesia yang membawa dampak negatif bagi tiga tingkatan keanekaragaman hayati sekaligus berikut rekomendasi penanganannya. Bu Derana memperkenankan murid memilih sendiri lokasinya berdasarkan kasus yang nyata terjadi di Indonesia. Bentuk paket info digital pun bebas sesuai kenyamanan murid (misalnya: video singkat, poster digital, situs web, rekaman suara, dsb) asalkan semua informasi yang disajikan sesuai dengan rubrik penilaian yang diberikan dan telah didiskusikan bersama. Murid kemudian bekerja secara mandiri, berdasarkan tenggat waktu yang telah disediakan. Selama murid-murid bekerja, Bu Derana juga menyediakan slot-slot waktu tertentu untuk bertemu dengan beberapa murid yang berdasarkan hasil penilaiannya masih memerlukan bantuan. Di dalam slot waktu khusus ini, bu Derana menjelaskan kembali konsep-konsep serta memberikan banyak contoh. Dalam tahap forum diskusi sinkronus, Guru memberikan pertanyaan pemantik untuk memulai. Pertanyaan-pertanyaan tersebut diantaranya: Tingkatan keanekaragaman hayati mana yang paling penting dilindungi terlebih dahulu? Mengapa? Kapan terancamnya keanekaragaman hayati ekosistem dapat mengancam keanekaragaman hayati spesies dan genetis? Mengapa? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang dapat memperkaya materi dan pemahaman murid akan konsep

Karena situasi sedang pandemi, bu Derana kemudian menggunakan metode flip learning. Dimana sebelum pertemuan daring dengan guru, Ia meminta murid-muridnya untuk mempelajari dulu materinya. Bu Derana telah menyiapkan paparan tentang materi keanekaragaman hayati yang dapat diakses secara mandiri oleh murid-muridnya. Di dalam paparan ini, bu Derana menjelaskan tentang konsep kunci dari keanekaragaman hayati dan tingkatannya (keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman spesies, keanekaragaman genetik). Ibu Derana juga menyediakan beberapa sumber belajar yang berkaitan dengan wilayah kritis keanekaragaman hayati di Indonesia. Sumber yang ia sediakan misalnya artikel dari koran, video-video dari Kehati, WWF, Greenpeace yang ia ambil dari internet. 

Dari skenario pembelajaran yang dicontohkan oleh Bu Derana pada pelajaran Biologi. Proses persiapan yang dilakukan Bu Derana adalah mencari sumber belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan murid, ada sumber buku, artikel ataupun video-video yang disimpan di google drive dan diposting di google clasroom. Bu Derana menyediakan beberapa sumber belajar yang berkaitan dengan wilayah kritis keanekaragaman hayati di Indonesia (sumber yang disediakan artikel dari koran, video-video dari Kehati, WWF, Greenpeace yang diambil dari internet). Dari berbagai sumber bahan yang disiapkan bu Derana tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan murid sudah diperhatikan. Saya melihat dari sudut pandang cara belajar murid di kelasnya pasti ada yang cenderung visual, audiotori, kinestetik atau gabungan dari gaya belajar tersebut. Bu Derana dengan memberikan berbagai sumber yang berbentuk teks, video dan artikel merupakan proses memenuhi kebutuhan murid yang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda.

Bu Derana melaksanakan kegiatan pembelajaran secara daring dan memberikan pertanyaan pemantik yang dijawab secara mandiri.  Memberikan pertanyaan pemandu untuk memfasilitasi kebutuhan murid berdasarkan kesiapan belajar murid. Di akhir kegiatan Bu Derana memberikan tantangan. Dalam proses dialog tersebut terlihat siswa yang memiliki minat berbeda-beda menanyakan tentang produk yang digunakan seperti postes digital, web, blog, presentasi power point dan sebagainya sesuai dengan kenyamanan murid. Memberikan tugas/tantangan dengan memberikan kesempatan untuk memilih bentuk media (paket info digital) sesuai kenyamanan murid berdasarkan minat belajar murid.

Ditinjau dari jenis diferensiasi yang digunakan Bu Derana menggunakan 3 jenis yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi Produk. Ketika Bu Derana menyediakan beberapa sumber belajar yang berkaitan dengan wilayah kritis keanekaragaman hayati di Indonesia (sumber yang disediakan artikel dari koran, video-video dari Kehati, WWF, Greenpeace yang diambil dari internet) dan memberikan pertanyaan pemantik yang dijawab secara mandiri, Bu Derana melaksanakan pembelajaran diferensiasi konten.

Ketika Bu Derana memberikan sumber informasi diskusi secara sinkronus, memberikan tugas membuat paket info yang beragam dan menyediakan slot waktu tertentu untuk bertemu dengan beberapa murid yang berdasarkan hasil penilaiannya masih memerlukan bantuan, Bu Derana melaksanakan pembelajaran diferensiasi proses. Bu Derana juga melakukan pembelajaran dengan diferensiasi produk, di mana murid diberikan kebebasan menentukan lokasi penelitian sendiri dan dibebaskan memilih bentuk informasi digital yang dibuat murid. 

Asesmen yang digunakan Bu Derana meliputi asesmen for learning, assesmen of learning dan assesmen as leaning.  Assessment for learning  merupakan penilaian yang dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran dan biasanya digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berfungsi sebagai penilaian formatif. Sering disebut sebagai penilaian yang berkelanjutan (ongoing assessment). Assessment of learning merupakan penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Berfungsi sebagai penilaian sumatif. Assessment as learning merupakan penilaian sebagai proses belajar dan melibatkan murid-murid secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut. Penilaian ini juga dapat berfungsi sebagai penilaian formatif.

Bu Derana melaksanakan asesmen awal pembelajaran, dengan memberikan pertanyaan pemandu, kuis tertulis, memberikan pertanyaan pemantik, saat diskusi, siswa menjawab pertanyaan guru dan menyediakan rubrik penilaian. Kegiatan ini merupakan asesmen for learning. Nu Derana juga melakukan asesmen as learning yaitu memberikan umpan balik terhadap jawaban teman. Video tersebut merupakan contoh pembelajaran diferensiasi yang lebih mengedepankan pada kebutuhan murid. Dari contoh tersebut, apakah pembaca semakin memahami bagaimana pembelajaran diferensiasi. Setelah memahami, jauh lebih bermakna adalah menerapkannya, sebagai wujud bahwa guru berhamba pada murid. Selamat mencoba dan terus mencoba.

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *