Hari ini saya mencoba belajar menganalisis berbagai contoh kegiatan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. Hasil analisis ini diharapkan akan menjadi referensi dalam penyusunan program di sekolah yang benar-benar mampu menumbuhkembangkan kepemimpinan murid atau agency.
Situasi 1
Situasi 3
SMP Matahari setiap tahun memiliki program yang disebut “study wisata” untuk murid-muridnya di Kelas IX. Biasanya, kegiatan ini dirancang oleh guru di awal tahun ajaran dan dilaksanakan di akhir tahun ajaran. Walaupun kegiatan ini adalah kegiatan tahunan yang selalu dinanti-nantikan oleh murid-murid Kelas IX, namun sejak tahun lalu Pak Atap, salah satu guru kelas IX SMP Matahari merasa kegiatan ini akhirnya hanya menjadi kegiatan wisata rutin, yang lebih bersifat perayaan dan bersenang-senang. Murid-murid memang tampak senang, namun Pak Atap merasa bahwa murid-murid seharusnya dapat belajar lebih banyak lagi dari kegiatan study wisata ini. Di awal semester, Pak Atap menyatakan kegelisahanya ini kepada kepala sekolah yang kemudian menyarankannya untuk membuat komite ad hoc yang disebut dengan Komite Studi Wisata Kelas 9, yang anggotanya adalah perwakilan guru dan murid. Pak Atap lalu mengajak 2 orang perwakilan guru dan 6 orang perwakilan murid dari masing-masing Kelas untuk menjadi anggota komite studi wisata tersebut (ada 3 kelas IX di SMP Matahari dan masing-masing kelas diwakili 2 orang). Karena pelaksanaan studi wisata ini masih lama waktunya, komite ini sepakat bertemu setiap bulan sekali untuk mendiskusikan semua elemen yang terkait pelaksanaan studi wisata dan akan bertemu seminggu sekali sebulan sebelum pelaksanaan program tersebut. Di awal pertemuan komite, Pak Atap menanyakan kepada murid-murid anggota komite tersebut, sejauh ini, pengetahuan dan keterampilan apa saja yang telah mereka pelajari selama di Kelas 9? Pak Atap juga menjelaskan bahwa sebenarnya tujuan dari kegiatan studi wisata tersebut salah satunya adalah untuk membantu mereka memperdalam pengetahuan dan memperkuat berbagai keterampilan yang telah mereka pelajari tersebut. Pak Atap lalu menanyakan kepada murid-murid, apa lagi sebenarnya keuntungan dari kegiatan studi wisata ini untuk mereka. Setelah menjelaskan tujuan kegiatan studi wisata, Pak Atap lalu menanyakan destinasi seperti apa yang menarik buat mereka, yang dapat membantu murid mencapai tujuan yang diharapkan dari studi wisata tersebut. Pak Atap menjelaskan kriteria destinasi wisata yang aman dan memungkinkan untuk dikunjungi dan juga menjelaskan tentang kemungkinan keterbatasan anggaran, agar murid-murid lebih mindful saat memilih destinasi ini. Murid-murid anggota komite ini kemudian memutuskan melakukan riset dan juga meminta pendapat teman-teman kelasnya. Melalui proses ini, Pak Atap jadi mengetahui tentang apa yang disukai oleh murid-murid kelas 9 ini. Setelah diberi waktu melakukan riset, perwakilan murid ini menyortir 3 pilihan destinasi yang menurut kelas mereka sesuai dengan kriteria. Secara bersama-sama. anggota komite lalu mendiskusikan pilihan-pilihan destinasi ini. Mereka menggunakan checklist yang mengacu pada kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Destinasi yang memenuhi semua kriteria pun akhirnya yang dipilih. Murid perwakilan komite ini kemudian membawa destinasi pilihan ini kepada kepala sekolah. Kepala sekolah lalu meminta komite untuk mempresentasikan ide ini kepada para orang tua Kelas 9. Setelah mendapatkan persetujuan dan masukan dari para orang tua, Komite Studi Wisata inipun lalu mulai melakukan persiapan secara matang. Murid-murid dalam komite ini memberikan gagasan tentang apa saja kegiatan yang akan menarik untuk dilakukan, siapa yang akan memimpin kegiatan, apa yang akan dilakukan saat perjalanan, dsb. Guru-guru dalam komite memberikan pandangan dan perspektif tentang keamanan, risiko, tantangan yang mungkin akan dihadapi, atau memberikan saran saat murid merasa bahwa sebuah ide kelihatannya sulit untuk diwujudkan. Proses diskusi tentang studi wisata ini menjadi sangat kolaboratif. Setelah pelaksanaan Studi Wisata, sebelum komite ini dibubarkan, komite ini juga bertemu lagi untuk kemudian melakukan refleksi terhadap pelaksanaannya dan memberikan saran perbaikan. Saran perbaikan ini akan menjadi dasar untuk diskusi awal oleh komite Studi Wisata yang baru di tahun ajaran yang akan datang.
Dalam situasi ini Pak Atap melaksanakan kegiatan kokurikuler dan mempromosikan suara murid dan mengajak murid untuk mengambil pilihan. Hal ini terlihat dari Pak Atap yang mengajak beberapa perwakilan guru dan murid untuk membentuk dewan komite studi wisata. Mereka diberikan kesempatan untuk memilih destinasi seperti apa yang menarik yang dapat membantu murid mencapai tujuan yang diharapkan dari studi wisata tersebut. Pak Atap menjelaskan kriteria destinasi wisata yang aman dan memungkinkan untuk dikunjungi dan juga menjelaskan tentang kemungkinan keterbatasan anggaran, agar murid-murid lebih mindful saat memilih destinasi ini. Murid-murid kemudian memutuskan melakukan riset dan juga meminta pendapat teman-teman kelasnya. Melalui proses ini, Pak Atap jadi mengetahui tentang apa yang disukai oleh murid-murid kelas 9 ini. Setelah diberi waktu melakukan riset, perwakilan murid ini menyortir 3 pilihan destinasi yang menurut kelas mereka sesuai dengan kriteria.
Situasi 4
Dalam masa pandemi ini, Pak Bahri, seorang kepala sekolah SMA merasa galau karena sudah selama 1 tahun ajaran, semua kegiatan ekstra kurikuler di sekolahnya harus dihentikan. Ia merasa murid-muridnya masih perlu melakukan berbagai kegiatan yang dapat mengasah minat dan bakatnya, meskipun di masa pandemi. Namun ia bingung, dengan segala keterbatasan di masa pandemi ini, kira-kira kegiatan apa yang menarik minat murid dan masih memungkinkan untuk dapat dilakukan secara daring. Ia kemudian mengajak murid-murid yang menjadi anggota OSIS untuk bertemu secara daring. Setelah menanyakan kabar, perasaan, dan umpan balik mereka tentang kegiatan pembelajaran daring yang selama ini dilakukan, barulah Pak Bahri kemudian menyampaikan kegalauannya. Ia tanyakan apakah murid-murid merasakan kegalauan yang sama dengannya. Dari pertemuan tersebut, ia mengetahui ternyata murid-murid juga merasakan kegalauan yang sama. Ia lalu menanyakan apakah anak-anak memiliki saran atau gagasan, bagaimana mereka dapat tetap mengadakan kegiatan ekstrakurikuler, walaupun secara daring, dan apa saja kegiatan-kegiatan yang sekiranya menarik minat murid-murid. Ternyata, murid-murid memiliki banyak sekali gagasan yang luar biasa tentang ragam aktivitas yang dapat dilakukan. Namun, ada beberapa kegiatan yang disarankan yang sepertinya sulit untuk dilakukan, karena Pak Bahri merasa bahwa tidak ada guru yang memiliki keahlian untuk dapat mengajarkan kegiatan tersebut. Pak Bahri pun menyampaikan kesulitan tersebut kepada para anggota OSIS. Ternyata, murid-murid malah memberikan ide untuk meminta agar murid saja yang mengajar kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Mereka rupanya mengetahui ada salah satu teman mereka yang “ahli’ melakukan hal tersebut. Mereka mengatakan, guru cukup mensupervisi kegiatannya saja, tetapi murid yang memang memiliki keahlian tersebutlah yang akan mengajarkan teknik-tekniknya. Mereka juga bahkan mengajukan diri untuk membantu membujuk anak tersebut agar bersedia menjadi ‘guru’ untuk kegiatan ekstra kurikuler tersebut. Akhirnya, atas kesepakatan bersama, mereka memutuskan untuk melakukan beberapa kegiatan ekstrakurikuler. Ada kegiatan yang diajar oleh guru, dan untuk beberapa kegiatan yang tidak dapat diajarkan oleh guru, diajarkan oleh murid-murid dengan supervisi guru. Mereka lalu mendiskusikan jadwal, sumberdaya yang diperlukan, dan pengorganisasiannya. Dibantu oleh OSIS akhirnya kegiatan tersebut dipromosikan dan ternyata, animo murid untuk terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut sangat besar. Pak Bahri pun merasa senang.
Kegiatan yang dilakukan Pak Bahri termasuk dalam program ekstrakurikuler. Dalam situasi tersebut Pak Bahri memberikan kesempatan kepada murid-murid untuk menyampaikan banyak gagasan. Ini artinya Pak Bahri mempromosikan suara murid. Pak Bahri menanyakan kepada murid-murid terutama yang tergabung dalam OSIS untuk kegiatan ekstrakurikuler. Murid-murid memiliki banyak sekali gagasan yang luar biasa tentang ragam aktivitas yang dapat dilakukan. Namun, ada beberapa kegiatan yang disarankan yang sepertinya sulit untuk dilakukan, karena Pak Bahri merasa bahwa tidak ada guru yang memiliki keahlian untuk dapat mengajarkan kegiatan tersebut. Pak Bahri pun menyampaikan kesulitan tersebut kepada para anggota OSIS. Ternyata, murid-murid malah memberikan ide untuk meminta agar murid saja yang mengajar kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Mereka rupanya mengetahui ada salah satu teman mereka yang “ahli’ melakukan hal tersebut. Mereka mengatakan, guru cukup mensupervisi kegiatannya saja, tetapi murid yang memang memiliki keahlian tersebutlah yang akan mengajarkan teknik-tekniknya. Mereka juga bahkan mengajukan diri untuk membantu membujuk anak tersebut agar bersedia menjadi ‘guru’ untuk kegiatan ekstra kurikuler tersebut. Akhirnya, atas kesepakatan bersama, mereka memutuskan untuk melakukan beberapa kegiatan ekstrakurikuler. Ada kegiatan yang diajar oleh guru, dan untuk beberapa kegiatan yang tidak dapat diajarkan oleh guru, diajarkan oleh murid-murid dengan supervisi guru. Mereka lalu mendiskusikan jadwal, sumberdaya yang diperlukan, dan pengorganisasiannya. Dibantu oleh OSIS akhirnya kegiatan tersebut dipromosikan dan ternyata, animo murid untuk terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut sangat besar. Dalam situasi ini, Pak Bahri juga memberikan kesempatan murid untuk memilih.
Situasi 5
Dalam satu kesempatan, sebuah SMK menjalankan pembelajaran terintegrasi berbasis proyek. Mata pelajaran normatif yang terkait adalah Bahasa Indonesia (BI), Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai mata pelajaran adaptif, dan mata pelajaran Teknologi Pakan Ternak (TPK) sebagai mata pelajaran produktif. Guru pelajaran TPK menantang murid untuk mengidentifikasi potensi pakan ternak organik dari lingkungan dan masyarakat sekitar berikut permasalahannya, kemudian menawarkan solusi untuk mengembangkannya. Tawaran solusi akan dipaparkan melalui presentasi yang secara teknis akan dinilai oleh Guru TIK dan secara konten bahasa akan dinilai oleh Guru BI. Dalam perjalanan, para murid terlebih dahulu memutuskan untuk menciptakan pakan ternak organik bagi peternakan ayam negri (broiler) di sekolahnya. Selama ini pakan yang digunakan adalah pakan jadi yang dibeli oleh sekolah. Para murid kemudian mencari, dan menguji coba berbagai sumber pakan organik di sekitar lingkungan mereka dan mengolahnya menjadi pakan ayam broiler. Akhirnya, mereka pun menemukan sumber pakan yang paling cocok dan ekonomis untuk skala produksi kala itu adalah cacing sutra yang diternak cukup banyak oleh masyarakat di sekitar sekolah. Setelah beberapa uji coba, mereka juga menemukan bahwa daging ayam broiler yang mengkonsumsi pakan dengan bahan utama cacing sutra memiliki massa daging lebih banyak dibanding yang mengkonsumsi pakan ternak biasa. Sekolah melihat hal ini dan menghubungkan para murid dengan media TV lokal untuk membagikan apa yang mereka lakukan. Tak dikira, hal tersebut dianggap menarik oleh sebuah waralaba ayam goreng internasional yang beroperasi di kabupaten mereka dan memutuskan untuk menguji dan akhirnya menyatakan bahwa produk daging ayam broiler murid-murid ini layak untuk digunakan. Para murid pun diminta untuk memasok sebagian daging ayam untuk franchise tersebut. Selain memproduksi sendiri daging ayam broiler di sekolah, para murid juga mengajak masyarakat peternak broiler di sekitar sekolah untuk menggunakan pakan buatan mereka sehingga menghasilkan volume daging yang cukup untuk memasok daging ayam ke waralaba tersebut.
Dalam situasi ini, masuk dalam kegiatan intrakurikuler. Sebuah SMK tersebut memberikan kesempatan murid-murid untuk membuat keputusan atau kepemilikan. Prosesnya diawali dengan, para murid terlebih dahulu memutuskan untuk menciptakan pakan ternak organik bagi peternakan ayam negri (broiler) di sekolahnya. Selama ini pakan yang digunakan adalah pakan jadi yang dibeli oleh sekolah. Para murid kemudian mencari, dan menguji coba berbagai sumber pakan organik di sekitar lingkungan mereka dan mengolahnya menjadi pakan ayam broiler. Akhirnya, mereka pun menemukan sumber pakan yang paling cocok dan ekonomis untuk skala produksi kala itu adalah cacing sutra yang diternak cukup banyak oleh masyarakat di sekitar sekolah. Setelah beberapa uji coba, mereka juga menemukan bahwa daging ayam broiler yang mengkonsumsi pakan dengan bahan utama cacing sutra memiliki massa daging lebih banyak dibanding yang mengkonsumsi pakan ternak biasa. Suara murid benar-benar didengarkan oleh guru sehingga apa yang dilakukan murid justru menjadi solusi yang menarik dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Situasi 6.
Situasi 6 ini termasuk dalam kegiatan ekstrakurikuler. Pak Tegas juga mempromosikan suara dan pilihan. Siswa SMK Jurusan TKJ yang mengusulkan ide adanya ekstrakurikuler yang bernama ITS (Information Technology Student) disambut baik oleh Pak Tegas dan mengusulkan kepada wakil kepada sekolah. Ia juga memberikan kesempatan kepada murid untuk memiliki kegiatan ekstra tersebut, terbukti dari memberikan kesempatan kepada murid untuk menyediakan jasa service komputer untuk menambah modal. Bahkan suara murid juga dipromosikan, terbukti bahwa ia menjadi supervisi, karena kegiatan sepenuhnya dilakukan oleh murid.
Situasi 7
Situasi 7 ini merupakan kegiatan kokurikuler dan memberikan banyak pilihan. Bank SALAM membuka pasar tradisional senin legi. Pasar ini sebagai bentuk ruang ekspresi kebebasan bagi setiap warga belajar SALAM untuk bermain peran.
Situasi 8
Situasi 8 ini termasuk dalam kegiatan kokurikuler yang lebih memberikan promosi suara, pilihan dan kepemilikan. Dari tayangan video yang menceritakan pengalaman pembelajaran yang didapatkan Alfonsina selama belajar di sekolah berbasis riset yaitu Sanggar Anak Alam (SALAM) Yogyakarta. Selama bersekolah disana, Alfonsia diberikan dorongan serta fasilitas untuk melakukan dan memilih sendiri sebuah riset perkembangan anak usia dini. Selama kegiatan ini, Alfonsia diberikan kesempatan untuk bertanya, memberikan pendapat, ataupun berdiskusi bersama mentor dalam berbagai kesempatan. Alfonsina juga diajak untuk memetakan target dirinya di masa kedepannya. Memproyeksikan mau jadi seperti apakah kedepannya kelak, pembelajaran apa yang sudah didapatkan dan targetnya sudah sampai dimana, tetap diajak untuk menghargai setiap proses target yang dicapai. Alfonsina tetap belajar untuk bertanggungjawab terhadap pencapaian targetnya.
Situasi 9 merupakan bagian dari kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler yang memberikan promosi suara, pilihan dan kepemilikan. Pada tayangan video menceritakan beberapa situasi sekolah yang merancang program atau kegiatan yang dapat membantu menyediakan kesempatan bagi murid untuk mewujudkan suara dan pilihan mereka. Sekolah ini juga membantu murid untuk belajar melihat dan merasakan dampak dari pilihan dan suara yang dibuatnya. Murid menjadi sebuah agen perubahan yang berguna bagi diri sendiri, orang lain dan lingkungan masyarakatnya. Dan akhirnya, sekolah membantu mewujudkan kepemimpinan murid dan mendorong aspek suara, pilihan dan rasa memiliki.
Dalam setiap situasi yang digambarkan merupakan upaya untuk menumbuhkembangkan kepemimpinan murid, menyediakan kesempatan bagi murid untuk mengembangkan profil positif dirinya, yang kemudian diharapkan dapat mewujudkan sebagai pengejawantahan profil pelajar Pancasila dalam dirinya. Dimensi profil pelajar pancasila yang dikembangkan.
Beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan mendorong murid untuk mengamalkan nilai-nilai agama dan kepercayaannya dalam bentuk sikap-sikap dan tindakan atau perilaku positif. Murid murid yang memiliki kepemimpinan yang kuat, akan menunjukkan akhlak yang baik terhadap dirinya pribadi, terhadap sesama, negara dan alam ciptaan-Nya. Berkebinekaan global. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan melatih muridmurid kita untuk memiliki pemikiran dan wawasan yang luas dan terbuka. Mereka akan terbiasa untuk melihat perbedaan, menghargai beragam perspektif sehingga diharapkan dapat hidup ditengah-tengah masyarakat yang majemuk. Mereka akan mampu beradaptasi dengan situasi dan perubahan yang dihadapinya, dan mampu menjadi pemecah masalah yang percaya diri dimanapun ia berada.Bergotong-royong. Mendorong kepemimpinan murid akan melatih murid untuk terlibat dan berinteraksi dengan orang lain, bekerjasama dan berkontribusi dalam masyarakat yang lebih luas. Lewat interaksi ini, mereka akan memiliki keinginan untuk membantu orang lain yang membutuhkan, dan mampu berkolaborasi untuk melakukan tindakan demi kebermanfaatan dan kebahagiaan bersama. Mandiri. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid mendorong murid untuk mengambil kontrol dan bertanggung jawab pada proses pembelajarannya sendiri. Saat kita mendorong kepemimpinan murid, maka kita juga melatih kemampuan mereka untuk meregulasi diri sendiri. Bernalar kritis. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan mendorong murid untuk memiliki kemampuan bernalar kritis karena mereka akan belajar untuk membuat pilihan-pilihan dan membuat keputusan-keputusan yang bertanggung jawab. Mereka juga akan berlatih untuk mengembangkan keterampilan refleksi terhadap proses pembelajaran dan belajar dari berbagai situasi yang terjadi lewat interaksi mereka dengan komunitas yang lebih luas. Kreatif. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid memungkinkan murid untuk terekspos pada pengalaman belajar otentik yang menuntut mereka untuk mampu melihat permasalahan dan secara kreatif berusaha mencari solusi atas permasalahan tersebut. Mendorong murid untuk bersuara berarti juga membuka ruang bagi sikap berani mengambil risiko, sehingga murid tidak takut untuk mengungkapkan ide-ide dan pemikiran-pemikiran kreatif mereka