Hari ini, Selasa, 7 Januari 2025, saya merasa bahagia. Apa yang membuat bahagia? Bukan karena harta benda, namun bertemu dengan alumni yang berkunjung ke SMK N 11 Semarang. Saat mengajar di kelas X Animasi 2, tiba-tiba mendapatkan telpon dari Pak Darwito, Wakil kepala sekolah bidang hubungan masyarakat. Pak Darwito menyampaikan bahwa ada alumni yang bernama Amel akan bertemu. Tidak membutuhkan waktu lama untuk mengingatnya. Amel yang saat ini dikenal dengan Duana Richwan merupakan alumni jurusan Animasi yang mudah diingat oleh saya karena keunikannya. Apa keunikan Duana sehingga masih melekat di ingatan saya? Kembali kejadian masa lalu muncul dalam ingatan. Gadis yang bernama Duana, saat masih menjadi murid di jurusan Animasi memiliki latar belakang keluarga yang tergolong mapan. Namun apa yang dilakukan Duana saat ini sangat menginspirasi. Setiap istirahat dan setelah pulang sekolah, ketika yang lainnya sudah pulang ke rumahnya masing-masing, Duana dengan sendirian mengumpulkan sampah-sampah botol plastik yang ada di lingkungan sekolah. Ia mengumpulkan sampah-sampah tersebut untuk dijual. Apa yang dilakukan Duana sangat menginspirasi. Meskipun ia termasuk anak dari keluarga yang mapan, namun ia tidak malu melakukan pekerjaan mulia tersebut. Sekolah saat itu menjadi bersih dan sebagai kompensasinya, ia mendapatkan finansial dari penjualan sampah botol tersebut. Amel adalah satu-satunya murid yang mampu mengalahkan egonya, mengalahkan rasa gengsinya. Apa yang dilakukan Duana menjadi inspirasi bagi yang lainnya. Ia mengajak teman-teman sekelasnya untuk melakukan kegiatan serupa dan hasil penjualan sampah botol plastik tersebut digunakan untuk tambahan kas kelas. Setelah lulus dari jurusan Animasi, ia diterima di jurusan Desain Interior, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Sebuah universitas seni yang bergengsi di Indonesia.
Sudah lama sekali saya tidak bertemu dengan Duana. Hari ini ia menyapa saya di depan Gedung Animax. Saya ajak masuk ke ruang meeting. Ia ditemani oleh salah seorang gadis. Saya mengira ia adalah temannya, ternyata adalah karyawannnya alias asistennya. Bahagia saya semakin bertambah. Seorang murid yang dulunya mengumpulkan sampah-sampah di sekolah, sekarang menjadi founder sebuah usaha di bidang seni. Bahagia seorang guru ketika bertemu muridnya sudah sukses menjadi pengusaha.
Setelah bercerita banyak hal, Duana melalui asistennya menyampaikan maksud dan tujuannya berkunjung ke SMK N 11 Semarang. Ia menawarkan kepada jurusan Animasi bahwa usahanya menerima tempat untuk magang bagi murid animasi. Seketika saya mengucapkan terima kasih, karena saat ini masih ada beberapa murid yang belum mendapatkan tempat magang. Ia juga berjanji, akan melatih adik-adiknya untuk bisa mengikuti kegiatan magang di tempat usahanya. Sebuah usaha di bidang designer interior dan sosial media marketing yang berada di Jalan Pandan Biru III Blok C No 03, Pandanaran Height Hills, Kelurahan Sambiroto, Kecamatan Tembalang Kota Semarang siap menerima untuk magang.
Meskipun sudah menjadi pengusaha, ia tidak malu-malu menceritakan pengalamannya menjadi pengumpul sampah botol plastik ketika masih sekolah di SMK N 11 Semarang kepada adik-adik yang akan magang. Ia juga mengungkapkan, bahwa dirinya sampai detik ini tidak lepas dari peran Bapak/Ibu guru yang ada di SMK N 11 Semarang. “Kacang yang tidak lupa kulitnya”, istilah yang saya sematkan kepada alumni yang bernama Duana ini. Meskipun sudah menjadi pengusaha, ia tidak melupakan sekolah yang telah menggemblengnya. Saat ini ia kembali ke sekolah untuk mengabdi dengan cara memberikan kesempatan adik-adiknya untuk bisa mengikuti magang di tempat usahanya. Terima kasih Duana, semoga menginspirasi alumni lainnya untuk kembali ke Bumi Grafika.