“Parama Sadhana” sebagai Kendali Latihan Pribadi Unggul

Mungkin gambar teks
Melihat istilah “Parama Sadhana”, pasti bertanya-tanya barang apa itu? Parama Sadhana bukan sebuah barang. Parama Sadhana merupakan sebuah istilah yang saya ambil dari bahasa sanskerta, sebuah bahasa yang pernah tumbuh subur di bumi nusantara pada masa keemasannya. Bahasa Sanskerta masuk ke nusantara berawal pada abad ke-5 Masehi, dibawa oleh para pedagang dan digunakan di kerajaan Kutai, kerajaan Tarumanegara, dan yang paling terkenal adalah kerajaan Majapahit. Parama memiliki arti unggul dan Sadhana memiliki arti latihan. Dari istilah tersebut “Parama Sadhana” merupakan proses latihan untuk pembentukan pribadi yang unggul.
Sudah menjadi tanggungjawab bersama untuk mendidik anak-anak kita menjadi pribadi yang unggul (Parama),  diperlukan proses latihan untuk pembiasaan dan disertai refleksi agar terbentuk kesadaran diri. Dalam latihan tersebut harus ada kerjasama antara orang tua dan guru maupun masyarakat.
Kegelisahan menyelimuti saya sebagai pendidik di era saat ini terkait dengan karakter anak-anak. Banyak dijumpai kemandirian yang kurang, gejala Fomo dan fopo yang menjangkiti kalangan anak muda saat ini. Fomo  atau “Fear of Missing Out”  merupakan kondisi  kecemasan yang berlebihan dari seseorang karena khawatir melewatkan pengalaman, acara, atau aktivitas yang sedang terjadi di sekitarnya. Sementara Fopo atau Fear of Other People’s Opinions merupakan gejala ketakutan yang terjadi pada seseorang terhadap pendapat orang lain. FOPO muncul ketika seseorang merasa cemas atau takut tentang apa yang mungkin dipikirkan atau dikatakan orang lain tentang dirinya. Ketakutan ini dapat berdampak negatif pada kinerja, kesejahteraan emosional, dan bahkan pengambilan keputusan sehari-hari.
Untuk itu diperlukan pribadi yang kuat dan itu semua dibutuhkan sebuah tantangan, gemblengan berupa latihan secara konsisten agar menjadi pribadi yang unggul. Latihan tersebut tidak harus yang muluk-muluk, namun diperlukan latihan yang sederhana namun bermakna dan berdampak. Dalam tulisan ini, saya akan menyajikan sebuah gagasan berdasarkan pengalaman-pengalaman kecil yang sudah saya praktikkan pada projec-project beberapa tahun yang lalu di SMK N 11 Semarang. Kegiatan latihan (sadhana) ini meliputi: 1) Kebiasaan membersihkan dan merapikan tempat tidur; 2) kebiasaan membantu orang tua; 3) kebiasaan membersihkan ruang kelas; 4) kebiasaan berolahraga; 5) kerja part time; 6) project sosial; 7) pengembangan diri; dan 8) kebiasaan membaca buku fiksi.
Kebiasaan Membersihkan dan Merapikan Tempat Tidur
Jangan sepelekan dengan tempat tidur. Tempat tidur yang rapi dan bersih justru akan menjadi sumber inspirasi. Pembiasaan murid untuk merapikan tempat tidur merupakan pembiasaan yang pertama kali perlu ditanamkan, karena bangun tidur merupakan awal sebuah kehidupan. Bagaimana anak kita akan mampu menyelesaikan hal yang lebih kompleks, kalau hal paling sederhana saja tidak mampu dilakukan anak-anak. Peran orang tua adalah mendampingi dan memastikan bahwa anak melakukan hal itu. Ketika anak melakukan, maka reward paling sederhana adalah orang tua membubuhkan tanda tangan di buku kendali “Parama Sadhana”. Kira-kira apa ya tanggapan orang tua, apabila dari sekolah anak-anak mendapatkan tantangan seperti ini? Saya berkeyakinan penuh bahwa orang tua akan mendukungnya dan merasa senang. Banyak kalangan orang tua, ketika di rumah merasa jengkel ketika anaknya setelah bangun tidur, kamarnya acak-acakan.
Kebiasaan Membantu Pekerjaan Orang Tua
Memiliki empati merupakan salah satu ciri orang yang unggul. Bagaimana melatih empati? Tempat yang paling awal adalah keluarga. Peran orang tua adalah melatihnya. Membantu pekerjaan orang tua merupakan salah satu cara melatih empati tersebut. Jangan salahkan anak-anak tidak bisa mandiri, manakala tidak dibiasakan untuk cuci piring sendiri, cuci baju sendiri, membersihkan rumah dan kegiatan lain di rumah. Bentuk kegiatan tersebut perlu dilatih secara konsisten. Setelah melakukannya, maka reward paling sederhana adalah orang tua membubuhkan tanda tangan di jurnal pada buku “Parama Sadhana”. Saya punya keyakinan penuh bahwa orang tua sangat mendukung dengan kegiatan seperti ini, karena selain akan mengurangi beban pekerjaan orang tua, secara langsung kemandirian anak akan semakin terasah.
Kebiasaan Membersihkan Ruang Kelas
Di sekolah, seringkali anak-anak akan saling lempar pekerjaan ketika diminta membersihkan ruangan. Mungkin banyak orang akan mengatakan anak belum ada kesadaran untuk itu. Tidak salah anggapan tersebut. Namun perlu diingat bahwa kontrol terhadap kegiatan bersih-bersih ruangan memiliki peran yang penting. Reward juga memiliki peranan untuk membentuk pembiasaan tersebut. Buku kendali “Parama Sadhana” sebagai salah satu cara memberikan reward dan kontrol tersebut. Usai anak-anak kita membersihkan ruangan, maka tanda tangan guru di buku kendali tersebut merupakan reward paling sederhana. Namun hal itu belum cukup, karena kegiatan tersebut hanya sampai pada batas pembiasaan saja, apabila tidak dilengkapi budaya dialektika. Refleksi, dengan menuliskan apa yang dirasakan, hal baik apa yang diperoleh dari kegiatan tersebut akan menjadi sarana membangun kesadaran diri.
Kebiasaan Berolahraga
Pasti kita semua menginginkan anak-anak kita sehat dan bugar. Di sekolah, pelajaran olahraga menjadi pelajaran favorit terutama siswa laki-laki, namun untuk siswa perempuan masih perlu dipertanyakan apakah masih menjadi pelajaran favorit atau tidak. Namun jika dilihat saat pelajaran olahraga, masih banyak ditemui siswa perempuan dengan berbagai alasan untuk menghindari pelajaran ini, karena takut bau badan karena berkeringat dan ketika siswa laki-laki cenderung aktif berolahraga, siswa perempuan cenderung duduk-duduk di tepian lapangan yang rindang. Dibutuhkan sedikit paksaan memang. Buku kendali “Parama Sadhana” sebagai alternatif untuk mengontrol siswa agar memaksakan dirinya untuk berolahraga. Ketika diberi target bahwa satu minggu minimal 2 kali berolahraga dan setelah berolahraga mereka berhak mendapatkan tanda tangan dari guru olahraga atau orang tua ketika kegiatan olahraganya dilakukan di luar sekolah, maka buku kendali ini menjadi cara yang lebih ampuh untuk mendorong siswa berolahraga. Tentu saja tidak cukup degan hal itu, maka setelah mereka menyelesaikan minimal 21 kali berolahraga selama 1 semester, maka perlu diberikan wadah untuk melakukan refleksi terhadap apa yang telah dilakukan. Inilah pentingnya refleksi,  agar siswa memiliki kesadaran diri untuk berolahraga, bukan semata-mata untuk memperoleh nilai.
Kerja Part Time
Kerja part time merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa di luar jam pelajaran untuk berlatih menjadi karyawan di suatu usaha tertentu. Jangan dianggap remeh kegiatan ini. Meskipun terasa sederhana menurut pandangan orang yang sudah memiliki pekerjaan, namun dalam prosesnya membutuhkan kegiatan yang lebih kompleks menurut pandangan siswa. Berdasarkan pengalaman kerja partime yang sudah berlangsung selama 1 tahun ini, mayoritas siswa merasa tertantang saat proses melamar pekerjaan. Mereka memerlukan kemampuan berkomunikasi. Jangan salahkan anak-anak, ketika mereka cenderung asyik dengan dunianya, karena hampir setiap harinya tidak lepas dari game di androidnya. Ketika dihadapkan pada kondisi yang mengharuskan berkomunikasi dengan pihak luar, mereka mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Istilah yang selalu saya pakai, “Murid-murid tidak bisu dan tuli, namun tidak bisa berbicara”, ini adalah fenomena yang merebak di kalangan pelajar. Dari fenomena inilah, maka diperlukan sebuah project yang bernama kerja partime. Diperlukan kerjasama antara sekolah dan masyarakat. Melalui buku kendali “Parama Sadhana”, siswa akan meminta tanda tangan pemilik usaha tempat kerja partime setiap kali melakukan kegiatan. Selama 7 kali dalam satu semester, siswa akan terlatih komunikasi dan  belajar budaya di tempat kerja.
Project Sosial
Ketika siswa terbiasa membantu pekerjaan orang tua dalam lingkup yang lebih kecil di lingkungan keluarga, tiba saatnya mereka juga terlatih untuk memiliki jiwa empati secara lebih luas. Siswa dapat melakukan kegiatan project sosial seperti membersihkan tempat ibadah di lingkungan tempat tinggal, membersihkan lingkungan, berkunjung ke panti asuhan, berdana, melaksanakan kegiatan jumat berkah dan sebagainya.  Mengapa hal ini perlu dilakukan? Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain. Project sosial bukan semata-mata untuk melatih empati, namun secara lebih mendalam untuk belajar menurunkan ego diri sendiri, belajar untuk melepas. Usai melaksanakan kegiatan ini, siswa diminta untuk menuliskan refleksi pada jurnal yang ada di buku kendali “Parama Sadhana”.
Pengembangan Diri
Project pengembangan diri merupakan sebuah kegiatan untuk mengembangkan bakat dan minatnya masing-masing. Mereka dapat mengikuti kegiatan seminar, melihat youtube tentang keahlian tertentu dan mengikutinya hingga menghasilkan sebuah produk. Untuk siswa yang sudah memiliki kemampuan lebih, maka ia dapat menjadi mentor bagi siswa lainnya, maka siswa ini dapat melaporkan kegiatannya menjadi project pengembangan diri. Di bidang industri kreatif, siswa yang melaksanakan pameran atau menonton pameran, juga bisa melaporkan kegiatannya dalam project pengembangan diri.
Membiasakan Membaca Buku Fiksi
Kegiatan ini merupakan proses pembiasaan siswa di jurusan animasi untuk membaca buku fiksi. Hasil kajian penelitian, siswa yang terbiasa membaca buku fiksi akan berkembang daya imajinasinya. Seorang siswa yang berkecimpung di dunia animasi, maka imajinasi menjadi syarat mutlak. Bagaimana mereka akan menghasilkan cerita-cerita animasi yang menarik, apabila mereka tidak menyukai dan terbiasa membaca buku fiksi. Di tahun ajaran baru ini, kelas X, XI dan XII memiliki kewajiban untuk membaca buku fiksi minimal 10 buku dalam satu semester. Di dalam buku kendali “Parama Sadhana”, siswa mendapatkan kesempatan menuliskan ringkasan dari buku yang telah dibacanya, menuliskan inspirasi apa yang diperoleh. Mereka akan mendapatkan tanda tangan dari guru, ketika menceritakan kembali apa yang dibacanya di hadapan teman-teman dan gurunya di depan kelas.
Kegiatan itu semua diperlukan buku kendali dan terhubung dengan penilaian soft skill. Buku kendali ini juga berisi refleksi agar tumbuh kesadaran. Di bagian awal juga ada komitmen diri berupa panca pratijna atau 5 janji diri. Tahun ajaran baru besok akan diberlakukan kegiatan ini, semoga anak anak kita menjadi pribadi yang unggul. Semoga menginspirasi.
Untuk melihat buku kendali “Parama Sadhana” pembaca dapat mengunduh melalui link berikut.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *