Kamis, 11 Januari 2024, saya kembali bertemu dengan murid kelas X Animasi 4 di ruang laboratorium manual pada pembelajaran dasar-dasar animasi. Di semester dua ini, mereka mendapatkan tantangan untuk membuat gerakan-gerakan animasi dengan memenuhi prinsip-prinsip animasi. Di pertemuan pertama mereka mampu membuat gerakan animasi bola besi dan bola sepak jatuh dengan tepat waktu. Hal ini berkat penerapan presensi karya, dan tidak lagi menggunakan presensi kehadiran. Hal ini karena hadir saja di kelas tidak cukup, karena sejatinya belajar bukan sekedar hadir, namun produktif melakukan proses belajar itu sendiri. Presensi karya sebagai bukti bahwa mereka produktif belajar. Presensi murid baru bisa saya beri tanda ceklist apabila karya yang dikirim sudah sesuai standar yang diharapkan. Di pertemuan kedua ini, murid kelas X Animasi 4, mayoritas sudah masuk ke tantangan 3, yang jauh lebih cepat dibandingkan kelas lainnya. Di dalam tantangan ketiga ini, murid membuat karakter meloncat-loncar. Karakter yang dibuat bebas, boleh sederhana boleh kompleks, yang terpenting adalah gerakannya yang memenuhi dua prinsip squash and stretch dan anticipation.
Sebuah karakter dikatakan memenuhi prinsip squash and stretch diibaratkan sebuah bolon yang diisi oleh air, sehingga ia dapat berubah bentuk sehingga menunjukkan adanya adanya kelenturan. Squash & Stretch adalah upaya untuk meningkatkan efek terhadap lentur pada objek atau figur sehingga untuk memperluas atau menyusut dan memberikan gerak lebih hidup. Dalam penerapan ini, sebuah karakter meskipun berubah bentuknya namun volumenya tetap. Ketika karakter meloncat-loncat, maka karakter tersebut harus memenuhi prinsip anticipation. Ketika akan meloncat ada proses ancang-ancang, sehingga karakter tersebut menunjukkan ada power ketika akan bergerak. Anticipation adalah energi yang mendorong sebuah gerakan animasi. Misalnya, sebelum berlari, maka akan memundurkan sedikit tubuhnya. Sebelum melompat, akan menekuk lututnya. Tubuh yang mundur dan lutut yang ditekuk merupakan “energi” pendorong gerakan. Berikut hasil beberapa murid yang saya coba kompilasi menjadi satu.
Untuk membuat gerakan animasi meloncat-loncat tersebut dibutuhkan rasa, sehingga dari rasa inilah diterapkan dalam teknik pembuatan animasinya. Keterbatasan alat yang dimiliki murid bukan menjadi penghalang untuk membuat karya ini. Mayoritas murid menggunakan android untuk membuat gerakan ini. Di pertemuan kedua ini, mayoritas murid sudah bisa melampaui target. Seharusnya ia menyelesaikan tantangan kedua, namun mayoritas murid kelas X Animasi 4 ini mampu menyelesaikan tantangan ketiga. Dari data 36 murid, terdapat 25 murid yang sudah mendapatkan like karena sudah memenuhi prinsip squash and streatch dan anticipation.
Sukses untuk kelas X Animasi 4, semoga tetap konsisten dalam berkarya dengan menjaga disiplin diri yang baik, memenuhi target, bahkan melebihi target yang telah ditetapkan dan selalu merdeka dalam berkarya.