Pagi-pagi usai mendapatkan sharring dari teman komunitas GSM yaitu Bang Kunaji yang membahas tentang dahsyatnya kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), akhirnya saya jadikan bahan untuk sharring bersama atau refleksi tentang materi tersebut di group whatsapp anak didik kelas X SMK Negeri 11 Semarang. “Gambar di atas merupakan hasil buatan Artificial Intelligence. Teknologi kecerdasan buatan ini dapat menggantikan pekerjaan ilustrator, animator. Ini jelas ancaman yang akan menyingkirkan pekerjaan di bidang industri kreatif. Hal ini baru permulaan yang akan menghilangkan tenaga manusia di dunia pekerjaan. Mungkin ke depan akan muncul robot yang dapat melakukan proses pertanian dari benih hingga panen. Dari ilustrasi dan informasi ini, apa yang kalian pikirkan, rasakan dan punya rencana apa menghadapi semua ini?”, sebuah pertanyaan yang saya kirimkan ke group. Proses ini juga termasuk morning sharring meskipun secara online. Morning sharring merupakan suatu cara untuk melatih anak didik berpikir kritis, mengolah rasa sehingga memiliki rencana apa yang akan dilakukan menanggapi permasalahan yang sedang dibahas.
“Yang saya pikirkan makin canggih AI akan makin bisa membuat gambar keren dengan menggabungkan semua yang ada di database mereka atau bahkan database dunia. Semakin mulus mereka membuat gambar, semakin skill gambar akan tertutup. Ngapain lagi kamu kamu latihan berjam jam dan bertahun tahun dan akhirnya kami kalah. Ilustrator yang sebenarnya bukan sekedar bisa menggambar bagus. Kita punya keunikan sendiri yang cuma bisa di dapatkan dari perasaan, trauma dan pengalaman. Mungkin AI bisa mengerjakan gambar dari kata kunci, atau mereka juga bisa menggabungkan gambar orang. Tapi AI tidak bisa memberi bercak warna tertentu untuk memengaruhi pikiran seseorang tanpa mereka sadari. Membuat metafora campuran rangkaian perbandingan yang tidak sesuai atau yang menggelikan dan masih banyak lagi. Ilustrator bukan sekedar memiliki gambar bagus, namun illustrator itu pemecah masalah, bukan image generator. Ilustrator itu bisa memberi nuansa, buka asal asal menggambar. Yang bisa saya lakukan sekarang belajar dan berlatih tentang style dan mengamati perkembangan AI, yang pasti saya tidak tahu pasti yang akan terjadi apakah illustrator akan menang atau tergantikan. Tapi untuk klien yang benar benar mengerti tentang seni kreatif mereka pasti akan lebih suka memilih artist karena ada rasa tersendiri. Illustrator tidak sempurna dan ketidaksempurnaan menyirat kisah”, respon Yosepta. “Good. Pemikiran yang brilian”, respon saya selanjutnya untuk memberikan penghargaan atas respon Yosepta.
“Saya sependapat dengan mas Yosepta, dan hanya ingin menambahkan saja. AI bisa membuat karya yang bagus tetapi tetap membutuhkan referensi dari manusia dan AI juga tidak memiliki kreativitas yang sama dengan manusia, walaupun seiring waktu mungkin bisa terjadi. AI tidak dapat membuat karya yang memiliki penjiwaan seperti manusia.mungkin itu saja”, ungkap Iqbal.
“Saya sering mendengar keluhan keluhan tentang AI. Menurut saya, tetap saja AI tidak bisa menggantikan profesi seniman, mau bagaimanapun di setiap seni itu terdapat emosi dan pesan yang dibuat oleh sang seniman. Jujur, saat saya mengetahui tentang berita ini, saya sangat terkejut dan khawatir. Saya takut apabila profesi saya dan teman-teman saya direbut oleh AI. Namun begitu Pak, seperti yang saya bilang, setiap seni pasti punya pesan di dalamnya, manusia bisa merasakan emosi sedih, marah, bahagia, sedangkan AI tidak. Dan seperti yang saya tahu, AI hanya mengambil sampel pada gambar-gambar yang sudah dibuat seniman lain sebelumnya. Mereka hanya seperti menyatu-nyatukan beberapa karya, namun tidak dengan membuat karya ataupun melakukan refrensi”,ungkap Rani.
“Semakin berkembanganya AI memang sesuatu yang di takuti para ilustrator serta yang bekerja pada bidangnya. Namun dari sisi lain kita dapat melihat mana yang merupakan seni murni ataupun AI. Karena AI pun masih membutuhkan tenaga manusia untuk menciptakan suatu objek atau gambar tersebut. Singkatnya saya sebagai ilustrator kecil akan berusaha mengembangkan teknik menggambar saya sendiri dengan ciri khas serta rasa saya sendiri, karena pasti ilustrator lainnya juga melakukan hal yang sama, jangan kita terhantui oleh sistem AI, karena kita memiliki seni kita sendiri”, ungkap Kanza. Refleksi perlu dilakukan secara terus menerus agar siswa memiliki kepekaan berpikir, kepekaan rasa dan kepekaan dalam bertingkah laku.
info artikel dampak artificial intelligence sangat bermanfaat. Era digital telah memberikan banyak peluang melalui teknologi yang semakin canggih. Jasa Virtual Reality dapat memberikan pengalaman visual dan interaktif yang sangat inovatif, terutama dalam pemanfaatan teknologi berbasis realitas virtual.