Menularkan Kebaikan

Kebaikan Itu Menular - Kompas.id
https://www.kompas.id/baca/akhir-pekan/2017/06/10/kebaikan-itu-menular

Kebaikan atau perilaku positif maupun perilaku negatif dapat menular. Di antara keduanya, yang paling cepat menular adalah perilaku negatif.  Ketika di lingkungan sekolah maupun lingkungan keluarga dan masyarakat sering muncul perilaku-perilaku negatif, maka dapat dipastikan akan cepat menular sehingga menjadi perilaku negatif yang berjamaah. Sebaliknya, ketika di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat sering muncul perilaku positif, maka ada peluang akan menular sehingga menjadi perilaku positif yang berjamaah pula. Sudah menjadi tanggungjawab kita sebagai pendidik, bagaimana menciptakan ekosistem yang positif di lingkungan keluarga maupun di sekolah, agar terjadi perilaku-perilaku positif yang meluas.

Ruang ketiga yang merupakan ruang dialog bagi murid dengan murid, antara guru dan murid, maupun antara guru dan guru perlu diciptakan di dunia persekolahan. Ruang ketiga yang berisi dialog yang terbuka dan  setara perlu diciptakan. Tidak hanya berupa pertemuan di ruang-ruang nyata yang ada di sekolah, ruang ketiga tersebut diciptakan, justru dengan berkembangnya teknolog informasi inilah, ruang ketiga hendaknya diciptakan di ruang online seperti whatsapp, telegram dan media sosial lainnya.

Pembaca, bagaimana kondisi group whatsapp yang pembaca ikuti? Apakah sepi? Ataukah ramai banyak yang memberikan tanggapan, memberikan informasi? Jika group whatsapp masih sepi, pertanda bahwa ruang ketiga belum terbangun di media sosial tersebut. Ketika sepi, apakah kita hanya diam saja? Atau justru group whatsapp tersebut hanya sebagai media untuk memberikan informasi dari sekolah kepada murid-murid saja? Ketika hal ini terjadi maka ruang ketiga belum terjadi di group whatsapp tersebut.

Kali ini saya akan berbagi pengalaman bagaimana menghidupkan ruang ketiga di group whatsapp. Sudah lama semenjak saya mengenal coaching, saya jarang sekali memberikan nasehat kepada murid-murid. Jarang sekali saya melarang tindakan-tindakan yang dilakukan murid. Namun justru yang saya lakukan adalah berbagi informasi entah menggunakan tulisan, video maupun audio dan dilanjutkan dengan pertanyaan powerfull. Dari pertanyaan-pertanyaan inilah justru murid merasa tidak diintervensi, tidak merasa disuruh namun akan timbul kesadaran diri melakukan sesuatu hal.

Minggu,  31 Maret 2024, saya mendapatkan video yang menarik dari dari sebuah instagram https://www.instagram.com/reel/C5Km10CvqHx/?igsh=ZnJpdXNod3ZhYm00. Video tersebut menampilkan perilaku positif dari dua murid yang segera menolong pedagang dengan cara mendorong gerobak dagangannya meskipun hujan lebat. Perilaku positif tersebut saya anggap sebagai perilaku yang perlu ditularkan kepada murid-murid saya.

Sembari saya mengirim video tersebut, saya justru memberikan pertanyaan: “Dari video tersebut, hal baik apa yang akan kalian lakukan hari ini?”, tanya saya di group kelas X Animasi dan group OSIS Prayatna Maitri. Inilah cara yang saya lakukan melalui whatsapp untuk membangun dialog di ruang ketiga.

“Hal baik yang akan saya lakukan untuk hari ini adalah mulai memberikan perhatian ke pada orang lain, seperti membantu ibu untuk menyapu rumah”, ungkap Andinie. “Karena kebetulan hari ini saya mengurus event di Smansa, maka hal baik yang akan saya lakukan adalah membantu merias teman-teman saya sebagai bentuk terima kasih saya kepada guru tari saya yang sudah mendidik saya. Saya juga membantu shoot video serta editing dari kegiatan tersebut sebagai bentuk dukungan untuk teman-teman saya dan guru saya. Setelah sampai di rumah, saya akan membantu untuk mempersiapkan menu untuk berbuka puasa”, ungkap Hanna. “Berketepatan hari ini juga saya merayakan hari paskah, dan tentunya saya sebagai umat kristen melayani Tuhan di hari yang suci ini dan membantu banyak orang dengan menjual 1 kg beras dan 1/4 telur (1 paket) dengan harga Rp 5.000,00 saja mungkin satu hal itu bisa sedikit membantu orang orang di sekitar saya dengan harga beras dan telur yang naik tetapi gereja saya menjual dengan harga hanya Rp 5.000,00 saja, dan hal baik lainnya seperti membantu orangtua dalam membersihkan rumah baik itu menyapu, ngepel, cuci piring dan lain sebagainya”, ungkap Tifani.

“Hal baik yang akan saya lakukan hari ini dimulai dari di dalam rumah, yaitu membersihkan rumah seperti menyapu, mengepel lantai, mencuci piring, mencuci pakaian kotor dan membantu ibu membuat kue catering, dilanjut dengan membantu saudara yang kesulitan dalam belajar. Kemudian membantu ayah mengantar pesanan catering yang sudah dibuat ibu”, ungkap Habibah sebagai pengurus OSIS.  “Hal baik yang saya lakukan hari ini adalah membantu menyiram tanaman di kebun kemudian merawat hewan peliharaan seperti memberi makan dan membersihkan tempat tinggalnya kemudian bersilaturahim dengan teman yang lama tidak bertemu, lalu kemudian membantu ibu membuat pesanan dan membantu mengantarkannya juga”, ungkap Ditya. “Hal baik yang saya lakukan hari ini yaitu dimulai dari hal kecil seperti menyapu rumah dan membantu ibu mencuci baju. Kegiatan lainnya seperti membereskan kamar sendiri”, ungkap Fildza.

Sederhana. Ketika budaya dialog ini terus dilakukan, group whatsapp tidak sepi, justru dari dialog melalui pertanyaan-pertanyaan yang powerfull akan memantik sebuah kesadaran diri. Melalui video tersebut yang saya kirim ke group whatapp, sebagai media agar murid dapat melakukan olah rasa. Mereka akan merasakan bahwa tindakan positif itu penting dilakukan, dan dengan pertanyaan hal baik apa yang akan dilakukan hari ini, akan memantik sebuah rencana tindakan atau aksi nyata.

1 thought on “Menularkan Kebaikan”

  1. Pingback: Belajar Parenting pada Remaja - Diyarko.Com

Leave a Comment Cancel Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version