Perlu diakui bahwa masyarakat kita, termasuk anak didik kita memiliki literasi yang rendah. Termasuk di antaranya adalah membaca buku yang tergolong rendah. Perpustakaan yang sepi, sebagai bukti nyata minat siswa untuk membaca yang rendah. Mungkin juga kita sebagai guru juga memiliki minat membaca yang rendah. Di hari buku sedunia ini sebagai momentum bagi diri sendiri untuk melakukan refleksi tentang seberapa sering membaca buku. Refleksi ini diharapkan akan membangkitkan untuk lebih giat membaca buku.
Melalui whatsapp group, masih di hari lebaran ini, 24 April 2023 saya akhirnya menanyakan kepada anggota group kelas X animasi dengan pertanyaan reflektif. “Di hari buku sedunia. Mari kita refleksikan pada diri sendiri. Dalam satu bulan ini, berapa banyak buku yang sudah kalian baca? Apa yang kalian peroleh? Apa yang kalian rasakan? Dan apa yang akan kalian lakukan selanjutnya?”, tanya saya di group.
Tidak menunggu lama, sudah banyak siswa yang menyampaikan refleksinya. “Membaca buku sudah menjadi salah satu hobi saya, saya suka membaca buku-buku fakta tentang kesehatan mental dan buku novel dengan cerita lumayan berat dengan plot twist yang tidak terduga karena saya mudah bosan dengan cerita-cerita santai yang alurnya mudah ditebak. Buku juga bisa menjadi sumber informasi dan inspirasi bagi saya”, ungkap Calista. Saya tertarik dengan minat baca Calista yang tergolong tinggi. Segera saya memberikan respon balik. “Wih menarik. Good. Apa yang akan dilakukan selanjutnya?”, respon saya.
“Mungkin menambah koleksi buku pak, ada beberapa buku yang saya incar cuma belum sempat baca karena belum bisa beli. Sebetulnya bisa dibaca digital tapi menurut saya membaca buku fisik ada sensasi tersendiri”, jawab Calista. Dari apa yang diungkapkan Callista, saya justru semakin penasaran tentang apa yang dibaca dan apa yang diperoleh. “Dari buku tentang kesehatan mental yang sudah dibaca, apa yang mbak Calista peroleh?”, tanya saya lebih lanjut. “Salah satu buku yang saya baca baru baru ini adalah ‘berdamai dengan diri sendiri’, setelah membaca setengah dari buku itu saya jadi tahu pentingnya kemampuan untuk menerima kekurangan diri sendiri dan bersyukur pads apa yang sudah didapat. Dari buku-buku kesehatan mental, saya juga mendapat banyak informasi yang meningkatkan kemampuan berempati saya”, ungkap Calista. Dari ungkapan Callista menunjukkan kebiasaan yang dilakukannya patut mendapatkan acungan jempol. Di usianya yang masih muda, ia sudah terbiasa membaca buku-buku yang berat dan memberikan manfaat untuk dirinya.
Berbeda dengan Cahaya Imania yang cenderung membaca buku-buku novel. “Saya suka membaca novel digital, yang bergenre fantasi dan misteri, membaca buku bergenre fantasi membuat saya dapat berimajinasi lebih luas dan mengembangkan kreatifitas saya. Genre misteri membuat saya berpikir lebih kritis mengenai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, dan hal apa yang terjadi selanjutnya. Mungkin selanjutnya saya akan mulai membaca genre-genre lain, dan lebih membuka wawasan saya, dari sudut pandang orang lain, melalui kata-kata yang mereka tulis”, ungkap Cahaya.
“Dalam satu bulan ini saya saya baru membaca 2-4 buku dan buku yang saya baca itu buku pelajaran. Saya memperoleh banyak ilmu yg mungkin beberapa belum saya ketahui. Rasanya begitu tenang saat membaca, karena menurut saya healing dengan membaca buku adalah suatu hal yang membuat diri saya tenang. Untuk selanjutnya mungkin saya akan lebih sering lagi membaca buku”, ungkap Siska. Apa yang dibaca Siska di luar buku pelajaran adalah buku pengetahuan tentang alam. Ia mengetahui tentang beberapa hal tentang alam, seperti penyusunan tanah, tentang antariksa.
“Dalam satu bulan terakhir saya membaca sekitar 2-3 buku, karena saya suka fiksi, maka yang saya baca adalah novel fiksi. Saya suka berimajinasi dan menyalurkan imajinasi saya ke orang lain, dan tentu saja beberapa ilmu kecil, saya biasa membaca buku jika saya merasa ingin, dan memberi jeda setelah membaca buku, membaca buku membantu saya berfikiran lebih terbuka dan menenangkan hati saya, serta menambah wawasan saya, semoga saya lebih sering bisa baca buku”, ungkap Corina
“Dalam satu bulan ini saya telah membaca sekiranya 2-4 buku yang merupakan buku literatur, juga buku biografi dari tokoh legendaris dunia serta, buku inspirasional dari tokoh Michelle Obama. Tentunya, dari buku yang telah saya baca, ada banyak hal yang bisa saya dapatkan saat membaca buku. Pengetahuan baru, pola pikir baru, serta membuka wawasan yang luas bagi saya dan sangat bermanfaat untuk kedepannya. Buku itu ibarat dunia yang bisa saya lihat tanpa perlu repot repot keliling dunia. Dari membaca buku, saya mendapatkan ilmu pengetahuan yang tak terhingga dan mengusir segala suntuk juga bosan. Untuk kedepannya, saya ingin mendonasikan sebagian dari koleksi buku buku saya dalam upaya meningkatkan kemampuan literasi masyarakat sekitar, dan saya harap hal tersebut dapat bermanfaat”, ungkap Chaerala.
“Selama sebulan ini ada 3 novel yg saya baca kebanyakan bergenre romantis dan yang saya peroleh adalah kesenangan dalam diri pak, karena saya bisa menghilangkan rasa bosan , jika saya sedang tidak ingin membuat karya tapi terkadang saya juga dapet ide untuk karya bebas saya dari buku novel yang saya baca”, ungkap Tiara.
“Saya suka dengan cerita rakyat, namun karena sudah jarang dengan buku saya beralih membaca di handphone, saya lebih suka kisah ringan seperti cerita rakyat rasanya saya lebih bisa menikmati, saya juga belajar dengan melihat ilustrasi dan cara menulisnya, mungkin dengan ini bisa menjadi refrensi saya untuk kedepannya”, ungkap Kanza.
Dari beberapa respon yang ditulis oleh siswa tersebut saya merasa lega, karena masih ada secercah harapan bahwa para kaum muda ini masih punya minat untuk membaca buku. Apa yang dilakukan oleh kaum muda ini diharapkan akan menjadi motivasi bagi yang lainnya agar lebih membiasakan diri berliterasi. Semoga di hari buku sedunia ini menjadi momentum yang baik untuk meningkatkan minat membaca. “Buku adalah jendela dunia”.