Kegiatan workshop perubahan mindset para arang pendidikan yang dilakukan di SMK Bhina Tunas Bhakti Juwana Kabupaten Pati yang dilakukan tanggal 10 September 2022 tidak hanya berhenti sebatas workshop. Sejak awal memang saya menyampaikan bahwa workshop ini bukan sekedar menggugurkan kewajiban sebagai sekolah pusat keunggulan yang mendapatkan suntikan dana dari pemerintah yang tidak sedikit. Workshop yang dilakukan harus mampu mengubah paradigma dan dampaknya akan melakukan perubahan-perubahan yang akan dilakukan secara terus menerus. Ketika workshop berlangsung selalu disampaikan bahwa prinsip gerakan sekolah menyenangkan adalah berubah, berbagi, berkolaborasi. Sekecil apapun kita hendaknya berubah ke arah yang lebih baik, karena perubahan itulah yang abadi. Sekecil apapun perubahan itu harus dibagikan, karena kendaraan gerakan akar rumput untuk memanusiakan dan memerdekakan anak didik ini adalah komunitas. Dari komunitas kita bisa saling asah, asih dan asuh, dan tidak perlu menunggu latihan selama 6 bulan sampai 9 bulan seperti guru penggerak yang dilakukan oleh pemerintah. Program guru penggerak sangat bagus dilakukan, namun jumlah yang diterima sebagai guru penggerak sangat kecil dibandingkan dengan jumlah guru yang ada di Indonesia. Sedangkan pergerakan memanusiakan anak didik adalah kewajiban dari setiap guru, sehingga sangat efektif ketika komunitas yang dibentuk menjadi wadah untuk saling bertukar informasi, bertukar praktik baik sehingga para guru bisa saling belajar satu sama lain.
Usai kegiatan workshop di SMK BTB Juwana Pati, langsung dibuat group GSM SMK BTB. Dari group whatsApp tersebut para guru dapat berbagi pengalaman dalam pembelajarannya sebagai praktik baik. Sekecil apapun perubahan akan menginspirasi yang lainnya. Saya bersyukur dan bahagia, hari ini 13 September 2022, di group wathsap muncul kiriman dari para guru tentang praktik baiknya dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Pak Andi, guru SMK BTB Juwana Pati pada hari ini memposting kegiatan parktik baiknya. Hal kecil namun sangat berarti memantik siswanya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Salah seorang anak dengan kesadaran diri merapikan meja guru yang ada di ruang kelas. Seketika siswa tersebut diminta untuk menuliskan catatan kebaikan. “Membersihkan meja guru tanpa ditunjuk” dan segera ditandatangani oleh Pak Andi. Luar biasa pemberian penghargaan kepada anak didiknya. Penghargaan selama ini lebih banyak diberikan kepada siswa-siswa yang berprestasi secara akademik, namun setelah para guru mengalami perubahan mindset, justru anak-anak yang melakukan perbuatan baik sekecil apapun diberikan penghargaan. Ini adalah contoh kecil dari penerapan Social Emotional Learning.
Bu Dara, pagi ini berbagi tentang proses perkenalan diri siswanya menggunakan bahasa Inggris yang diunggah di Instagam.
“HelloGuys. My name is Muhammad Agung Laksono
I am from village GenengMulyo,Kec.Juwana,Kab.Pati
I am 15 years old. I study at SMK BHINA TUNAS BHAKTI JUWANA. I wanna be Businessman”. Hal yang paling sederhana yang dilakukan oleh Bu Dara adalah membiasakan anak didiknya untuk percaya diri dengan mengunggah fotonya di social media dan melakukan perkenalan dengan bahasa tulisan dalam bahasa Inggris.
Perubahan kecil jika dilakukan terus menerus akan menjadi gulungan bola salju yang semakin membesar. Pergerakan inilah yang diharapkan akan terus menerus dilakukan oleh para arang pendidik, seperti yang dilakukan di SMK BTB Juwana. Semoga apa yang dilakukan menjadi inspirasi untuk yang lainnya dan akan memperkuat simpul-simpul GSM di Jawa Tengah. Salam GSM, berubah, berbagi, berkolaborasi.