Proses pendidikan kejuruan atau vokasi tidak lepas dari peran dunia dunia usaha dan industri. Dunia usaha dan industri atau yang lebih dikenal dengan DUDI merupakan mitra yang harus terus dijalin secara harmonis oleh pihak SMK. Peran DUDI tidak hanya sekedar menerima siswa untuk mengikuti Praktik Kerja Lapangan dan menerima lulusan SMK untuk bekerja, namun memiliki andil yang besar untuk ikut mendampingi proses pendidikan dan pembelajaran yang ada di sekolah. Menurut Mendikbud Ristek, Nadiem Anwar Makarim, “Kunci dari kesuksesan seluruh program vokasi adalah partisipasi industri. Semakin besar peran industri, semakin baik SMK kita, perguruan tinggi vokasi kita, serta fakultas vokasi kita. Jadi seluruh strategi ini adalah untuk bagaimana caranya agar sekolah-sekolah ini, benar-benar dioperasikan dan orientasinya adalah dari industri”.
Mendikbudristek menyampaikan bahwa ada dua dimensi kunci dari pendidikan vokasi, yaitu dimensi kebekerjaan atau kewirausahaan lulusan, serta dimensi kemitraan dan penyelarasan dengan dunia kerja. Adapun elemen-elemen yang meliputi link and match 8+i adalah pelaksanaan magang atau praktik kerja oleh peserta didik, penyusunan kurikulum bersama, praktisi industri mengajar di satuan pendidikan vokasi, implementasi project-based learning dengan projek dari industri, pemberian sertifikasi kompetensi dari industri untuk peserta didik, pelaksanaan riset terapan kolaborasi, pembukaan kelas industri, serta guru atau dosen terlibat atau melakukan magang di industri.
Kali ini saya akan menceritakan sebagian kecil dari penerapan link ang match. Meskipun kecil, semoga langkah kecil ini akan memberikan dampak yang lebih besar dengan harapan memotivasi yang lainnya. Langkah kecil yang saya lakukan sebagai guru dasar-dasar animasi kelas X Animasi di SMK Negeri 11 Semarang adalah menjalin jejaring dengan dunia usaha di bidang ekonomi kreatif. Saya secara langsung berkomunikasi dengan pihak Keitoto studio yang bergerak di bidang pembuatan aset digital berupa modeling 3D yang saat ini sudah banyak mendapatkan pesanan dari luar negeri seperti California dan lainnya. Saya berkomunikasi langsung dengan founder Keitototo Studio, yaitu Mas Malik untuk menjalin kerjasama dalam memberikan tantangan-tantangan bagi anak-anak didik saya dengan project riil pembuatan modeling 3D yang disesuaikan dengan standar yang sering dipesan oleh pihak internasional. Hasil komunikasi ini disambut sangat baik oleh Mas Malik. Meskipun baru menerima 5 siswa untuk bergabung mengikuti proect riilnya, namun bagi saya dan anak didik kami sangatlah berarti. Dari perbincangan meskipun melalui whatsapp, akhirnya saya diberi kepercayaan untuk menyeleksi siswa yang siap untuk mendapatkan tantangan project langsung dari Keitoto dan akhirnya saya membuat group “Cah Keitoto”. Di group tersebut ada 5 siswa yang mendapatkan kesempatan mengikuti project riil yaitu Hanna, Danish, Mutiara, Nayla dan Rafi.
Project pertama yang diberikan oleh Mas Malik untuk siswa-siswa yang masih berada di kelas X ini adalah membuat modeling 3D berupa seperangkat meja, kursi dan komputer.
“Untuk task pertama ini, aku pengin kalian men-duplikat atau membuat ulang design 3D dibawah ini. Kamu design semirip mungkin dengan contoh dibawah mulai dari warna, bentuk, lighting, dan shadow. Kerjakan sebisanya, tapi harus totalitas. Deadline 1 minggu (hari Rabu tgl 27 September 2023)”, ungkap Mas Malik di group sambil mengiri sebuah gambar acuan.
Awalnya saya sempat ragu, apakah anak didik saya mampu untuk menyelesaikan taks pertama ini, karena materi di sekolah belum sampai bidang modeling 3D. Selama 3 bulan ini lebih fokus pada pembuatan dasar-dasar gambar 2D. Namun saya kembali melihat asset yang dimiliki siswa. Asset mereka yang tidak terbantahkan lagi bahwa di era generasi Z ini mereka memiliki akses yang luas terhadap informasi melalui dunia maya. Hanya dengan android, semua materi sudah tersedia, tinggal mereka mampu atau tidak mengalahkan kemalasan pada dirinya untuk belajar. “Yuk, jika belum bisa menggunakan blender, silahkan kerja kelompok. Jika pas pelajaran produktif animasi, silahkan gunakan waktu untuk mengerjakan ini. Semangat ya”, ungkap saya di Group. Inilah yang bisa saya lakukan untuk memberikan semangat bagi mereka. Benar ternyata asset yang mereka miliki benar-benar dioptimalkan. Android yang dimilikinya dimanfaatkan secara totalitas untuk belajar bagaimana menggunakan blender, belajar tool-tool yang ada dan menerapkan untuk menyelesaikan tantangan yang diberikan oleh Keitoto studio.
Hari Jumat, 22 September 2023, pukul 18.44, Rafi Putra Sulaeman mengirimkan hasil karya untuk task pertama.
Jika kita perhatikan dengan apa yang menjadi tantangan yang diberikan oleh Mas Malik, karya Rafi ini sangat mirip. Saya sangat mengapresiasi karya Rafi ini. Di luar ekspektasi saya, karena secara kurikulum materi ini sama sekali belum diajarkan di kelas, namun Rafi sudah mampu membuat karya yang sangat mirip dengan yang diminta oleh Keitoto Studio. Hanya satu kata “Mantap” yang bisa saya sampaikan di group. “Gokill 👏🏻👏🏻👏🏻, Good job mas Rafi”, respon Mas Malik, sebagai ungkapan penghargaan kepada Rafi.
Inilah yang kami sebut sebagai pembelajaran diferensiasi. Siswa yang memiliki potensi, hendaknya diberikan akses-akses untuk mengembangkan potensinya. Tidak harus sama dengan yang lainnya. Ketika potensi siswa memiliki potensi di bidang 3D, maka peran guru adalah memberikan akses untuk berkomunikasi dengan dunia luar termasuk dunia usaha sehingga mendapatkan tantangan riil. Tidak harus menunggu waktu praktik kerja industri tiba, ketika keran komunikasi sudah dibuka, dari mana saja, di mana saja, siswa dapat belajar bereksplore bahwa dapat secara langsung mengerjakan tantangan riil dari dunia usaha dan industri. Antara sekolah dan dunia usaha-industri bagaikan kekasih. Keduanya hendaknya memiliki chemistry sejak awal, tidak harus menunggu adanya program Praktik Kerja Lapangan. Beruntung SMK Negeri 11 Semarang memiliki pimpinan yang sangat mendukung kegiatan-kegiatan yang mendekatkan pihak sekolah dengan dunia usaha dan industri. Menurut Drs. Luluk Wibowo, S.ST., M.T di sela-sela pengarahan dengan para guru, “Hendaknya guru menjalin komunikasi dengan pihak dunia usaha dan industri secara inten”. Inilah yang bisa saya lakukan, semoga langkah awal yang kecil ini membuka keran-keran komunikasi yang lebih intens dan memperluas jejaring dengan dunia usaha dan industri lainnya.