Deli Serdang, 5 November 2022, akhirnya saya bertemu dengan para arang pendidik dari SMK Swasta PP SNAKMA Muhammadiyah. Pertemuan dengan mereka dibalut dengan acara workshop perubahan mindset. Gerakan Sekolah Menyenangkan di sekolah ini sudah dikenal sejak tahun lalu dan mulai diterapkan. Bukti-bukti secara psikologis dapat dirasakan, ketikan saya datang para siswa menyambut dengan hangat. Ini terasa alamiah sekali, bukan karena dikondisikan.
Kegiatan pertama di pagi hari, saya dipertemukan dengan anak-anak kelas X. Meskipun mereka masih malu-malu untuk menyampaikan pendapat, namun mereka antusias untuk menjadi pendengar yang baik ketika saya bercerita. Saya bangkitkan kebanggaan mereka terhadap pilihan jurusan mereka di bidang peternakan. Justru bidang ini memiliki peluang besar untuk menjadi wirausaha muda bagi mereka, karena setiap hari kebutuhan manusia tidak lepas dari makan yang memerlukan protein dan lemak yang salah satunya diperoleh dari usaha peternakan. Selanjutnya saya ajak mereka menentukan mimpi besarnya. Salah satu siswa bernama Sipriyadi keturunan Batak menyatakan bahwa cita-citanya ingin menjadi pengusaha muda di bidang ternak dan pengin punya ribuan terbak kambing. Usai siswa menyampaikan mimpi besarnya saya ajak untuk berdoa agar cita-citanya didengar oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Pukul 11.00 saya baru bisa bertemu dengan para guru SNAKMA. Dalam diskusi kali ini, saya mencoba memaparkan tentang perubahan mindset yang diawali dengan teori otak. Pemutaran video tentang dampak dari cacian, cercaan, makian terhadap kerusakan sel di otak serta dampak positif dari pujian, penghargaan terhadap berkembangnya sel otak. Mereka saya ajak untuk melakukan refleksi tentang perlunya pembentukan ekosistem yang menyenangkan sehingga mampu menciptakan keluarnya hormon-hormon kebahagiaan.
Sesi berikutnya adalah diskusi tentang penerapan social emotional learning dalam pembelajaran. Saya paparkan best practice saya selama melaksanakan Gerakan Sekolah Menyenangkan selama 2 tahun ini di SMK Negeri 11 Semarang. Di akhir sesi ini saya beri kesempatan salah satu guru untuk memberikan refleksi. Salah satu guru menyampaikan bahwa apa yang disampaikan memberi warna di SNAKMA yang awalnya juga sudah menerapkan GSM.
Di akhir kegiatan, saya mendapat kejutan dari para guru. Rupa-rupanya ada sebuah adat yang masih dilestarikan untuk menjalin persahabatan yaitu pengulosan. Dalam acara pengulosan ini, ibu kepala sekolah memberikan dan memakaikan kain ulos sambil diiringi musik Batak. Para guru berdiri dan menyalami saya dan selanjutnya berdiri memutar sambil masih menggerakankan tangan seperti sikap anjali. Tari Tor-tor katanya. Pengulosan sebagai simbol bahwa kehadiran saya sudah diterima sebagai keluarga mereka. Kain ulos sebagai simbol ikatan batin, ikatan persahabatan dengan para arang pendidik yang akan terus memajukan pendidikan anak bangsa. Amin.