Di minggu-minggu yang lalu, Pengurus OSIS Prayatna Maitri SMK Negeri 11 Semarang membuat konten video untuk mengkampanyekan cara membuang sampah yang benar. Malam ini, 8 Februari 2024 saya mendapatkan kiriman dari salah satu pengurus OSIS yaitu Yoga yang mengirim video hasil karya pengurus untuk mengkampanyekan hemat air.
Mengapa video ini dibuat? Selain adanya pantikan seperti pada saat pembuatan video yang pertama tentang tata cara membuang sampah yang benar, mereka juga mendapatkan pengalaman-pengalaman kejadian yang nyata di kamar mandi. Mereka sering menemukan murid-murid lainnya yang belum sadar untuk menutup keran ketika sudah menggunakan kamar mandi. Akibatnya air terbuang sia-sia. Di satu sisi, untuk mendapatkan air juga semakin sulit. Menurut Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada 2019 mencatat bahwa 2,2 miliar orang atau seperempat populasi dunia masih kekurangan air minum yang aman dikonsumsi. Sementara itu, 4,2 miliar orang tidak memiliki layanan sanitasi yang aman dan 3 miliar tidak memiliki fasilitas cuci tangan dasar. Adapun menurut laporan Bappenas, ketersediaan air di sebagian besar wilayah Pulau Jawa dan Bali saat ini sudah tergolong langka hingga kritis. Sementara itu, ketersediaan air di Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan diproyeksikan akan menjadi langka atau kritis pada tahun 2045. Kelangkaan air bersih juga berlaku untuk air minum. Menurut RPJMN 2020-2024, hanya 6,87 persen rumah tangga yang memiliki akses air minum aman. Adapun berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2020 dari BPS juga menunjukkan ada sebesar 90,21 persen rumah tangga yang memiliki akses air minum layak, meskipun distribusinya tidak merata (Iswara, 2021).
Menurut Bappenas, kerusakan hutan akan menjadi pemicu terjadinya kelangkaan air baku, terutama untuk pulau-pulau yang tutupan hutannya sangat rendah seperti Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Menurut Bappenas pula, tutupan hutan akan semakin berkurang, yakni dari sebanyak 50 persen dari luas lahan total Indonesia (188 juta hektar) di tahun 2017, menjadi hanya sekitar 38 persen di tahun 2045. Bertambahnya populasi di Indonesia juga menjadi beban baru dalam penyediaan air bagi masyarakat Tanah Air. Menurut Sensus Penduduk 2020 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), penduduk Indonesia berjumlah 270,21 juta jiwa. Jumlah ini bertambah sebanyak 32,56 juta jiwa dibandingkan dengan hasil sensus pada 2010 (Iswara, 2021). Penyebab krisis air lainnya yaitu pengambilan air tanah secara berlebihan, tingginya tingkat pencemaran terhadap sumber-sumber air, adanya konflik kepentingan ekonomi yang didukung oleh kebijakan yang kurang tepat, serta perusakan lingkungan dan sumber-sumber mata air (Adlina, S., 2011).
Menghemat air merupakan salah satu perilaku yang harus menjadi kebiasaan dan perilaku tersebut hendaknya berangkat dari kesadaran diri. Mungkin saat ini banyak yang belum mengetahui tentang prediksi akan kelangkaan air bersih di masa mendatang, karena saat ini kita masih menikmati kemudahan dalam memperoleh air bersih. Namun begitu padatnya penduduk di Indonesia juga akan menjadi masalah baru terhadap pencemaran tanah yang mengakibatkan kelangkaan air bersih karena sudah tercemar tinja. Hampir 70 persen dari 20.000 sumber air minum rumah tangga yang diuji di Indonesia dalam sebuah studi baru tercemar limbah tinja dan turut menyebabkan penyebaran penyakit diare, yang merupakan penyebab utama kematian balita. Hal ini dinyatakan oleh UNICEF dalam kampanye baru untuk sanitasi aman.
Melihat data dan fakta tersebut, saya merasa bangga dengan pengurus OSIS Prayatna Maitri yang memiliki kepedulian untuk mengkampanyekan hemat air melalui video yang diunggah di Instagram. Semoga video tersebut menginspirasi dan mengingatkan kita untuk hemat air sewaktu-waktu dan di manapun berada. Terima kasih Pengurus OSIS Prayatna Maitri SMK N 11 Semarang yang terus merealisasikan Prayatna Maitri (Semangat menebar Cinta Kasih) dalam bentuk tindakan nyata, bukan hanya tertulis di logo.
Sumber:
Adlina, S. (2011). Identifikasi Usaha Konservasi Air Tanah Pada Kelurahan Bekasi Jaya Kecamatan Bekasi Timur. JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI, 1(1), 24. https://doi.org/10.36722/sst.v1i1.15
Iswara, M., 2021. Krisis Air Bersih Yang Kian Memburuk Saat Pandemi Menerjang. [online] tirto.id. Available at: <https://tirto.id/krisis-air-bersih-yang-kian-memburuk-saat-pandemi-menerjang-gcmz> [Accessed 28 August 2021].
Unicef Indonesia. “Indonesia: Hampir 70 persen sumber air minum rumah tangga tercemar limbah tinja”, diunggah oleh Unicef Indonesia, 7 Februari 2022: https://www.unicef.org/indonesia/id/siaran-pers/indonesia-hampir-70-persen-sumber-air-minum-rumah-tangga-tercemar-limbah-tinja
Terima kasih pengurus OSIS