Hari ini, 25 Januari 2024, kelas X Animasi 4 sudah masuk pada pembelajaran pembuatan karakter berjalan. Pembelajaran diawali dengan berdoa dan dilanjutkan dengan penjelasan tantangan yang akan dilakukan dalam pembelajaran hari ini. Saya sengaja berjalan melintasi mereka dan murid-murid saya minta untuk mengamati gerakan ketika saya berjalan. Proses pengamatan ini membutuhkan kejelian dan ketelitian, karena ada pertanyaan yang saya ajukan. “Prinsip animasi apa saja yang muncul dalam proses gerakan berjalan yang Pak Di lakukan”, tanya saya kepada murid-murid di kelas tersebut. Tak satupun murid yang langsung bisa menjawabnya. Karena belum ada yang bisa menjawab, kembali saya membuat gerakan yang berbeda dimana ketika saya berjalan, tangan saya sengaja saya buat tidak bergerak. “Ada yang aneh dari proses saya berjalan?”, tanya saya lebih lanjut. Akhirnya ada salah satu murid yang menjawab. “Tangannya tidak bergerak Pak”, jawab murid tersebut. Sambil berjalan, saya menyampaikan, “Ketika tangan saya tidak bergerak, maka gerakan berjalan saya menjadi tidak alami bukan?”, ungkap saya lebih lanjut. “Lalu gerakan yang alami seperti apa?”, tanya saya lebih lanjut. Secara serempak, murid-murid menjawab “Tangan ikut bergerak”. “Oke oke oke. Sekarang saya tanya kepada kalian, ketika seseorang berjalan, tangan ikut bergerak. Prinsip animasi apakah yang menjelaskan hal tersebut?”, tanya saya lebih lanjut. Karena tidak ada yang menjawab, mungkin mereka tidak tahu prinsip animasi tersebut, akhirnya mereka saya beri kesempatan untuk melakukan literasi secara digital. Mereka akhirnya searching di internet. Dari kegiatan itulah, mereka mendapatkan pemahaman bahwa prinsip animasi tersebut disebut dengan secondary action.
Secondary action merupakan gerakan-gerakan tambahan yang dimaksudkan untuk memperkuat gerakan utama supaya sebuah animasi tampak lebih realistik. Secondary action tidak dimaksudkan untuk menjadi ‘pusat perhatian’ sehingga mengaburkan atau mengalihkan perhatian dari gerakan utama. Kemunculannya lebih berfungsi memberikan emphasize untuk memperkuat gerakan utama. Ketika seseorang sedang berjalan, gerakan utamanya tentu adalah melangkahkan kaki sebagaimana berjalan seharusnya. Tetapi seorang animator bisa menambahkan secondary action untuk memperkuat kesan hidup pada animasinya. Misalnya, sambil berjalan seorang figur atau karakter animasi mengayun-ayunkan tangannya atau bersiul-siul. Gerakan mengayun-ayunkan tangan dan bersiul-siul inilah secondary action untuk gerakan berjalan.
Jika dilihat dari proses pembelajaran model siklus belajar 5E, ketika saya memberikan contoh berjalan, kemudian murid-murid mengamati gerakan berjalan, menganalisis prinsip-prinsip animasi apa yang muncul dalam gerakan berjalan tersebut, maka tahapan ini masuk dalam engagement. Saya benar-benar melibatkan peserta didik untuk mengamati gerakan saya saat berjalan dan mengkaitkan dengan prinsip-prinsip animasi yang muncul dalam gerakan tersebut. Ketika murid belum memahami, akhirnya saya memberikan kesempatan untuk mencari literatur terkait dengan hasil pengamatan tersebut. Proses inilah dalam siklus belajar 5E berada pada tahap exploration.
Saya masih menanyakan prinsip animasi lainnya yang muncul ketika saya berjalan. “Apakah prinsip arch muncul?”, tanya saya lebih lanjut. Tidak bisa terjawab dengan cepat. Setelah beberapa saat, ada salah satu murid yang menjawab dan memberikan penjelasan. “Ketika gerakan berjalan, kepala bergerak naik turun dan membentuk sebuah lengkungan”, jawab murid tersebut. “Benar sekali. Tepuk tangan”, saya memberikan apresiasi. “Ada lagi?”, tanya saya lebih lanjut. Karena tidak ada satupun yang menjawab, akhirnya salah satu murid perempuan yang rambutnya terurai saya minta untuk berjalan cepat dan saya minta tiba-tiba berhenti. “Ketika temanmu ini berjalan dan tiba-tiba berhenti, apakah rambutnya masih bergerak?”, tanya saya lebih lanjut. Pertanyaan pemantik ini sengaja saya sampaikan untuk mengarah pada prinsip animasi Follow through. Follow through adalah tentang bagian tubuh tertentu yang tetap bergerak meskipun seseorang telah berhenti bergerak. Misalnya, rambut yang tetap bergerak sesaat setelah berhenti berlari. Proses tanya jawab tersebut, dalam siklus belajar 5E masuk dalam tahap explain. Murid saya minta untuk memberikan penjelasan berdasarkan hasil explorasi melalui proses literasi.
Usai mengajak murid-murid berpikir untuk memahami prinsip-prinsip animasi yang muncul ketika karakter berjalan, akhirnya mereka saya ajak untuk memasuki tahap elaborasi. Berdasarkan hasil pengamatan dalam tahap engagement, berexplorasi melalui literasi dan memaparkan hasil explorasi dalam tahap explain, maka mereka mendapatkan tantangan untuk menerapkan pembuatan animasi karakter berjalan. Di dalam tahap elaborasi ini, murid akan menerapkan membuat tantangan berdasarkan hasil pengetahuan yang mereka peroleh dari tahap engagement, exploration dan explain. Di tahap inilah justru yang menjadi inti dari pembelajaran kali ini, karena mereka harus mampu membuat produk animasi dan disetorkan ke group whatsapp. Di group inilah proses evaluasi dilakukan. Setiap karya yang dikirim akan mendapatkan komentar, hal-hal apa yang masih perlu diperbaiki hingga sampai benar-benar disetujui. Peran guru adalah memastikan bahwa karya yang dibuat memiliki standar yang diharapkan. Ketika karya sudah disetujui maka murid akan mendapatkan kunci presensi karya.
Animasi Karakter Berjalan Karya Satria Wibawa
Satria Wibawa ini membuat karya animasi karakter berjalan dengan beberapa kali revisi dan akhirnya mendapatkan pesertujuan untuk presensi karya. “Saya merasa senang dan dapat lebih paham lagi dalam membuat gerakan berjalan yamg lebih baik”, ungkap Satria ketika memberikan refleksi.
Animasi Karakter Berjalan Karya Ananda Florensia
Ananda Florensia juga mengalami proses revisi berkali-kali hingga mendapatkan persetujuan. “Perasaan saya dag dig dug, sebelum direvisi dan saat pekerjaan saya mungkin kurang baik saya benahi sedikit demi sedikit walaupun seringkali direvisi, dan setelah direvisi oleh Pak Di saya merasa sangat senang dan lega dikarenakan saya tidak perlu lagi mengerjakan tugas tersebut di rumah karena saya sudah menyelesaikan tugas itu di sekolah”, ungkap Ananda.
Animasi Bergerak Karya Nadif
Berbeda dengan Nadif, ketika yang lainnya membuat animasi orang berjalan, justru Nadif membuat karakter bolam lampu yang berjalan. Ia membuat karakter bolam lampu yang diberi kaki dan tangan dan akhirnya ia mampu membuat animasi karakter tersebut berjalan layaknya manusia. “Saya senang, akhirnya usaha yang saya lakukan terbayarkan”, ungkap Nadif.
Animasi Karakter Berjalan Karya Andinie
Berbeda dengan Andinie, ia membuat animasi karakter berjalan ini dari salah satu cut berdasarkan storyboard project yang ia buat. Dalam pembelajaran ini, ada dua jenis yaitu tantangan reguler dan tantangan berupa project animasi. Seseorang yang memilih tantangan reguler, maka akan mengerjakan secara urut dari tantangan-tantangan yang sudah disediakan, namun ketika memilih tantangan project animasi, maka mendapatkan kesempatan untuk membuat script cerita, sotryboard dan membuat animasi dari cut-cut yang tercantum dalam storyboard.
Pembelajaran ini juga memegang prinsip pembelajaran diferensiasi. Selain membuat animasi karakter berjalan dengan karakter yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuannya, mereka juga bebas memilih software yang dipakai berdasarkan sumbder daya yang dimiliki serta passionnya masing-masing. Ketika peralatan yang mereka miliki berupa android, maka mereka dapat memilih animasi 2D, dan murid yang memiliki laptop, maka boleh menggunakan software blender animasi 3D.
Animasi Karakter Berjalan Karya Akmal Menggunakan Blender 3D
Akmal salah satu murid yang memilih menggunakan animasi 3D menggunakan software blender. Ia mampu membuat animasi karakter berjalan dengan prinsip-prinsip animasi. Ia tergolong tekun belajar animasi 3D secara mandiri dan melalui diklat dalam kegiatan mentoring jumat berkah. Setelah berkali-kali revisi akhirnya Akmal mampu menyelesaikan tantangan ini dengan baik. “Perasaan saya yaitu sedikit gelisah karena awalnya belum diacc, setelah saya mendapatkan revisi, saya dapat belajar karena ternyata terdapat kekurangan pada karya saya,dan setelah saya revisi, akhirnya saya di acc”, ungkap Akmal. “Saya merasakan senang dengan pembelajaran ini, karena saya menjadi belajar hal baru, yaitu membuat animasi berjalan dengan menggunakan software 3d, ini suatu pencapaian saya selama kelas X, saya juga berterima kasih kepada pak Diyarko telah memberikan referensi untuk animasi berjalannya”, ungkap Akmal.
Itulah beberapa respon yang dilakukan dalam pembelajaran yang saya lakukan menggunakan model siklus belajar 5E dalam pembuatan animasi karakter berjalan. Sederhana, namun murid mendapatkan pengalaman yang bermakna. Mereka tidak disuapi seperti anak kecil lagi, namun dipantik untuk melakukan pengamatan langsung, bereksplorasi dengan berliterasi, mencari referensi-referensi yang ada, menyampaikan hasil eksplorasi dan menerapkan pembuatan animasi karakter berjalan berdasarkan pengetahuan yang diperoleh serta dari karya yang dihasilkan itulah langsung mendapatkan evaluasi sehingga mereka dapat menghasilkan karya animasi yang sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan. Dalam tahap elaborasi dan evaluasi itulah, mereka melakukan proses remedial ketika hasil animasinya belum mendapatkan persetujuan. Semoga tulisan ini menginspirasi.