“Gambarmu semakin wow”, sebuah penguatan positif yang diberikan kepada Yosepta usai mengirim karya bebas di atas. Pemberian respon tersebut sengaja saya berikan melalui jaringan pribadi melalui whatsapnya, setelah saya memberikan respon “Sangar ik. Vgkl”. Kata sangar merupakan sebuah kata bagi anak-anak muda di Kota Semarang dan sekitarnya yang memiliki makna luar biasa, sedangkan Vgkl merupakan singkatan khusus di group kelas X Animasi yang berarti very good kirim link. Penguatan positif ini menjadi budaya yang terus dilestarikan untuk memberikan penghargaan bagi siapapun yang mengirim karya dan layak untuk diapresiasi. Budaya apresiasi ini bertujuan untuk membuat ekosistem menyenangkan secara psikologis dan secara ilmiah penguatan positif tersebut akan memunculkan hormon serotonin salah satu hormon kebahagiaan.
“Untuk membuat gambar tersebut dibutuhkan berapa jam mas?”, tanya saya untuk mengetahui produktivitas kerja Yosepta dari sisi waktu. “Kalau dari pagi tanpa sekolah butuh 5-6 jam, kalau ada waktu sekolah diperlukan satu hari Pak”, jawab Yosepta secara jelas. “Menurutmu apakah karya ini merupakan karya terbaikmu dibandingkan karya sebelumnya?”, tanya saya lebih lanjut. “Menurutku, karya ini yang kedua Pak. Kalau yang pertama adalah gambar tengkorak dan ada guritanya”, jawab Yosepta. Beberapa detik kemudian dia mengirimkan karya yang dimaksud.
“Karya ini pernah sampai masuk daftar populer di Creepy art”, ungkap Yosepta. Creepy art merupakan sebuah kumpulan senit horor secara internasional. Karya yang dibuat Yosepta patut dibanggakan karena masuk kategori terpopuler. Ini sebuah penghargaan dari dunia internasional yang jauh melebihi nilai angka. “Wow selamat ya mas”, ungkap saya selanjutnya. “Ya, terima kasih Pak”, jawab Yosepta.
Masuk dalam kategori populer sudah membanggakan, namun dari sisi waktu Yosepta masih perlu ditingkatkan efektivitasnya. Di sinilah peran guru untuk memberikan penguatan, sekaligus pantikan sehingga anak didik tidak puas dengan satu tahapan, namun ia akan terus memberi challenge pada dirinya untuk bisa naik level. Inilah prinsip belajar sepanjang hayat yang harus digelorakan pada anak didik. Ia akan terus dan terus belajar meningkatkan levelnya.
“Perubahan apa yang akan kamu lakukan agar hasil berkualitas seperti kedua karya tersebut namun waktunya lebih pendek?”, tanya saja memberikan pantikan dan bukan saran ataupun nasehat untuk Yosepta. Inilah bedanya seorang guru dengan memposisikan sebagai penasehat dengan coach. Saya lebih memilih posisi sebagai coach. “Mungkin akan mencoba dengan waktunya diundung dan saya menggambar sebelum menit-menit itu selesai (seperti meretas bom)”, jawab Yosepta.
“Oke, gambar apa yang kamu rencanakan untuk membuktikan bahwa kamu bisa naik level”, tanya saya selanjutnya untuk memastikan bahwa strategi yang diambil oleh Yosepta tersebut akan dilakukan. Dari perbincangan tersebut akhirnya Yosepta akan membuat gambar yang sejenis dengan gambar coloring seperti pada gambar di atas namun dengan karakter yang antagonis. “Oke, selamat untuk menchallenge diri untuk naik level”, dukung saya ke Yosepta meskipun melalui whatsapp. “Siap Pak”, jawab Yosepta. Dan kita tunggu hasil karyanya.
Hari berikutnya, Yosepta membuat karya dengan kualitas yang masih dipertahankan. Inilah yang disebut dengan passion, karena memiliki daya juang yang tinggi menghadapi tantangan dan ada kecenderungan menghasilkan karya yang lebih baik.
Yosepta terus berkarya. Sekarang ia berkarya setiap harinya. Lagi-lagi karyanya masuk menjadi karya yang populer. Kali ini karyanya masuk populer di Darkartstyle.
Jika dilihat dari karyanya semakin hari semakin baik dengan waktu yang lebih cepat dari sebelum. “Haus akan pengetahuan dan keterampilan”, inilah yang bisa saya katakan tentang Yosepta. Inilah yang disebut menyenangkan karena apa yang dilakukan bermakna untuk peserta didik.