“Bukan sibuk mencari posisi diri di dalam hati orang lain, melainkan carilah posisi diri di dalam diri sendiri”, sebuah ungkapan dari Dian Sukma yang menarik perhatian dan patut menjadi renungan kita bersama. Saya bersyukur bisa berteman dengan orang baik, meskipun hanya lewat pertemanan di Facebook. Tidak realistis, ketika kita sibuk mencari posisi diri di dalam hati orang lain. Ketika itu dilakukan justru banyak energi yang terkuras bahkan seringnya hasilnya tidak sesuai ekspectasi kita. Banyak waktu yang tersita ketika kita mencari posisi kita di dalam hati orang lain, karena setiap orang memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap diri kita. “Sebaik-baiknya perbuatan kita, pasti ada orang yang mencelanya”, itu realita yang ada. Yang lebih realistis untuk dilakukan adalah mencari posisi diri di dalam diri sendiri. Ungkapan ini mengandung maksud bahwa jangan mencari kebahagiaan di luar diri kita, namun carilah kebahagiaan di dalam diri sendiri.
Ketika kita ingin menyumbangkan uang kepada mereka yang menderita, bagus. namun kita harus punya uang terlebih dahulu. Apabila kita ingin memberikan uang, namun kita sendiri tidak punya uang, bagaimana bisa memberi? Ketika kita ingin berdana makanan kepada mereka yang membutuhkan, sangat terpuji. Akan tetapi bila kita ingin memberikan makanan, kita harus memiliki makanan terlebih dahulu, baru kita bisa memberikan makanan. Kalau tidak punya makanan, apa yang bisa kita berikan? Ketika kita mau mengajar ilmu. Ini mulia, namun kita harus punya ilmu terlebih dahulu. Bila tidak punya ilmu, apa yang akan kita ajarkan? Persis seperti itu kebahagiaan dan ketenangan. Kita ingin memberikan kebahagiaan dan ketentraman dalam keluarga, jika kita sendiri tidak memiliki ketentraman di dalam diri, ketentraman seperti apa yang ingin kita berikan. Kita ingin memberikan kedamaian kepada sanak keluarga, suami, istri dan anak-anak. Sangat terpuji, akan tetapi bila di dalam diri sendiri tidak ada kedamaian, kedamaian apa yang akan akan kita berikan? Salah-salah justru memberikan ketegangan, persoalan, masalah yang tidak pernah ada habisnya. Punyakah kedamaian di sini, di dalam diri? Jika ada, maka kita bisa memberikan kedamaian kepada orang lain.
Kebahagiaan di dalam diri hanya diperoleh dari kehidupan kita yang benar. Jika kita hidup benar, maka akan bahagia di dunia saat ini dan yang akan datang. Dari analogi tersebut, maka sebagai insan pendidik, maka bahagiakan diri kita, agar kita bisa mengajar untuk anak-anak didik kita.
Sip banget
Mantap