Kerja Part Time Murid Baru di Mata Orang Tua

“Selamat pagi pak Diyarko ini anak saya, Yusuf Ahmad Maulana, hari ini, 3 Juli 2025, sudah mulai kerja partime pak, ikut berjualan bolang-baling”, tulis orang tua Yusuf dan mengirimkan foto kegiatan Yusuf ketika melaksanakan kegiatan Kerja Partime.

Tidak hanya orang tuanya Yusuf,  orang tuanya Asyiq juga mengirimkan tulisan di group whatsapp sambi mengirimkan foto kegiatan anaknya. “Selamat pagi pak. Ini kegiatan partime putra kami, Asyiq Zulal Arrohman. Dari kelas 6, dia sudah sudah senang mencari uang jajan sendiri pak membuat es krim, es lilin juga milor”, ungkap orang tua Asyiq.

“Selamat pagi pak, kerja part time atas nama M.Faiq Akmal, ikut Pak Dhenya betulin instlasi air yang tersumbat”, ungkap orang tua M. Faiq di group orang tua.  Lebih lanjut orang tua M. Faiq menjelaskan bahwa Pak Dhe M. Faiq bekerja sebagai tukang  yang menerima jasa panggilan untuk perawatan rumah.

“Slamat Pagi Pak, meniko tantangan Moch Ilham Musthofa Part time di bengkel teman ayahnya, Maturnuwun”, ungkap orang tua Moch Ilham  melalui group whatsapp.

Ungkapan kebahagiaan dari para orang tua terpancar dari antusias orang tua mengirim kegiatan kerja part time yang dilakukan. Kegiatan kerja part time merupakan sebuah budaya baru yang sudah 2 tahun ini diterapkan di jurusan Animasi SMK N 11 Semarang. Siswa baru yang akan masuk pada tanggal 14 Juli 2025 nanti pun mendapatkan tantangan melakukan kerja part time untuk mengisi waktu liburnya. Ini bukan perkara sederhana bagi murid baru yang belum tentu di rumahnya terbiasa kerja, apalagi baru lulus SMP. Budaya kerja harus menyentuh rasa terlebih dahulu untuk murid. Dari mulai melamar, melaksanakan pekerjaan sesuai prosedur yang diterapkan di tempat usaha, mereka harus menyesuaikan budaya di tempat kerja. Mereka akan belajar berkomunikasi dan yang terpenting adalah melatih mental, tidak malu untuk kerja. Dalam obrolan di group whatsaap, yang memberikan respon positif terhadap kiriman foto dari orang tua.  “Mantap gih. ikut senang. Semangat putra putrinya part time agar tidak manja”, respon saya di group whatsapp. “Betul pak, apalagi liburan cuma mager aja. jujur saya senang banget dengan kegiatan ini, terimakasih banyak pak”, ungkap salah satu orang tua di group. “Anak menjadi belajar mandiri dan melatih kedisiplinan serta tanggung jawab dalam mengerjakan sesuatu”, ungkap orang tua Moch Ilham ketika saya tanyakan perasaannya. 

Kemandirian anak-anak kita, menjadi tanggungjawab kita bersama. Orang tua tidak bisa serta merta menyerahkan sepenuhnya di sekolah. Demikian juga pihak sekolah harus mampu menjalin kerjasama dengan orang tua dan masyarakat.  Kurikulum sekolah hendaknya seperti tenda camping yang mudah beradaptasi dengan situasi apapun yang terjadi. Tenda camping juga mudah dibongkar pasang, berpindah-pindah tempat sesuai kebutuhan. Namun apakah kurikulum kita sudah seperti tenda camping saat ini? Pertanyaan ini menjadi bahan refleksi bersama. Kurikulum di jurusan Animasi SMK N 11 Semarang mencoba bertransformasi menjadi kurikulum seperti tenda camping tersebut.  Permasalahan saat ini yang terjadi pada diri anak-anak adalah berkaitan dengan kemandirian dan komunikasi. Kegiatan kerja part time yang masuk kurikulum jurusan dan menjadi salah satu sumber untuk menilai karakter murid, menjadi salah satu solusi mengatasi permasalahan tersebut. Dalam satu semester, anak-anak minimal melaksanakan kerja part time selama 7 kali. Setiap kali melakukan kerja part time, maka anak tersebut akan meminta tanda tangan untuk dibubuhkan di buku Parama Sadhana, sebagai bentuk pertanggungjawaban secara administrasi. Apabila anak-anak melanjutkan kegiatan kerja part time di hari Sabtu dan Minggu ketika tidak masuk sekolah akan meningkatan kemandirian dan kemampuan komunikasinya. Semoga menginspirasi.

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *