Inspirasi Hari Nyepi untuk Guru

 

Hari ini, 22 Maret 2023, teman kita yang beragama Hindu sedang melakukan perayaan hari Nyepi. Dari kata “Nyepi” saja sudah memiliki makna yang hening, sunyi, sepi dari hiruk pikuknya aktivitas sehari-hari. Menandakan bahwa dalam kehidupan seseorang hendaknya memberikan waktu pada dirinya untuk melakukan introspeksiĀ secara mendalam sampai pada hati yang paling dalam atau dalam bahasa yang lain melakukan proses mawas diri. Kehehingan dari dalam diri yang terus dilatih akan memunculkan cahaya kebajikan. Ada empat pantangan dalam perayaan nyepi bagi umat Hindu yang lebih dikenal dengan catur brata yakni amati geni, amati karya, amati lelungan dan amati lelanguan. Geni dalam bahasa Bali mengandung makna api. Amati geni artinya tidak menyalakan api atau lampu. Secara hakekat mengingatkan manusia untuk tidak boleh mengobarkan hawa nafsu (dosa, loba, moha). Ketika seseorang sedang melakukan amati geni dalam suasana hening, diharapkan akan mawas diri, apakah kejahatan masih merasuk dalam pikiran (mano), ucapan (waci) dan perbuatan badan jasmani (kaya). Amati karya amati karya adalah tidak melakukan kerja atau kegiatan fisik dan tidak bersetubuh, melainkan tekun mengerjakan penyucian rohani. Kegiatan yang dilakukan secara fisik yang dominan pada hawa napsu duniawi diharapkan dikesampingkan terlebih dahulu dan lebih pada pendekatan untuk mengendalikan pikiran dan hati yang suci. Amati lelungan artinya tidak bepergian kemana-mana, namun senantiasa mawas diri di rumah dan memusatkan pikiran ke hadapan Tuhan dalam berbagai prabawa-Nya (perwujudan-Nya). Amati lelanguan mengacu pada larangan mengadakan hiburan, rekreasi, atau kegiatan bersenang-senang, ini termasuk tidak makan dan tidak minum. Catur brata tersebut sebagai bentuk pengikat diri agar seseorang melakukan proses mawas diri, hening, meditasi agar pikiran, ucapan dan perbuatannya mengikis kemelekatan dunia.

Sudahkah kita sebagai guru menginternalisasi catur brata dalam kinerja kita dalam dunia pendidikan? Kalau kita lihat kembali makna catur brata, sebenarnya kita diingatkan untuk kembali pada peningkatan spiritualitas kita dibandingkan gemerlabnya dunia. Kita sebagai guru sudahkah melakukan perjalanan spiritual yang lurus menuju pada proses memanusiakan anak didik kita. Seringkali kita sebagai guru terjebak lada gemerlapnya dunia. Seharusnya melakukan proses mengajar dan mendidik untuk menuntun kodrat anak didik, namun kita sering kali terjebak pada ketuntasan materi, pencapaian kompetensi dasar yang tertuang pada kurikulum, sedangkan proses pembentukan karakter untuk melatih kepekaan empati terlupakan. Sering kali kita disibukkan dengan proses penataan administrasi, lengkap dari proses perencanaan pembelajarannya sampai pada evaluasinya, namun kita lupa bahwa kodrat anak didik yakni rasa ingin tahu, kodrat keberagaman, kodrat kreativitas justru dilupakan. Kita sering kali memposisikan diri kita sebagai sopir yang mengendarai sebuah bus yang mengantarkan anak-anak kita untuk menuju pada tujuan tertentu. Mungkin awalnya anak-anak kita senang menikmati itu, namun kenikmatan itu hanya sesaat dan endingnya mereka akan bosan karena keterlibatan mereka dimatikan. Mereka hanya duduk karena mengikuti si sopir yang akan membawanya ke mana sesuai keinginan sopir. Kata kuncinya keterlibatan siswa kurang diperhatikan sehingga borring learning terjadi. Kita lupa bahwa guru seharusnya hanya mengajak pada suatu tujuan tertentu, sedangkan siswa diberikan kebebasan menggunakan kendaraan apa yang akan dipilih. Diberikan kebebasan bagi siswa untuk menikmati perjalanannya sendiri dengan kecepatan masing-masing. Dunia pendidikan belum sepenuhnya sebagai media untuk perjalanan spiritual siswa untuk memaknai kehidupannya sehingga mencapai kebahagiaan setinggi-tingginya, memberikan kebermanfaatan untuk dirinya dan lingkungannya. Selamat Hari Nyepi, teman-temanku yang beragama Hindu, semoga makna penyepian ini menginsipirasi kita semua sebagai guru yang melakukan catur brata, tidak berfoya-foya pada rutinitas mengajar tanpa makna, kembali pada proses penyucian diri sebagai guru yang sejati.

 

1 thought on “Inspirasi Hari Nyepi untuk Guru”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *